Jawa Pos

Rayu Pejabat Provinsi, Langkah Pertama Bentuk BPN

Tidak mudah menakhodai wilayah baru. Selain minimnya pejabat memadai untuk mengisi struktur pemerintah­an, masalah aset dari kabupaten induk menjadi kendala tersendiri. Perjuangan Awang Ishak ”Membentuk” Pemerintah­an Kota Singkawang

-

FAHROZI, Singkawang

SINGKAWANG awalnya adalah bagian dari Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar). Setelah pemekaran dilakukan, daerah yang dikenal dengan sebutan Kota Seribu Kelenteng itu membentuk pemerintah­an sendiri pada 2002. Nah, Awang Ishak menjadi orang yang berperan besar dalam pembentuka­n pemerintah­an Kota Singkawang.

Tantangan berat dihadapi. Terlebih, karakteris­tik Singkawang berbeda dengan daerah lain di Kalbar. Sebut saja Landak, salah satu kabupaten hasil pemekaran. Mereka memiliki pejabat dan lembaga pembantu bupati yang bisa langsung menjadi sekretaria­t. Sementara itu, Singkawang hanya kota administra­tif sehingga tak punya pejabat dan lembaga pembantu wali kota.

Namun, Awang tak kurang akal. Dia meminta tolong sejumlah pejabat di Sekretaria­t Daerah (Setda) Provinsi Kalbar untuk pindah ke Singkawang. ”Beberapa pejabat itu tidak sesuai dengan struktur yang diperlukan,” katanya. Hingga akhirnya terbentukl­ah pemerintah­an baru.

Hal pertama yang dilakukan adalah membentuk Badan Pertanahan Nasi- onal (BPN). Hal tersebut penting karena lembaga itulah yang mendata aset atas pemekaran. Kemudian, satu demi satu struktur pemerintah­an dibentuk. Termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Singkawang.

Pemerintah­an pun berjalan. Awalnya ada tiga kecamatan, yakni Pasiran, Roban, dan Tujuhbelas. Lalu dimekarkan menjadi lima mata angin dan diberi nama arah mata angin: selatan, barat, timur, utara, dan tengah. Setelah menjadi wali kota definitif pada Desember 2002, Awang berkonsent­rasi pada pendidikan dan kesehatan. Salah satu terobosann­ya adalah membebaska­n biaya perawatan di puskesmas.

Mimpi lain Awang adalah membangun bandar udara di Singkawang. Pada periode pertama menjabat (2002–2007) dia melakukan pengkajian untuk pembanguna­n bandara. Berlokasi di Singkawang Selatan. Keberadaan bandara diyakini bakal mendongkra­k perekonomi­an warga di kota berpendudu­k 253 ribu jiwa itu. ”Singkawang menjadi penyangga ekonomi di Kalbar. Namun, hal tersebut harus ditunjang sarana dan prasarana,” tuturnya.

Sebelummen­jadiwaliko­taSingkawa­ng, Awang duduk di Biro Organisasi Setda Provinsi Kalbar. Setelah menyelesai­kan periode pertama menjabat pada 2007, Awang terpilih lagi sebagai wali kota untuk periode 2012–2017.

Salah satu ciri khas Awang adalah berani mengkritik kebijakan pusat dan provinsi. Misalnya soal pengadaan tanah. Menurut dia, hal itu bisa memperlamb­at pembanguna­n daerah. ”Kuncinya, membangun negeri ini di tangan bupati atau wali kota. Karena mereka yang tahu kondisi daerah. Berikan kebebasan, tapi dengan pengawasan dan pemantauan yang selalu dilakukan pemerintah pusat atau provinsi,” tuturnya. (*/c9/ca)

 ?? FAHROZI/PONTIANAK POST ?? DEDIKASI: Wali Kota Singkawang Awang Ishak (dua dari kiri) naik sampan ketika turun ke lapangan untuk mencari sumber air PDAM bagi warga.
FAHROZI/PONTIANAK POST DEDIKASI: Wali Kota Singkawang Awang Ishak (dua dari kiri) naik sampan ketika turun ke lapangan untuk mencari sumber air PDAM bagi warga.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia