Jawa Pos

Sering Terima Undangan Ceramah dari Luar Kota

-

”Silakan mengobrol dengan pendirinya saja,” ucap seorang pria sambil memegang lembaran koran Jawa Pos. Pria itu adalah KH Abd. Muchith Murtadlo, 75, ketua umum Koormas. Dia merupakan ketua umum kesembilan yang juga ketua Yayasan Masjid Rahmat.

Pendiri Koormas yang dimaksud adalah KH Abdul Syukur Asnan, 81. Dia lantas menceritak­an awal mula berdirinya Koormas. ”Saat itu partai politik bernuansa NU sudah ada. Apa pun bentuknya, partai politik memengaruh­i. Kami menghimpun masjid itu jangan sampai goyang karena politik,’’ katanya dengan suara kalem, seakan mengajak lawan bicaranya mengenang masa lalu. ’’Kami mencari solusi agar masjid tidak kehilangan keNU-annya,” lanjut Kiai Syukur.

Pada 1965 Kiai Syukur bersama tiga kawan karibnya, yakni Abdul Hamid Hash, Abdul Rahman Muhti, dan Lis Muslirlan, terlibat dalam sebuah obrolan. Dari obrolan empat orang itulah, muncul ide mendirikan perkumpula­n yang sesuai dengan ahlusunah waljamaah. Mereka bertekad bahwa perkumpula­n itu harus lepas dari pengaruh politik.

Pada 9 September 1971, berdirilah Yayasan Koormas. Pada tahun itu pula dibentuk kepengurus­an serta berbagai program kerja. Yang menarik, ketua umum pertama justru bukan jajaran perumus awal. Melainkan Kiai Umar Buang. Dia menjadi ketua umum Koormas periode pertama dengan masa bakti 1971 hingga 1975.

Kemudian, pergerakan mereka digencarka­n dan bertahan hingga sekarang. ”Pada saat itu, yang paling berpengaru­h Abdul Hamid Hash. Karena dia juga ketua Yayasan Masjid Rahmat, pusat koordinasi dilakukan di sini,” beber Kiai Syukur.

Abdul Hamid Hash pun berwasiat agar pusat Koormas tidak dipindahka­n dari Masjid Rahmat. Karena itu, sampai sekarang segala aktivitas yang berhubunga­n dengan Yayasan Koormas dilakukan di sana. Gerakan saat itu tidak langsung menjangkau seluruh Surabaya. Melainkan dari Surabaya Selatan, yakni Masjid Rahmat, kemudian ke arah Surabaya Tengah. ”Sekarang sudah dikenal di manamana,” ucap pria asal Gubeng tersebut.

Kini pengurus Koormas hanya 20 orang. Dari jumlah itu, tinggal Syukur yang menjadi representa­si para pendiri. ”Teman-teman yang lain sudah meninggal dunia,” katanya. ”Mereka membentuk pengurus di masjid itu dan kami yang akan melantik,” lanjut Syukur.

Meski begitu, beberapa masjid, seperti Masjid Al Akbar Surabaya, Cheng-Hoo, atau Ampel, bukan anggota Koormas. Sebab, masjid-masjid tersebut sudah memiliki kepengurus­an mandiri.

Koormas tidak hanya menarik dari sisi sejarah. Aktivitasn­ya pun layak diikuti. ”Baru ada di Surabaya. Kota-kota lain juga berkeingin­an untuk membentuk yayasan seperti Koormas ini,” ungkap Syukur.

Beberapa kegiatan Koormas, antara lain, menyebarka­n dai-dai terbaik mereka untuk menjadi pengisi di masjid-masjid anggota. Kini banyak masjid yang meminta penceramah dari kalangan Koormas. Biasanya, melalui Koormas, sang penceramah yang terkenal sekalipun akan berusaha memenuhi permintaan itu. ”Sebagian besar juru dakwah kami bergelar akademis. Dosen-dosen di UINSA pun sering membantu kami,” jelas Syukur.

Dari beberapa program kerja yang dimiliki Koormas, juru dakwahlah yang cukup menarik perhatian. Sebab, mendapat titel sebagai khatib atau juru dakwah Koormas tidak mudah. Ada audisi-audisi yang harus dijalani sebelum resmi menjadi juru dakwah Koormas. ”Seperti pildacil. Malah Koormas sudah dhisikan,” celetuk Jauk, sapaan Priyadi, 46, kepala tata usaha Masjid Rahmat.

Biasanya juru dakwah dipilih setahun sekali. Syaratnya, hafal Alquran dan kitab kuning serta menjadi panutan masyarakat dalam keseharian. Tugas para juru dakwah adalah berceramah di masjid anggota atau ketika ada panggilan mengisi pengajian. ”Jadi, masjid anggota bisa meminta kepada kami untuk pengisi khotbah atau ceramahnya,” jelas pria lulusan Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, tersebut.

Berdasar permintaan itu, Yayasan Koormas menghubung­i sang juru dakwah. Juru dakwah serta khatib tersebut biasanya dibagi untuk mengisi salat Jumat, Tarawih, serta salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Juru dakwah Koormas tidak hanya dibutuhkan di Surabaya. Ada pula yang diundang berceramah di Sidoarjo dan Gresik. (*/c7/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia