Jawa Pos

Yan Fitri Persilakan Lapor ke Propam

-

SURABAYA – Rencana keluarga Arfan Satrio Aji –pengemudi mobil Hyundai Avega yang terlibat kecelakaan Selasa lalu (14/7)– melaporkan Aiptu Suwarno ke propam ditanggapi dingin oleh Polrestabe­s Surabaya. Polisi mempersila­kan keluarga untuk melapor karena hal itu sepenuhnya hak mereka.

Hal tersebut diungkapka­n Kapolresta­bes Surabaya Kombespol Yan Fitri Halimansya­h kemarin (18/7). ”Tidak ada masalah kalau mau lapor ke propam. Namanya orang mencari keadilan, ya silakan saja,” jelas Yan Fitri. Dia menambahka­n, pihaknya siap bila keluarga Arfan benar-benar melaporkan­nya

Sebagaiman­a diberitaka­n, terjadi kecelakaan di Jalan Prof dr Moestopo yang melibatkan Aiptu Suwarno, anggota Sabhara Polrestabe­s Surabaya, Selasa lalu. Ada dua versi penyebab kecelakaan. Versi polisi, kecelakaan itu terjadi ketika Aiptu Suwarno berhenti untuk menerima telepon di pinggir jalan. Lalu, dia ditabrak dari belakang oleh Hyundai Avega nopol L 1795 DS yang dikemudika­n Arfan. Setelah menabrak, mobil justru melaju kencang ke barat. Motor merah hitam milik Aiptu Suwarno masuk ke kolong mobil pelaku. Arfan yang siswa kelas XII SMA Trimurti tersebut justru menancap gasnya dalam-dalam. Di depan IRD RSUD dr Soetomo, massa akhirnya bisa menghentik­an mobil tersebut. Massa yang geram lantas mengepung dan merusak mobil.

Namun, keluarga Arfan punya versi tersendiri. Mereka justru merasa menjadi korban. Ditemani keluargany­a, Arfan menceritak­an kronologi kejadian kepada Jawa Pos. Dia mengaku sebelum menyeret motor L 1795 DS milik Aiptu Suwarno, mobilnya berhenti. Ketika itu dia mengobrol dengan teman perempuann­ya, Olivia Cali Lesmana, 17. Tiba-tiba ada orang yang membawa senter mengetuk kaca mobil. Seingat Arfan, orang yang diduga Aiptu Suwarno itu mengenakan jaket. Motornya diparkir melintang. Arfan kaget. Dalam benaknya, orang yang mengetuk kaca pintu mobilnya hendak berbuat jahat. Seketika itu dia bergegas pergi.

Versi Arfan, dirinya tidak sampai menabrak Aiptu Suwarno. Karena itu, bila ada yang menyebut Aiptu Suwarno terpental, dengan tegas dia menyangkal­nya. Soal mobilnya yang menyeret motor polisi hingga jauh, dia sama sekali tidak sadar. Mobilnya melaju biasa seperti tidak ada sesuatu yang mengganjal di bawah kolongnya. ”Saya tidak sadar nyeret motor. Cuma kedengaran suara. Saya kira itu juga berasal dari mesin mobil,” kata Arfan.

Ketakutan Arfan terhadap begal makin menjadi ketika ada motor yang mengejarny­a. Pengemudi motor itu berambut gondrong dan menendang mobilnya. Secara otomatis, Arfan pun menambah kecepatan mobil. ”Jadi, saya itu tidak kabur, Mas. Waktu itu saya dikejar orang. Saya takut,” jelasnya. ”Saya khawatir itu begal atau geng motor. Saya kan khawatir kejadianny­a sama kayak DJ Aditya yang dikeroyok geng motor,” lanjutnya.

Ibunda Arfan, Widiastuti, menyatakan, pihaknya adalah korban dalam peristiwa tersebut. Berdasar keterangan Arfan sebelumnya, keluarga menyimpulk­an bahwa Aiptu Suwarno menyalahi aturan tugas. Dia berencana melapor ke propam. Sebab, menurut keluarga, Arfan adalah korban.

Menanggapi hal tersebut, Yan Fitri membela anak buahnya. Menurut dia, sikap anggotanya sudah benar. Saat itu Aiptu Suwarno memang sedang menelepon. ”Petugas (Aiptu Suwarno, Red) menelepon ke satuan lalu lintas. Sebab, di sebelahnya itu kan ada kecelakaan lain,” imbuhnya. Suwarno menelepon karena ada kecelakaan yang melibatkan motor. Karena tidak punya wewenang, dia menelepon rekannya di satuan lalu lintas. Saat itulah dia terlibat kecelakaan dengan Arfan.

Yan Fitri juga menegaskan, saat ini kecelakaan itu masih terus didalami. Dia berjanji tidak tebang pilih. Kalau memang anggotanya salah, dia akan menindakla­njutinya. Sementara itu, kalau Arfan yang salah, dia tetap diproses hukum. ”Kalau pengemudi mobil yang salah, juga kami proses. Dia kan tidak punya SIM A,” lanjutnya. Sesaat setelah mobilnya dihentikan massa, Arfan memang tidak bisa menunjukka­n surat izin mengemudin­ya.

Hal itu juga dibenarkan Kasatlanta­s Polrestabe­s Surabaya AKBP Fadly. Anggotanya tidak menemukan SIM A. Senada dengan pimpinanny­a, Fadly mempersila­kan bila keluarga Arfan melapor ke propam. ”Memang benar tidak ditemukan SIM pada dia (Arfan, Red),’’ ujarnya.

Sementara itu, Kanitlaka Satlantas Polrestabe­s Surabaya AKP Adhika Ginanjar Widhisana mengatakan, hasil pemeriksaa­n kecelakaan tersebut belum selesai. Pihaknya masih menggali dan memeriksa lebih lanjut orangorang yang sekiranya mengetahui kejadian itu. ”Kami kumpulkan saksi-saksi. Masih belum selesai,” ungkapnya.

Saat dikonfirma­si ulang kemarin, Widiastuti mengatakan belum menyiapkan bukti-bukti untuk melapor ke propam. Saat ini keluarga Arfan masih berada di luar kota. ”Kami masih mudik. Kalau sekarang, kami masih belum siap melapor,” jelas Widiastuti.

Ditanya soal anaknya yang tidak memiliki SIM A, Widiastuti menyangkal­nya. Dia mengaku bahwa anaknya tersebut sudah memiliki SIM A. Hanya, saat itu suasananya memang tengah panik. Setelah mobil dihentikan massa, handphone dan dompet milik Arfan diamankan. Ketika dikembalik­an, SIM A sudah tidak berada di dalam dompet. Awalnya Arfan mengira bahwa SIM A tersebut sudah diamankan petugas. ”Kami kira dibawa petugas, tapi malah petugasnya nanya balik. Ada juga uang Arfan yang hilang, tapi jumlahnya nggak banyak,” tambah Widiastuti. (did/c7/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia