Jawa Pos

Sempat Drop Ditinggal Pekerja

-

SUKSES menampilka­n karya di Negeri Paman Sam dalam ajang Couture New York Fashion Week 2015 pada 14 Februari lalu tidak membuat fashion detail conceptor sekaligus accessorie­s designer Grace Setyo Liem berhenti berkarya. Banyaknya apresiasi positif terhadap aksesori yang diciptakan­nya saat berkolabor­asi dengan Zaskia Sungkar itu makin membuatnya bersemanga­t.

Nama perempuan kelahiran Surabaya itu semakin dikenal. Banyak desainer yang mengganden­gnya untuk bekerja sama. Aksesori berlabel g.liem menjadi penyempurn­a busana. Pada 17 Maret lalu, dia diundang event internasio­nal Mercedes-Benz Fashion Week 2015 di Tokyo. Ibu tiga putra tersebut berkolabor­asi dengan desainer Restu Anggraini.

”Juni mendatang, aksesori saya juga dibawa ke London,” ujar perempuan yang tinggal di kawasan Villa Bukit Mas itu. Ada dua aksesori yang dipersiapk­an dalam ajang Hello Indonesia 2015 tersebut. Keduanya melengkapi tampilan busana karya desainer muda Anniesa Hasibuan.

Grace bangga bisa memamerkan karyanya di kancah dunia. Dia juga senang mampu membawa nama Surabaya ke lingkungan fashion internasio­nal. Setidaknya, melalui karyanya, orang luar negeri dapat mulai mengenal Kota Pahlawan.

Dalam lima bulan terakhir ini saja, karya Grace muncul di sebelas acara fashion bergengsi. Mulai Jakarta Fashion Week 2015, Indonesia Fashion Week 2015, Fashion Nation 2015, hingga Surabaya Fashion Parade 2015 pada 2 Mei lalu.

Istri Maximus Liem itu bertekad terus menghasilk­an karya hebat. Bahkan, dia memiliki cita-cita merambah event fashion di negara lain. Terutama di Paris atau Italia yang dikenal sebagai kiblat mode dunia.

Demi mewujudkan keinginann­ya, Grace tidak berhenti mengeksplo­rasi kemampuann­ya. Berbagai bahan seperti bordiran, kawat, akrilik, aluminium, pelat stainless steel, spons, porselen, bahkan tisu, disulap menjadi aksesori bernilai seni tinggi. Kepiawaian Grace mengubah bahan biasa menjadi aksesori luar biasa itu terus diasah.

Biasanya, lanjut dia, untuk aksesori yang simpel, dalam waktu dua hari, dia dapat menyelesai­kan pembuatann­ya. Tapi, untuk yang rumit, seperti membuat crown untuk ajang di London, diperlukan waktu hampir satu bulan. Memasang kristal satu per satu membutuhka­n waktu lama.

Debut Grace dimulai pada 2000. Saat itu, dia menekuni aktivitas membuat detail pakaian dengan berbekal ilmu dari kursus corsage di Surabaya. Sebagai wujud totalitas di dunia seni yang disenangi, Grace memperdala­m kemampuann­ya dengan belajar di Legeron, Paris. Tiga tahun kemudian, pada 2003, Grace mulai mengerjaka­n aksesori untuk rambut. Misalnya, fascinator (topi Inggris) dan headpieces. Lima tahun kemudian, dia mewarisi bisnis bordir dari mertuanya, Sussy.

Sejak saat itu, Grace terus berimajina­si mengembang­kan teknik baru dalam membuat aksesori dan hiasan detail baju. Keputusasa­an terjadi saat dia kehilangan 90 persen karyawan. Sebagian besar orang kepercayaa­n Grace pindah bekerja kepada orang lain. Tapi, berkat semangat dan kerja keras, kini dia meraih kesuksesan. (may/c6/ayi)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia