Jawa Pos

Surplus Perdaganga­n Tertinggi sejak 2014

Pecahkan Rekor, Capai USD 1,33 M

- 1,51 1,03 11,31 10,41 1,80 1,13 14,70 11,56

JAKARTA – Neraca perdaganga­n pada Juli 2015 berhasil membukukan surplus USD 1,33 miliar. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai surplus tersebut merupakan yang terbesar sejak Januari 2014. Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono, surplus bulan lalu memecahkan rekor surplus neraca perdaganga­n selama 19 bulan terakhir. ”Surplus luar biasa. Ini yang terbesar sejak 2014. Pada Desember 2013, surplus sempat mencapai sekitar USD 1,5 miliar. Tapi, setelah itu, nilainya terus turun,” kata Adi dalam konferensi pers di gedung BPS kemarin (18/8).

Adi melanjutka­n, surplus juga terlihat dari akumulasi periode Januari hingga Juli. Pencapaian surplus sebesar USD 5,75 miliar. Hal tersebut cukup membawa optimisme di tengah intensitas perdaganga­n nasional yang tengah mengalami penurunan. Karena itu, dia menilai, surplus pada Juli merupakan kondisi surplus yang sehat. Sebab, penurunan ekspor Indonesia lebih lamban jika dibandingk­an dengan impor. ”Menurut saya, selama itu surplus ya sehat,” katanya.

Meski begitu, Adi menuturkan, kinerja ekspor Indonesia belum membaik. Nilai surplus pada neraca perdaganga­n terus menurun sejak Januari. Pada Juli, nilai ekspor mencapai USD 11,41 miliar. Namun, jumlah tersebut menurun 15,53 persen daripada bulan sebelumnya. Sementara bila dibandingk­an dengan Juli 2014, nilai ekspor mengalami penurunan 19,23 persen. Menurut dia, penurunan ekspor bulan lalu disebabkan menurunnya ekspor migas yang mencapai 1,26 persen, yakni dari USD 1.439,9 juta menjadi USD 1.421,8 juta. ”Penurunan ekspor migas disebabkan ekspor minyak mentah dan ekspor hasil minyak. Tapi, ekspor gas naik,” tuturnya.

Kemudian, penurunan terjadi pada ekspor nonmigas. Ekspor nonmigas pada Juli mengalami penurunan 17,23 persen, yakni dari USD 12.066,2 juta menjadi USD 9.986,7 juta. Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juli 2015 terhadap Juni 2015 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati dengan penurunan 18,84 persen.

Terkait impor Juli, Adi menuturkan, penurunan yang cukup tajam terjadi dibanding bulan sebelumnya. Pada bulan lalu, nilai impor Indonesia mencapai USD 10,08 miliar. Jumlah tersebut menurun 22,36 persen daripada Juni 2015. Sementara jika dibandingk­an dengan Juli tahun lalu, penurunann­ya mencapai 28,44 persen. Secara kumulatif, nilai impor Januari hingga Juli sebesar USD 84,03 miliar atau turun 19,23 persen daripada periode yang sama 2014. Kumulatif nilai impor tersebut terdiri atas impor migas USD 15,39 miliar dan nonmigas USD 68,63 miliar.

Adi melanjutka­n, komponen yang mengalami penurunan impor cukup dalam pada periode Januari–Juli adalah barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal.

Terpisah, Menkeu Bambang Brodjonego­ro, tampaknya, tidak terlalu khawatir dengan penurunan yang terus-menerus terjadi pada ekspor maupun impor Indonesia. Dia menekankan, kondisi tersebut merupakan dampak dari kelesuan ekonomi global.

”Artinya, global memang lagi lesu dan kalau impornya, ya itu pengaruh dari kurs. Kan sekarang kita tidak mengandalk­an ekspor-impor lagi,” tutur dia saat ditemui di gedung DPR kemarin. (ken/dee/c22/tia)

Periode

Ekspor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

--

Periode

Ekspor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

-32,32 (mtm)

Periode Jan–Jul 2014

Impor (miliar USD)

Ekspor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

--

Periode Juni 2015

Impor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

-- Juli 2015

Impor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

-37,30 (mtm) Pertumbuha­n

(%) Jan–Jul 2014

Impor (miliar USD)

Ekspor (miliar USD) Pertumbuha­n

(%)

-- Pertumbuha­n

(%)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia