Demi Inovasi, Kita Butuh Beautiful Enemy
Tidak ada resep baku sebuah kesuksesan. Yang ada hanyalah sebuah perbaikan secara teratur dan terus-menerus.
KARIR dan bisnis tidak dapat lagi berjalan standar. Jika bekerja dan berbisnis dengan cara biasa, apalagi ala kadarnya, Anda harus berpikir ulang sekarang. Para pencari kerja dengan skill lebih mumpuni tetapi bergaji setara sudah antre menggeser posisi Anda.
Perusahaan juga tidak dapat lagi mengabaikan pelanggan. Sebab, lengah sejenak, mereka pindah ke pesaing. Produk impor dengan harga murah juga terus membanjiri pasar lokal. Apalagi, akhir tahun ini diberlakukan perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika ingin karir berkilau dan bisnis tetap moncer, Anda harus membuat terobosan ( breakthrough).
Buku Career and Business Breakthrough karya Tanadi Santoso ini memang tidak menyodorkan template atau pakem yang ketika diaplikasikan, orang/bisnis langsung memetik buahnya. Tidak. Sebab, sebagaimana diingatkan Tanadi di awal tulisan, sejatinya tidak ada resep baku sebuah kesuksesan. Yang ada hanyalah sebuah perbaikan secara teratur dan terus-menerus.
Sebagai bawahan atau atasan, Anda harus senantiasa mengasah kompetensi dan skill serta menyalakan etos kerja. Sedangkan perusahaan harus kontinu meningkatkan kualitas produk, pelayanan, kepedulian terhadap isu-isu global, juga kesejahteraan karyawan.
Tanadi mencontohkan pentingnya sebuah perbaikan yang berkesinambungan. Seorang ibu sudah 15 tahun memasak nasi goreng, tetapi nasi gorengnya tetap tidak enak. Demikian halnya dengan dosen yang bertahuntahun mengajar, namun kuliahnya selalu membosankan dan membuat ngantuk sehingga mahasiswa ingin kabur.
Mengapa nasi goreng si ibu tidak enak dan kuliah si dosen menjemukan? Ketika anaknya bilang bahwa nasi goreng itu terlalu asin atau keponakan berkata kok telurnya tidak kelihatan, si ibu justru justru marah. Waktu dikritik mahasiswa lantaran cara mengajar tidak menyenangkan, sang dosen malah berujar angkuh, ”Pilih dosen lain atau kamu tidak lulus.”
Ibu dan dosen tersebut adalah contoh sederhana orang-orang yang enggan menerima kritik serta masukan dari lingkungan sekitar. Mereka cepat berpuas diri dan menganggap dirinya terbaik, merasa selalu dibutuhkan, dan tidak tergantikan. Mereka enggan mengoreksi dan menutup lubang-lubang kekurangan di sana-sini.
Dalam tulisan JUST ABCD ( Abo- Career and Business
Breakthrough
Tanadi Santoso
Pena Semesta
Mei 2015
xvi + 238 Halaman ve and Beyond the Call of Duty), Tanadi mencontohkan bagaimana sebuah bisnis harus memberikan pelayanan tidak biasa. Diceritakan, seorang pelanggan di sebuah restoran memesan Coke Zero. Karena terikat kontrak, restoran tidak dapat menyediakan minuman itu.
Si manajer keluar, membelikan minuman yang dimaksud dan memberikannya kepada pelanggan sebagai hadiah. Pelanggan pun tercengang. Pesan penting: Berbuatlah lebih kepada konsumen, buat terobosan, serta buatlah pelanggan selalu ingat plus ketagihan dengan produk dan layanan Anda.
Terobosan lain terkait dengan soal meniru. Di sekolah, kita dilarang meniru. Di masyarakat, kita dipermalukan kalau meniru sehingga membuat peniru merasa ”kecil dan bersalah”. Padahal, meniru itu lebih dahsyat dari inovasi.
Lihatlah McDonald’s menjiplak White Castle; Visa, Mastercard, dan American Express menyontek Diners Club; Walmart mencontoh Korvette; dan Apple iPod menduplikat Saehan MPman. Menariknya, ternyata 97,8 persen keuntungan atas inovasi justru diterima peniru.
Terobosan pun diperlukan untuk mendobrak pemahaman dan pengetahuan konvensional. Selama ini, orang menghindari yang namanya persaingan, pertarungan, dan lawan. Padahal, dalam kepemimpinan, profesionalisme, dan penciptaan inovasi, kita membutuhkan musuh yang indah ( enemy). Musuh yang akan membuat gagasan dan argumen kita menjadi lebih tajam serta bertenaga.
Menyadari pentingnya enemy, Anda tidak segan membuka kepala untuk menerima pendapat dan kritik yang berseberangan dari istri/suami, anak buah/bos, supplier, bahkan pesaing. Biarkan musuh mendebat serta menyerang gagasan dan argumen Anda. Biarkan mereka melucuti kelebihan dan keunggulan gagasan serta argumen Anda. Sebab, sejatinya itulah jalan yang membimbing Anda untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan lebih jauh. Musuh sesungguhnya membantu Anda membenahi dan menyempurnakan ide, kreativitas, dan inovasi. Jadi, hadirkanlah beautiful enemy di sekitar Anda agar ide, kreativitas, dan inovasi semakin matang serta berkelas.
Bagi Tanadi, beautiful enemy sama penting dengan perjuangan dan penderitaan, sebagaimana dituturkannya dalam tulisan Menikmati Derita.
Kematian ”raja fotografi” Kodak cukup menjadi pelajaran betapa zona nyaman tidak cuma membahayakan, tetapi juga mematikan. Karena itu, segeralah keluar dari zona nyaman sebelum terkubur di dalamnya. (*) Guru SMP Al Hikmah dan mahasiswa S-2 Unesa