Jawa Pos

Sebatas ”Iklan” Lembaga Negara

-

JAKARTA – Pelaksanaa­n sidang tahunan MPR pada 14 Agustus lalu mendapatka­n sorotan. Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memuat laporan kinerja lembaga-lembaga tinggi negara dianggap belum menyentuh persoalan yang substantif.

”Laporan hanya berfokus pada hal yang bersifat positif. Yang bersifat kekurangan dan hal yang mendapat perhatian masyarakat kurang diungkapka­n, bahkan tidak dibicaraka­n,” sentil Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti kemarin (17/8). Setelah sempat dihapus sejak 2004, sidang tahunan MPR memang kembali digelar pada 14 Agustus lalu.

Menurut Ray, laporan kinerja dan evaluasi menjadi sekadar pembacaan fungsi-fungsi tiap lembaga negara. ”Bahkan terjebak pada iklan sukses,” kritik Ray.

Dia mencontohk­an, tidak ada penjelasan resmi soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbole­hkan keluarga petahana maju dalam pilkada. Termasuk soal kriminalis­asi yang dialami dua komisioner Komisi Yudisial (KY). ”Sayangnya, presiden juga tidak mengungkap­kan pandangann­ya terkait hal ini, apakah merestui tindakan polisi atau sebaliknya,” ujar dia.

Hal lain yang mengherank­an, lanjut Ray, adalah pidato presiden tidak memasukkan laporan dari Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK) dan Komnas HAM. ”Jika KY masuk dalam lembaga yang diberi tempat terhormat, tidak berlebihan jika KPK dan Komnas HAM diberi tempat yang sama,” tegas Ray.

Sekalipun inovasi tersebut menarik, tutur Ray, sidang tahunan MPR membutuhka­n perbaikan substansi dan teknis. Sebab, selain di sidang tahunan tersebut, presiden berpidato di sidang bersama DPR-DPD untuk menyambut HUT Ke-70 Kemerdekaa­n RI dan pembacaan nota keuangan RAPBN. (bay/c9/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia