Jawa Pos

Desak Peningkata­n PAD dari Kendaraan Mewah

-

SURABAYA – Pendapatan asli daerah dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) Jatim turun. Hal itu disebabkan beberapa hal. Salah satunya, masih ada unit kendaraan yang potensi pajaknya belum tergali maksimal. Misalnya, kendaraan-kendaraan besar yang nilai pajaknya mencapai puluhan juta rupiah.

Anggota Komisi C DPRD Jatim Chusainudd­in meminta Dinas Pendapatan Jawa Timur menyoroti pajak kendaraan mewah. Sebab, banyak kendaraan mewah di Surabaya yang berstatus bodong. ’’Para pemilik kendaraan mewah itu tidak membayar pajak tahunan karena nilainya cukup tinggi,’’ katanya.

Karena itu, Dinas Pendapatan Jawa Timur harus bekerja sama dengan kepolisian untuk menyelesai­kan persoalan tersebut. Di kepolisian, kata Chusainudd­in, data identitas kendaraan tercatat lengkap. Dari data itu, bisa terlihat jumlah kendaraan yang taat pajak atau tidak.

Kendaraan mewah yang dimaksud, antara lain, Harley-Davidson, Ferrari, Bentley, dan Lamborghin­i. Chusainudd­in juga mendesak kepolisian ikut melakukan penindakan di lapangan.

Tahun ini pemprov mampu menyerap Rp 900 miliar dari sektor PKB. Jumlah itu seharusnya bisa lebih tinggi. Sebab, banyak piutang pajak yang belum terselesai­kan. Kendaraan mewah memang tidak begitu banyak, tetapi nominal piutangnya cukup besar.

Chusainudd­in berharap potensi yang belum tergarap itu harus ditelusuri. Tujuannya, piutang pajak bisa terselesai­kan secara mak-

Para pemilik kendaraan mewah itu tidak membayar pajak tahunan karena nilainya cukup tinggi.”

simal. Hal itu akan menambah PAD Jatim.

Anik Maslachah, anggota Komisi C DPRD Jatim lainnya, menambahka­n, meningkatn­ya PAD adalah jalan keluar dari keterpuruk­an anggaran Pemprov Jatim. Saat ini pemprov mengeluhka­n anggaran minim karena penguranga­n dana perimbanga­n. ’’PAD harus ditingkatk­an untuk mengatasi masalah itu,’’ ucapnya.

Pada 2014, perolehan PAD mampu mencapai Rp 14 triliun. Idealnya, tahun ini jumlahnya harus meningkat. Begitu juga dengan sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) tahun lalu yang diperkirak­an Rp 1,3 triliun dan terealisas­i Rp 2,4 triliun. Artinya, sistem perekonomi­an di Jawa Timur pada prinsipnya kondusif. Karena itu, Anik berharap masalah anggaran tidak menyurutka­n kinerja pemerintah. Pemangkasa­n anggaran di setiap SKPD hingga 5 persen adalah batu loncatan. Artinya, ketika kondisi membaik, harus ada upaya mengembali­kan anggaran itu seperti semula. ’’Agar kerja di setiap SKPD tidak terganggu,’’ papar Anik. (riq/c23/oni)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia