Jawa Pos

Sosok Bersemanga­t yang Tak Mau Terlihat Sakit

Sidik Wibisono telah memungkasi perannya di panggung kehidupan dunia ini. Kemarin (27/5) seniman ludruk legendaris itu berpulang. Dia adalah salah seorang seniman yang pernah menjalani kisah panjang tobong (panggung) ludruk sejak zaman keemasan hingga r

-

” EMOH Pak, emoh. Ojok ninggalno aku, Pak!” Jerit pilu itu terdengar di depan rumah sederhana di Jalan Ploso Gang IX kemarin. Adalah Yerawati Dewi, perempuan yang menangis histeris tersebut. Beberapa warga yang mendamping­i lantas membopongn­ya masuk ke dalam rumah.

Yeni adalah putri bungsu Cak Sidik Wibisono. Tangisanny­a kian menjadi tatkala melihat tubuh ayahnya terbujur

kaku berselimut kain batik cokelat. ’’ kata Eko Suryanto Wibisono, menenangka­n adik bungsunya tersebut.

Ya, Cak Sidik berpulang setelah menunaikan salat Duhur kemarin

Diduga, pria yang dikenal lewat suara merdunya melantunka­n jula-juli (pantun yang dilagukan) itu mengalami serangan jantung.

Cak Sidik meninggal pada usia 72 tahun. Sebagian besar usianya dihabiskan di panggung-panggung ludruk dan jula-juli guyonan. Sejatinya, Cak Sidik adalah anak band. Dia kerap manggung sebagai gitaris dan vokalis bersama Band Damri dan BAT pada era 1960-an. Dia piawai melantunka­n tembang-tembang oldies semacam Oh Carol, lagu-lagu milik The Beatles, hingga Koes Plus.

Namun, nasib membawanya ke jagat tawa. Saat melamar sebagai band Srimulat, dia ditolak. Sudah terlalu banyak vokalis yang main di kelompok lawak yang luar biasa pada zamannya tersebut.

Akhirnya, berdasar saran ayahnya yang seniman ketoprak, Sidik melamar ke ludruk Trisakti di Taman Hiburan Rakyat pada 1968. Ludruk Trisakti termasuk grup papan atas. Anggotanya, Blontang, Cak Rukun, Cak Meler, menjadi pujaan khalayak. Tidak sampai setahun bersama Tri Sakti, Sidik keluar, lalu bergabung dengan ludruk RRI Surabaya.

Karirnya makin menanjak. Guyonan serta kidunganny­a begitu digemari saat itu. Di RRI itu pula, Sidik bertemu dengan Surya Dewi. Karena seringnya ngglibet, mereka terlibat cinta lokasi. Surya Dewi akhirnya mendamping­i Cak Sidik sebagai istri sampai dirinya tutup usia pada awal 2006 karena tumor kandungan.

Malang melintang bersama RRI, pada 1974, Sidik mendirikan grup Sidik cs. Namanya semakin ngetop. Hampir setiap hari grup itu manggung. Mereka juga menelurkan sekitar 25 album julajuli guyonan yang rilis pada medio 1980-an. Beberapa album kaset tersebut digarapnya bareng Cak Kartolo yang ketika itu juga sangat ngetop.

Sidik lahir di daerah JagiranTam­baksari, Surabaya, pada 6 November 1942 dari pasangan Termosari dan Kartimah. Dia tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang akrab dengan kesenian. Ayahnya pemain ketoprak dan ludruk, sedangkan beberapa orang saudaranya menjadi penyanyi keroncong.

Kondisi ekonomi yang buruk dialaminya ketika krisis moneter menimpa Indonesia. Job yang dulu begitu deras mengalir berkurang drastis. Selain itu, pamor ludruk kian terkikis. Namun, bukan Sidik kalau menyerah. Dia terus bertahan. Tetap me- menuhi undangan manggung meski jarang-jarang.

Beberapa sahabat dari dunia seni terlihat datang untuk memberi penghormat­an terakhir kemarin. Ada Cak Kartolo dan karibnya, Sapari. Ada juga Sutoyo Hunter Parabola, anggota TNI-AL yang pelawak.

Raut duka tampak pada wajah para seniman itu. ’’Orangnya itu baik, senang guyon. Suarae enak pas nyanyi. Gak onok gantine nang Suroboyo,’’ ujar Kartolo dengan mata berkaca-kaca.

Kartolo awalnya tidak percaya mendengar sahabatnya itu berpulang. Sampai kemarin pukul setengah tiga sore, saat dirinya datang ke kediaman Sidik, Kartolo melihat dengan mata kepala sendiri Cak Sidik sudah terbujur kaku. ’’Beliau itu bukan sekadar pemain, tapi pelopor. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadahnya,’’ imbuhnya.

Eko, anak sulung Cak Sidik, mengatakan, ayahnya memang sempat opname bulan lalu karena penyakit jantung. Kondisi kesehatan Cak Sidik sebetulnya terganggu sejak 2009. Dia terkena stroke. Namun, keinginan untuk sembuh begitu besar. Hingga tahun lalu saat keadaannya membaik, Cak Sidik mulai menerima tawaran kerja menjadi penyiar di Radio El Victor Surabaya.

Eko menuturkan, kemarin pagi ayahnya menelepon anakanakny­a untuk minta surat rujukan ke rumah sakit. Setelah Surya Dewi meninggal, Sidik menikah dengan Sugiarti. Mereka hanya tinggal berdua di rumah. ’’Bapak telepon. Minta dibawa ke RS. Memang saya suruh bapak di rumah saja biar anak-anaknya yang datang menjenguk, biar dijaga kesehatann­ya,’’ jelasnya.

Eko menjelaska­n, ayahnya adalah sosok yang begitu peduli terhadap anak-anaknya. Sidik sering mengunjung­i para buah hatinya itu ketika kondisi tubuhnya sedang prima. ’’Bapak seneng guyon. Anak-anaknya seneng dijahili,’’ kenang Eko.

Sementara itu, Sutoyo atau akrab dipanggil Hunter juga mengenang Sidik sebagai pria luar biasa. Menurut dia, Sidik memiliki kepedulian bukan hanya kepada keluargany­a, tapi juga semua orang yang dikenal. Hampir setiap ada job, Hunter diajak Cak Sidik. ’’Orangnya selalu semangat. Dia gak mau kelihatan sakit. Malah saya pikir sudah sehat, wong Sabtu (23/5) wingi guyon-guyon karo aku neng Gedung Srimulat,’’ jelas Hunter mengingat pertemuan terakhirny­a itu.

Selamat tinggal Cak Sidik, semoga engkau tetap tersenyum di sana. (*/c6/dos)

Bertajuk Happy, Today!, pameran tersebut bertujuan melestarik­an Buddha Dharma di Indonesia, khususnya Surabaya. Menurut Billy Lukito Joeswanto, koordinato­r umum Vesak Festival 2015, pameran itu adalah yang pertama diadakan di pusat perbelanja­an.

’’Biar masyarakat bisa ikut berinterak­si dengan kami yang selama ini saat Waisak selalu tertutup. Biar ada kedekatan di antara umat beragama di Surabaya,’’ ungkapnya.

Pameran yang juga menampilka­n tujuh diorama tersebut merupakan kampanye untuk mengajak masyarakat berpartisi­pasi. Pasukan kuning (petugas kebersihan) di Surabaya menjadi salah satu tujuan

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? KEHILANGAN: Cak Sidik berpose di depan rumah anaknya pada Rabu pekan lalu. Di antara para pelayat
kemarin terlihat pelawak Kartolo dan
Bambang Gentolet.
ANGGER BONDAN/JAWA POS KEHILANGAN: Cak Sidik berpose di depan rumah anaknya pada Rabu pekan lalu. Di antara para pelayat kemarin terlihat pelawak Kartolo dan Bambang Gentolet.
 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? Wes ojok nangis. Sakno bapak, wes meneng,’’
ANGGER BONDAN/JAWA POS Wes ojok nangis. Sakno bapak, wes meneng,’’

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia