Trigana Jatuh Bukan karena Cuaca
Jasad Penumpang, Kotak Hitam, dan Uang Rp 6,5 M Ditemukan
SENTANI – Di tengah persiapan proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Trigana Air jenis ATR-42 dengan nomor penerbangan IL-267 di tengah hutan belukar Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mulai mengungkap penyebab insiden itu. Jonan mengungkapkan, penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 54 orang tersebut bukan faktor cuaca. Sebab, berdasar laporan BMKG setempat, cuaca saat itu sangat cerah
”Pesawat Trigana jatuh bukan akibat cuaca yang buruk, tapi karena faktor lain,” ujar Jonan di Lanud Jayapura, Papua, kemarin. Menurut dia, sesuai dengan laporan BMKG, pada hari kecelakaan, cuaca sangat baik. ”BMKG Pegunungan Bintang menyatakan, situasi saat itu cerah, terbuka, tidak tertutup awan,” terang dia.
Jonan menambahkan, dugaan bahwa insiden itu tidak disebabkan cuaca juga dikuatkan oleh fakta bahwa sebelum pesawat Trigana mendarat di Bandara Oksibil, ada pesawat lain yang mendarat dengan selamat. ”Ada pesawat lain juga di Oksibil,” ucap Jonan. Lantas, apa penyebab utama jatuhnya pesawat Trigana Air itu? Jonan menolak menjawab dengan jelas. Dia meminta semua pihak menunggu hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). ”Nanti akan diteliti KNKT, apa sebenarnya yang terjadi,” ucap dia.
Sementara itu, kerja cepat dilakukan tim SAR gabungan setelah berhasil mencapai lokasi jatuhnya Trigana Air IL-267 di tengah hutan belukar Distrik Okbape. Dalam tempo singkat, tim berhasil menemukan 54 jenazah atau jasad seluruh penumpang kemarin siang, tepatnya pukul 11.30 WIT.
Dua jam kemudian tim SAR gabungan juga berhasil menemukan kotak hitam ( black box) pesawat. Di lokasi tersebut juga ditemukan ceceran uang Rp 6,5 miliar yang dibawa empat petugas PT Pos Indonesia.
Saat jumpa pers dengan media, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F.H. Bambang Soelistyo menceritakan bahwa tim SAR gabungan kali pertama tiba di lokasi sasaran sekitar pukul 09.40 WIT. Tim pertama yang berhasil menembus lebatnya hutan dan mencapai puing-puing badan pesawat berasal dari unsur udara yang berhasil menurunkan dua personel melalui helikopter milik PT Freeport Indonesia. Hampir bersamaan, dua personel TNI-AU lainnya juga tiba di lokasi melalui jalur darat.
”Sehingga tadi pagi (kemarin, Red), sekitar pukul 09.40 WIT, ada empat personel yang tiba lebih dulu di lokasi jatuhnya pesawat. Tidak lama kemudian, 54 personel tiba di lokasi. Sehingga di lokasi sudah ada 58 personel,” jelas Bambang saat memberikan keterangan pers di Base Ops Lanud Jayapura di Bandar Udara Kelas 1 A Sentani kemarin (18/8).
Tim SAR gabungan yang berada di lokasi jatuhnya pesawat, menurut Bambang, telah berhasil menemukan 54 jenazah dan memasukkannya ke kantong jenazah untuk selanjutnya dievakuasi. ”Namun sayang, jenazah belum bisa langsung die- vakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat karena cuaca di Oksibil masih buruk. Rencananya, besok (hari ini, Red) apabila cuaca membaik, 54 jenazah tersebut dievakuasi ke Oksibil dan selanjutnya diterbangkan ke Jayapura untuk proses identifikasi oleh tim DVI Polri di RS Bhayangkara Polda Papua,” ungkapnya.
Mengenai teknis evakuasi yang akan dilakukan, Bambang memaparkan, apabila kondisi cuaca mendukung untuk dilakukan evakuasi, pihaknya akan mengevakuasi seluruh jenazah dari lokasi jatuhnya pesawat dengan cara netting atau menggunakan jaring. ”Dengan teknik atau cara netting ini jenazah dimuat satu kali ke Oksibil menggunakan helikopter,” ucapnya.
Namun, jika rencana A itu gagal karena kendala cuaca, disiapkan skenario lain. Yakni, jenazah penumpang digotong bergiliran lewat jalur darat. Atau alternatif terakhir: membangun helipad di lokasi dekat puing pesawat. ”Semua kami putuskan besok, bergantung kondisi cuaca,” tegasnya kemarin.
Bambang menyebutkan, proses evakuasi jenazah dari lokasi menuju Oksibil dan selanjutnya diterbangkan ke Jayapura masih berada dalam kendali Basarnas. Tetapi, jika jenazah sudah dibawa ke RS Bhayangkara untuk diidentifikasi, komando akan beralih ke Kapolda Papua yang di dalamnya terdapat tim DVI.
Penjelasan tentang proses evakuasi juga disampaikan Deputi Bidang Operasional Basarnas Heronimus Guru di Jakarta kemarin. Heronimus mengungkapkan, lokasi jatuhnya pesawat sebenarnya tak jauh dari Bandara Oksibil. Hanya 14 kilometer (km). Namun, sekitar 4 km dari jalur tak bisa dilalui kendaraan. ”Namun, jalur sepanjang 4 km tersebut butuh lima sampai enam jam dengan cara berjalan kaki,” sebutnya.
Black Box Selain 54 jenazah penumpang dan kru pesawat, tim SAR gabungan, menurut Bambang, telah berhasil menemukan kotak hitam ( black box) pesawat Trigana. Black box itu ditemukan sekitar pukul 13.30 WIT.
Saat dikonfirmasi soal temuan Basarnas, Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Masruri mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi resmi terkait penemuan kotak hitam oleh Basarnas. Meski demikian, KNKT mengetahui informasi tersebut melalui web. ”Saya melihat ada tentara yang memegang dan yakin yang dibawa adalah black box,” ucapnya.
Keadaan yang terlihat adalah black box tersebut penyok di beberapa sisi. ” Yang terpenting adalah memori dan instalasi kabel yang ada di dalamnya,” tutur dia. Jika tidak, kotak hitam itu harus dikirim ke perusahaan yang memproduksinya. Setelah ditemukan, black box nanti dibawa ke laboratorium dan dilakukan inspeksi terkait kerusakan alat tersebut. Baru kemudian bisa diproses.
Prosesnya pun membutuhkan waktu cukup lama, yakni hingga satu tahun, untuk mendapatkan final report jika keadaan memorinya masih utuh. ”Namun, kami yakin tidak rusak. Sebab, alat tersebut sudah dilindungi daya benturan dan panas yang cukup besar,” jelasnya
Masruri menyebutkan, jika Kementerian Perhubungan hanya memberikan waktu satu bulan, KNKT akan memberikan informasi sebatas factual report saja. Terkait kondisi sebelum pesawat jatuh, lokasi terjadinya kecelakaan, dan keadaan penumpang. Sebagai informasi, untuk mendapatkan informasi secara lengkap, empat tahap harus dipenuhi, yakni factual report, analisis komprehensif, draft report, dan final report.
Uang Rp 6,5 M Di lokasi jatuhnya pesawat, tim SAR gabungan juga telah menemukan uang Rp 6,5 miliar yang dibawa pegawai kantor pos yang ikut dalam penerbangan pesawat Trigana Air dari Bandara Sentani menuju Oksibil Minggu (16/8). ”Uangnya sudah ditemukan, namun sudah tidak utuh karena sebagian sudah terbakar. Saya sudah instruksikan untuk mengamankan uang yang masih utuh dengan black box yang sudah ditemukan,” terang Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F.H. Bambang Soelistyo.
Sementara itu, PT Pos Indonesia memastikan bahwa dana PSKS Rp 6,5 miliar yang ikut dalam penerbangan pesawat nahas tersebut aman. Sebab, dana PSKS yang dibawa empat orang pegawainya itu sudah diasuransikan. ”Sudah terkonfirmasi, jika dana PSKS turut hilang dalam musibah ini, pihak asuransi akan memberikan pengganti,” kata Sekretaris PT Pos Indonesia Amrizal kemarin.
Terkait kapan dana tersebut bisa dicairkan, Amrizal menyatakan bakal menyesuaikan dengan kesiapan pihak Pemkab Pegunungan Bintang. Sebab, secara teknis, pemdalah yang tahu kesiapannya. ”Secepatnya akan kami komunikasikan,” ucapnya.
DVI Kapolda Papua Brigadir Jenderal Paulus Waterpauw mengungkapkan, hingga kemarin sudah ada 42 keluarga korban yang melapor dan memberikan data ciri-ciri anggota keluarga mereka ke tim DVI. ”Jadi, masih ada 12 keluarga korban lagi yang belum melapor ke tim DVI. Kami harap masyarakat yang merasa keluarganya ikut dalam pesawat Trigana yang jatuh ini bisa mel- apor ke tim kami. Sebab, data ini sangat kami butuhkan untuk proses identifikasi,” tuturnya.
Secara terpisah, Kabiddokkes Polda Papua Kombespol Raymon Amiman kepada Cenderawasih Pos ( Jawa Pos Group) mengatakan, pengaduan dari keluarga korban dapat dilakukan di posko antemortem di Bandara Sentani dan di RS Bhayangkara Jayapura. Data dari keluarga korban, menurut Raymon, sangat dibutuhkan untuk memudahkan proses identifikasi.
”Laporan dari keluarga korban akan sangat membantu kami. Utamanya apabila dibutuhkan pembanding DNA atau data lainnya dari korban. Karena itu, semua anggota keluarga korban juga telah diminta contact personnya agar saat jenazah tiba mereka bisa kami hubungi untuk mempermudah dalam mencari data,” jelasnya kepada Cenderawasih Pos.
Untuk tempat penyimpanan jenazah, Raymon menyatakan, lemari pendingin jenazah di RS Bhayangkara hanya dua unit. Namun, pihaknya sudah mendapat bantuan dari Pemprov Papua yang mendatangkan satu kontainer pendingin yang nanti diletakkan di dekat biddokkes polda.
”Kontainer ini mampu menampung 200 jenazah. Kami juga telah menyediakan untuk otopsi. Untuk proses identifikasi ini, kami dibantu tim Mabes Polri sebanyak enam orang di mana tiga orang telah diberangkatkan ke Oksibil dan tiga lainnya stand by di Jayapura. Tim forensik ini terdiri atas ahli forensik dari dokter gigi forensik dan DNA,” bebernya.
Bila penumpang sudah ditemukan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya? Arthur menjawab bahwa tim DVI akan berusaha sekeras-kerasnya menyelesaikan. Tentunya diusahakan secepatnya. Yang bisa memperlambat waktu itu hanya kondisi penumpang yang sudah tidak memungkinkan. Karena akan memerlukan tes DNA. ”Kalau tes DNA ini butuh waktu lebih lama,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Operasional Trigana Air Beni Sumaryanto menegaskan bahwa seluruh korban pesawat Trigana Air, baik yang terdata di manifes maupun yang tidak, tetap akan mendapat santunan dari Trigana sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. ”Secepatnya santunan tersebut kami urus dan akan kami berikan sesuai dengan peraturan pemerintah,” terangnya.
Kabidhumas Polda Papua Kombespol Rudolf Patrige mengakui adanya laporan tentang penumpang yang tercantum di manifes batal berangkat dan digantikan penumpang lain. Patrige menyebutkan, dari laporan yang telah diterima, ada sembilan penumpang dalam manifes yang batal berangkat dan digantikan orang lain. (bil/idr/lus/far/ JPG/c11/c9/kim)