Nilai Maksimal B, Lulus Dapat Ijazah
Ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) memberikan kesempatan bagi peserta didik yang tidak dapat mengenyam pendidikan formal untuk mendapatkan ijazah. Hanya, kesempatan tersebut kerap tidak dimanfaatkan sebaik- baiknya.
KENYATAAN itu terlihat pada jumlah peserta yang mengikuti UNPK. Dari jumlah siswa yang terdaftar paket A se-Jawa Timur sebanyak 5.797 orang, terdapat 5.242 orang yang mengikuti ujian. Lalu, jumlah peserta yang mengikuti ujian paket B se-Jatim mencapai 17.215 orang dari 19.327 orang yang terdaftar. Untuk paket C, terdapat 24.995 peserta saja yang mengikuti ujian dari 27.657 pendaftar.
Artinya, ada 5.329 peserta ujian kejar paket yang harus mengikuti UNPK susulan. Mereka terbagi atas 555 peserta UNPK paket A susulan, 2.112 peserta UNPK paket B susulan, dan 2.662 peserta UNPK paket C susulan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Saiful Rachman menjelaskan, kondisi tersebut dianggap wajar atau terjadi hampir setiap tahun. ’’Ya karena sebagian sudah kerja, terus tidak diizinkan pimpinannya, sudah ikut pondok pesantren, serta jarak rumah dan tempat ujian cukup jauh. Jadi, kalau disuruh ujian terbilang susah,’’ tutur Saiful. Alasan paling banyak ditemui dari peserta yang tidak hadir saat ujian adalah masalah pekerjaan.
Yang tidak hadir saat ujian secara otomatis dianggap gugur. Meski begitu, peserta tidak perlu khawatir. Sebab, tahun depan peserta bisa mendaftar lagi sebagai peserta UNPK. Saiful mengimbau kepada seluruh peserta yang sudah terdaftar untuk memanfaatkan kesempatan tersebut semaksimal-maksimalnya. Sebab, ujian itu dapat menunjang pendidikan diri sendiri maupun perkembangan pendidikan di Jawa Timur.
’’Penyelenggaraan dan pendaftaran dilakukan secara gratis. Jadi, peserta tidak dirugikan. Namun, seharusnya peserta bisa memanfaatkannya dengan baik,’’ jelas mantan kepala SMKN 4 Malang tersebut.
Dengan begitu, setiap pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) diimbau untuk mendorong peserta didik guna mengikuti pembelajaran dan ujian. Bagi yang lolos ujian, peserta UNPK berhak mendapatkan ijazah dan SHUN (sertifikat hasil ujian nasional) layaknya sekolah formal. Selain itu, mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi jika memiliki ijazah.
Saiful melanjutkan, hasil UNPK juga digunakan sebagai pemetaan pendidikan. Berdasar nilai, dikbud dapat memantau kabupaten/kota yang memiliki nilai tertinggi maupun terendah. ’’Dari hasil tersebut, kita bisa menentukan kebijakan-kebijakan apa yang perlu dilakukan pada daerah itu,’’ tegas pria 56 tahun tersebut.
Berdasar hasil UNPK tahun ini, Kepala Bidang Pendidikan Informal dan Nonformal Dikbud Jatim Nasor menambahkan, tidak ada rata-rata mapel yang masuk kategori nilai A atau 85–100. Paling tinggi nilai rata-rata per mapel dalam ujian UNPK masuk kategori B, yakni 70–84.
Misalnya, UNPK paket C jurusan IPA. Dalam mapel bahasa Inggris, nilai rata-rata yang diperoleh peserta UNPK paket C jurusan IPA se-Jawa Timur adalah 73.55. Artinya, nilai itu masuk kategori B. Sebaran dalam mapel bahasa Inggris dalam rentang nilai 80 sampai 89, yakni 34,3 persen atau 83 peserta.
Berbeda dengan UNPK paket C, seluruh mapel UNPK paket B memiliki rata-rata nilai berkategori C, yakni dalam rentang 55 sampai 70. Total nilai rata-rata UNPK paket B se-Jawa Timur adalah 390.96. Bahasa Inggris masih menjadi primadona dalam ujian kejar paket B. Buktinya, mapel bahasa Inggris mendapatkan nilai rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan lima mapel lainnya, yakni 69.82.
Untuk paket A, nilai rata-rata mapel tertinggi dipegang IPA. Ratarata nilainya adalah 72.92 dan masuk kategori B. ’’Hasil nilai tersebut terus kami godok untuk pemetaan pendidikan di Jawa Timur,’’ tutur Nasor. (bri/c15/ai)