Jawa Pos

Ekspor Jatim Turun Drastis

-

KONDISI perdaganga­n Jawa Timur (Jatim) anjlok. Angka ekspor dan impor Jatim turun drastis, jauh di bawah nasional. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekspor pada Juli 2015 sebesar USD 1,02 miliar, turun 32,3 persen (mtm) dan 27,6 persen (yoy).

Nilai ekspor secara kumulatif selama Januari–Juli 2015 juga turun 7,97 persen, yakni USD 11,3 miliar pada 2014 menjadi USD 10,4 miliar. ”Ekspor kita turun drastis. Ekspor secara month-to-month (mtm) turun. Bahkan, penurunann­ya hampir dua kali lipat dari yang dialami nasional. Ekspor ini agaknya memiliki banyak hambatan dan tantangan,” ujar Kepala BPS Jatim M. Sairi Hasbullah kemarin (18/8).

Hampir semua kelompok barang mengalami penurunan ekspor. Ekspor perhiasan dan permata pun anjlok 64,6 persen. Sairi mengungkap­kan, Swiss sebagai negara tujuan ekspor perhiasan dari Jatim menurunkan permintaan. Swiss tidak lagi masuk dalam jajaran 20 besar negara tujuan ekspor bagi Jatim. ”Padahal, Swiss itu entry gate perhiasan dan permata kita untuk masuk ke pasar Eropa,” katanya. Hampir semua negara menurunkan demand terhadap barang nonmigas produksi Jatim, kecuali Australia. Demand dari Australia mampu tumbuh 6,8 persen (mtm). ”Ekspor ini turun karena banyak industri kita yang mengalihka­n barang hasil produksi untuk kebutuhan domestik waktu Lebaran. Di samping itu, alasan utamanya adalah negara-negara mitra dagang kita yang menurunkan permintaan­nya,” ucap Sairi.

Menurut dia, banyak industri di Jatim yang membatasi produksi. Hal tersebut terlihat dari menurunnya nilai impor sebesar 37,3 persen (mtm) dan 42,7 persen (yoy). Nilai impor Jatim pada Juli 2015 hanya USD 1,13 miliar. Secara kumulatif, mulai Januari hingga Juli 2015, nilai impor juga turun 21,4 persen (yoy) dari USD 14,7 miliar pada 2014 menjadi USD 11,6 miliar tahun ini.

Padahal, sebagian besar barang impor adalah bahan baku dan penolong untuk kebutuhan industri. Sairi menyimpulk­an, itu merupakan pertanda buruk bagi industri Jatim. ”Kita terpengaru­h pelemahan rupiah karena sangat bergantung bahan baku impor. Ada industri yang melakukan efisiensi dalam produksi. Ini warning bagi kita,” ucapnya.

Kelesuan permintaan barang impor tersebut terjadi di hampir semua negara mitra dagang Jatim. (rin/c22/tia)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia