Jawa Pos

Sebelas Sungai Tercemar Bakteri

-

SIDOARJO – Sungai di Kota Delta belum bersih dari limbah. Banyak sungai yang tercemar limbah kotoran manusia. Penyebabny­a, cukup banyak masyarakat yang masih membuang tinja ke sepanjang sungai. Kondisi itu akan berdampak buruk bagi kualitas air sungai.

Fakta tersebut diketahui dari pemantauan kualitas air yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sidoarjo. Selama ini instansi itu selalu rutin memeriksa kualitas air di beberapa sungai. ”Tahun ini kami sudah sekali memantau kualitas air,” ujar Kabid Penanggula­ngan Dampak Lingkungan (PDL) BLH Sidoarjo Endang Budiati.

Menurut Endang, ada sebelas sungai yangselalu­menjadiobj­ekpeneliti­an. Di antaranya Sungai Ketintang Pucang, Bahgepuk, Kemambang, Buduran, Pelayaran, Sekardanga­n, dan Sidokare.

Di setiap sungai ada tiga lokasi yang diambil sampel airnya, kemudian diuji di laboratori­um. Misalnya, di Sungai Kemambang sampel air diambil dari jembatan Desa Wonokasian, Kecamatan Wonoayu; jembatan Desa Entalsewu, Kecamatan Buduran; dan jembatan Lingkar Timur Desa Kemiri, Kecamatan Sidoarjo.

Kualitas air itu, kata Endang, sudah dipantau Maret dan April lalu. Hasil- nya, jelas dia, banyak sungai yang masih tercemar fecal coliform, yaitu bakteri dari kotoran manusia. ”Kandungan bakteri air yang kami teliti cukup tinggi,” ucap alumnus ITS itu.

Endang kemudian mencontohk­an, kandungan bakteri kotoran manusia di Sungai Bahgepuk yang melintas di tiga kecamatan (Tulangan, Tanggulang­in, dan Candi) mencapai 49 ribu bakteri per 100 mililiter. Jadi, dalam setiap 100 mililiter air terdapat 49 ribu bakteri tinja. Di Sungai Buduran kandungan bakterinya juga masih tinggi, mencapai 24 ribu per 100 mililiter. (lum/c9/git)

– Penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Sidoarjo menjemput paksa saksi kasus kredit bodong di BPR Delta Artha Sidoarjo Pusat. Saksi bernama Dimyati, yang tidak lain suami tersangka Atik Munjiati, itu digeruduk ke rumahnya di Desa Kalidawir, Tanggulang­in, kemarin (27/5).

Pukul 11.30, Kasipidsus Kejari Sidoarjo L.M. Nusrim dan Kasi Intelijen Suhartono memimpin tim. Sebelum keduanya, ada beberapa jaksa yang mengawasi sekitar rumah saksi.

Begitu tim lengkap, para jaksa langsung disebar ke depan dan belakang rumah. Awalnya, petugas mengira Dimyati tidak ada di rumah. Sebab, dari luar, rumah itu tampak sepi. Tapi, setelah diketuk, seorang lelaki membukakan pintu. Dia Dimyati.

Tim kejari lantas dipersilak­an masuk dan duduk di ruang tamu. Dengan tenang Dimyati menemui para tamunya. Nusrim juga meminta lelaki itu ikut ke kantor kejari untuk diperiksa. Dia awalnya keberatan dengan alasan anaknya sakit. Namun, petugas tetap memaksanya. ”Sebentar Pak, saya ganti pakaian,” kata Dimyati.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu keluar dengan dikawal petugas. Dia berusaha menutupi wajahnya dari jepretan kamera wartawan. Dimyati dimasukkan ke mobil Nissan Evalia hitam tanpa perlawanan. Setelah dari Kalidawir, tim penyidik menuju ke rumah Riska Indra Herawati di Perum AL Sugihwaras, Candi.

Riska adalah anak tersangka Munawaroh. Sayang, saat datang di rumah yang juga digunakan untuk apotek itu, petugas tidak menemukan Riska. Apotek tetap buka. Penyidik hanya bertemu ayah Riska, Nur Fanani. Tapi, saat ditanya keberadaan anak-

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia