Ayo, Balik Lebih Awal
Mengantisipasi Kepadatan Lalu Lintas saat Arus Balik Lebaran Surabaya memang kota yang supersibuk. Pada hari kedua Lebaran kemarin, sudah ada yang kembali ke kota ini. Maklum, hari ini mereka harus mulai bekerja. Kepadatan arus balik pun terasa di beber
LEBARAN bagi Wahyu Dian, warga Gayungan asal Sumber Pucung, Malang Selatan, menjadi saat yang dinanti. Selain momen sukacita menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, Lebaran menjadi agenda tahunan berkumpul sanak saudara. Pria 37 tahun itu tidak setiap waktu bisa meluangkan waktu bertemu dengan keluarga. Kesehariannya lebih sering dihabiskan untuk mencari nafkah di ibu kota Jatim
Wahyu tidak sendirian. Bersama jutaan pengendara roda empat lain, dia menjadi salah seorang pelintas selama masa angkutan Lebaran yang berlaku H-15 sampai H+9. Berdasar prediksi lalu lintas harian rata-rata (LHR) masa angkutan Lebaran 2015 dari Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jawa Timur, Malang menjadi titik terpadat koridor luar kota Surabaya.
LHR kendaraan meninggalkan Kota Pahlawan menuju Malang mencapai 1.851.256 motor dan mobil. LHR ke kota itu tertinggi di antara lima koridor luar kota Surabaya lainnya. Yakni, arah Madura lewat Jembatan Suramadu, Jombang, Lamongan, Probolinggo, dan Madura via pe nyeberangan Pelabuhan Ujung–Kamal ( data LHR selengkapnya lihat grafis).
’’Kami telah menganalisis jumlah pemudik seluruh moda transportasi di Jatim meningkat 5,23 persen. Tahun lalu 7,15 juta orang menjadi 7,53 juta penumpang tahun ini,’’ kata Kepala Dishub LLAJ Jatim Wahid Wahyudi. Moda angkutan jalan masih mendominasi lebih dari separo moda lain. Diikuti moda penyeberangan, angkutan udara, dan angkutan kereta. Menurut Wahid, peningkatan itu belum sebanding dengan penambahan ruas jalan.
Dia membeberkan, penambahan kendaraan pribadi per tahun mencapai 12,5 persen. Sementara itu, pertambahan kapasitas maupun jaringan jalan tidak sampai 1 persen. Akibatnya, semua jalur utama di enam koridor luar Surabaya tetap padat. Pada kondisi tertentu, seperti puncak arus mudik, perjalanan menjadi tidak nyaman. Antrean kendaraan hingga kemacetan selalu mewarnai masa angkutan Lebaran.
Sama halnya dengan perjalanan kembali dari kampung halaman menuju Surabaya. Perjalanan arus balik terancam terganggu jika banyak yang memilih berangkat mepet menjelang masa libur berakhir. Apalagi bagi pegawai negeri maupun TNI/Polri yang harus ngantor mulai Rabu (22/7). Wahid mengimbau masyarakat agar memanfaatkan liburan secara bijak dalam memutuskan waktu balik Lebaran yang tepat.
Jajaran pemerintah provinsi sebenarnya sudah melakukan upaya-upaya untuk menguran- gi kepadatan jalan. Di antaranya, menyediakan angkutan mudik dan balik gratis hingga mengawal rombongan pemudik sampai kota tujuan. Bersama pihak kepolisian, mereka menyiagakan personel pengamanan dan pelayanan di titik-titik rawan.
Dishub juga mengimbau masyarakat agar balik Lebaran cepat. Langkah itu merupakan salah satu solusi mengurangi penumpukan kendaraan dan kemungkinan kecelakaan lalu lintas. ’’Mimpi zero accident mudah-mudahan bisa tercapai. Evaluasi kami pada masa angkutan Lebaran 2014, korban meninggal di Jatim bisa ditekan dari rata-rata 14 orang per hari tahun sebelumnya menjadi enam orang per hari tahun lalu,’’ jelas Wahid.
Untuk itu, Dishub LLAJ Jatim dan dishub kabupaten/kota tu- rut menggiatkan angkutan balik secara gratis. Wahid mendorong pemerintah setempat merangkul instansi swasta atau perusahaan agar menghelat angkutan balik dini untuk pegawai atau buruh. Upaya itu diyakini bisa menurunkan penumpukan kendaraan pada hari yang masih krusial. Jika langkah tersebut tercapai, kuantitas insiden dan tingkat fatalitas kecelakaan bisa ditekan.
Hal yang sama berlaku untuk arus balik awal dengan menggunakan moda transportasi umum berjadwal. Berdasar data rencana operasi angkutan Lebaran terpadu 2015, moda angkutan penerbangan, penyeberangan antarprovinsi maupun kepulauan, dan moda kereta api ratarata tetap beroperasi dengan kapasitas angkut relatif sama dengan ketika mudik Lebaran. Hanya, load factor atau tingkat keterisian kursi pada hari H Lebaran cenderung belum penuh.
Di sisi lain, dengan balik Lebaran awal, tidak ada yang dirugikan. Instansi yang memfasilitasi angkutan balik masal maupun karyawan perusahaan dengan kendaraan pribadi punya waktu longgar sebelum beraktivitas kembali pasca-Lebaran. (sep/c7/oni)