Jawa Pos

Dua Mayat Dalam Satu Kuburan

Organ Tubuh Berceceran di Tengah Hutan

-

GRESIK – Tim Disaster Victim Identifica­tion (DVI) Polda Jatim sempat tertegun saat menggali liang lahat di hutan jati Desa Surowiti, Kecamatan Panceng, kemarin (27/5). Sebab, dalam kuburan itu terlihat dua mayat tanpa busana.

Posisi dua mayat tersebut saling tindih dan saling berlawanan seperti angka 69. Mayat perempuan tampak berada di bawah

Kondisi mayat lelaki sangat mengenaska­n. Bagian kepala, tangan, dan kaki terpisah dari tubuhnya. Akhirnya, muncul dugaan bahwa dua mayat itu adalah korban mutilasi. Sebab, anggota tubuhnya bercerai-berai di 13 tempat pada radius 25 meter dari lokasi kuburan. Mayat perempuan tampak lebih utuh.

Sekitar pukul 08.00, tim DVI dan Indonesian Automatic Fingerprin­ts Identifica­tion System ( Inafis) Polda Jatim dan Polres Gresik melakukan identifika­si. Tim yang dipimpin Kombespol Bambang Priambodo, direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimu­m) Polda Jatim, itu tidak langsung membongkar gundukan tanah yang menyembul kaki mayat korban. Mereka menyisir sekitar kuburan yang kali pertama ditemukan Madenan, 60, warga desa setempat, pada Selasa (26/5).

Penyisiran tersebut berhasil. Aparat menemukan organ tubuh manusia di 12 titik. Organ tubuh itu berupa tengkorak, tulang belulang, kaki, dan tangan. Satu per satu organ tubuh yang semula diperkirak­an berjenis kelamin perempuan itu diidentifi­kasi, lalu dimasukkan ke kantong plastik jenazah berwarna kuning. Melihat kondisi mayat, aparat menduga dua korban itu dikubur dalam kurun waktu 2–3 minggu.

Saat penyisiran lokasi hampir selesai, petugas lain tampak membongkar gundukan tanah yang menyembul kaki manusia. Saat itulah tampak lubang mirip liang lahat berukuran lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan kedalaman 50 sentimeter. Dua mayat di liang lahat itu lalu diangkat dan dimasukkan ke kantong plastik lainnya. Total, ada tiga kantong mayat yang dibawa masuk ambulans. ’’Mayat itu dibawa ke RS Bhayangkar­a Polda Jatim untuk indentifik­asi lebih detail,’’ terang Kapolres Gresik AKBP Ady Wibowo kemarin. Meski organ tubuh tanpa identitas itu berserakan, alumnus Akpol 1995 tersebut belum bisa memastikan apakah mayat di hutan jati milik Perhutani di Desa Surowiti itu korban mutilasi. ’’Tim DVI Polda Jatim masih melakukan identifika­si. Mari kita tunggu hasilnya,’’ ujar mantan Kapolres Bojonegoro tersebut. Menurut dia, hutan jati milik Perhutani di Desa Surowiti masih dihuni binatang buas. Karena itu, bisa saja organ tubuh mayat tersebut berceceran karena dicabik-cabik binatang buas.

Kepala Desa Surowiti Moh Kholidul Iman menguatkan dugaan AKBP Ady Wibowo. ’’Hewan buas seperti celeng, anjing, bahkan harimau masih ada,’’ kata Iman kemarin. Binatang buas tersebut bisa hidup di hutan jati karena tidak dirawat Perhutani. Kondisi yang jorok dan tidak terurus itu menjadikan kawasan hutan sebagai sasaran pembuangan mayat. ’’Kami sudah beberapa kali meminta Perhutani merawat hutan itu. Sebab, penemuan mayat di desa kami selalu terjadi setiap tahun,’’ ungkapnya. ’’Tahun-tahun sebelumnya ada 2–3 mayat ditemukan di sana,’’ imbuhnya. Iman memastikan dua mayat itu bukan warga desanya. Dia bersama perangkat desa hingga ketua RT sudah blusukan ke rumah warga. Namun, tidak ada warga Desa Surowiti yang kehilangan anggota keluargany­a.

Sementara itu, Amin, warga Kecamatan Ujungpangk­ah, mengaku kehilangan dua anggota keluargany­a. Lelaki berusia 30 tahun tersebut sempat mendatangi lokasi penemuan mayat. Dia menyatakan, sebulan lalu istrinya, Khanifah, dan anaknya yang berusia lima tahun hilang saat belanja di pasar Ujungpangk­ah. Namun, dua orang yang dicintai tidak pernah kembali. ’’Saya ke sini untuk memastikan apakah mayat itu istri dan anak saya. Tapi, dari keterangan polisi, ciri-ciri dua mayat itu berbeda dengan istri dan anak saya,’’ katanya.

Salah seorang warga Desa Surowiti menuturkan, warga memang sering menemukan tulang belulang yang diduga milik manusia di hutan jati milik Perhutani. Namun, mereka tidak pernah hirau. Sebab, berdasar informasi orang tua mereka, kawasan hutan yang memanjang 2–3 kilometer di Desa Surowiti adalah tempat pembantaia­n manusia ketika zaman G30S/PKI.

Kepala Desa Surowito Moh Kholidul Iman tidak menampik cerita tersebut. Karena itu, Iman meminta kepada Perhutani untuk merawat kebersihan hutannya. ’’ Minimal, tanaman perdu dan rumput yang tumbuh di bagian depan jalan dibersihka­n. Supaya siapa saja bisa melihat kondisi di dalamnya,’’ harapnya.

Sementara itu, Kabidhumas Polda Jatim AKBP Raden Prabowo Argo Yuwono menyatakan bahwa potongan tubuh korban mutilasi dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkar­i untuk diotopsi. Dia memperkira­kan, dua korban tersebut dibunuh lima hari sebelum ditemukan. ’’Untuk sementara, yang dapat diketahui masih jenis kelaminnya. Belum ada ciri-ciri spesifik, termasuk usia korban,’’ ucapnya.

Mantan Direktur Tahanan dan Barang Bukti (Dirtahti) Polda Kalimantan Timur itu menambahka­n, saat ini jajaran Polda Jatim masih mem- back up penyelidik­an. Mereka sudah membentuk tim yang dikirim ke Gresik. Tim-tim tersebut meliputi Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrim­um), Kabid Dokes, Kalabfor, dan Jatanras Polda Jatim. Mereka berada di bawah arahan Kasatreskr­im Polsek Gresik. (yad/ did/c19/c20/oni)

 ??  ?? HATI-HATI: Dokter KBS mengukur dan menyuntikk­an microchip di punggung komodo kemarin.
HATI-HATI: Dokter KBS mengukur dan menyuntikk­an microchip di punggung komodo kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia