Manfaatkan Rest Area Jembatan Timbang
MENURUT Kepala Bidang Pengendalian Operasi Dishub LLAJ Jatim Muhammad Isa Anshori, tradisi mudik Lebaran sedikit berbeda dengan momentum balik.
Saat mudik, masyarakat berharap sudah sampai kota tujuan sebelum pengujung Ramadan yang ditandai salat Idul Fitri. ’’Saat mudik, tidak banyak pilihan untuk berkumpul sebelum hari H Lebaran. Sedangkan untuk balik Lebaran, lebih banyak alternatif waktu,’’ ungkap Isa.
Akibatnya, lalu lintas di ruas jalan selama hari H Lebaran cenderung lengang. Kebutuhan masyarakat, khususnya yang di perkotaan, ter- hadap transportasi publik relatif menurun saat awal-awal Lebaran.
Bagi sebagian masyarakat di Jatim, momen Lebaran idealnya ditunggu sampai sepekan sebagai perayaan Lebaran ketupat. Kultur tersebut membuat mereka memilih bertahan lebih lama di kampung halaman daripada balik lebih dahulu.
Sikap demikian turut memengaruhi dishub dalam menyiapkan kebijakan ketersediaan armada. Termasuk armada angkutan mudik dan balik gratis. ’’Komposisi persentase ar- mada untuk mudik dan balik bisa 60:40,’’ lanjut Isa. Menghadapi puncak arus balik Lebaran yang diprediksi terjadi menjelang berakhirnya cuti bersama nasional pada Selasa (21/7), berbagai skenario telah disiapkan. Di antaranya, mengubah fungsi 20 jembatan timbang menjadi rest area yang representatif. Rest area itu dioperasikan mulai H-7 atau Jumat (10/7) sampai H+7 (Sabtu, 25/7). Isa mengatakan, rest area tersebut representatif lantaran peng- guna atau pengunjung mendapat berbagai fasilitas dan layanan. Antara lain, tempat istirahat dan musala yang nyaman, parkir luas, kamar mandi, ruang cek ringan kesehatan, dan koneksi internet.
Pelayanan yang diperoleh, antara lain, makanan dan minuman cumacuma, informasi jalan dan promosi produk unggulan setempat, serta hiburan dan servis ringan di jembatan timbang tertentu. Isa menambahkan, dengan balik awal, lalu lintas jalan belum sepadat menjelang puncak arus balik. Perjalanan panjang pun bisa ditempuh lebih nyaman. (sep/c7/oni)