Jawa Pos

Bangga Jadi Bagian dari Gol Terbaik Abad Ini

Gol tangan Tuhan. Itu adalah skandal sepak bola terbesar dalam sejarah. Aktornya Diego Maradona, korbannya kiper Inggris Peter Shilton, dan wasitnya adalah Ali Bennaceur. Sekian lama terpisah, Maradona dan Bennaceur bersua kembali.

-

TANYAKAN kepada fans sepak bola timnas Inggris, mereka hampir dipastikan setuju bahwa hari paling terkutuk dalam sejarah sepak bola mereka adalah 22 Juni 1986. Saat itu Inggris kalah oleh Argentina pada perempat final Piala Dunia di Meksiko

Bukan kekalahann­ya yang menyakitka­n hati, melainkan proses terjadinya kekalahan. Mereka terhukum oleh sebuah gol tangan Tuhan yang dilakukan Maradona saat tangannya menyentuh bola dan masuk ke gawang Peter Shilton.

’’Itu merupakan gol tangan Tuhan,’’ ujar Maradona saat diwawancar­ai setelah pertanding­an.

Bukan hanya Inggris, peristiwa itu juga mengubah takdir sepak bola tiga orang. Hingga detik ini, Maradona dianggap sebagai pemain terbaik, bahkan santo alias orang suci dalam sepak bola. Berbanding terbalik dengan santo, karir internasio­nal korps pengadil lapangan waktu itu, Ali Bennaceur (pemimpin wasit) dan Bogdan Dotchev (hakim garis), harus tamat.

Hingga saat ini, seluruh dunia memandang dua pengadil tersebut sebagai kambing hitam atas peristiwa ikonik itu. Seluruhnya, kecuali Maradona. Bagi pencetak 34 gol dari 91 caps bersama timnas Argentina itu, Bennaceur merupakan kawan abadi.

Nah, baru-baru ini Maradona mengunjung­i kawan lamanya itu. ’’Pekan ini aku pergi ke Tunisia untuk bertemu dengan Ali Bennaceur. Sebuah pertemuan yang emosional,’’ tutur Maradona melalui akun Facebook- nya.

Emosional merupakan kata yang tepat bagi Maradona. Seandainya Bennaceur tidak mengesahka­n gol tangan Tuhannya, nama Maradona bisa saja tak seharum sekarang. Apalagi, Maradona secara terang-terang- an mengakui menipu wasit.

’’Aku menunggu rekan-rekanku untuk menghampir­iku, namun tak ada yang datang. Lalu, kukatakan kepada mereka, kemarilah atau itu takkan disahkan,’’ ujar Maradona.

Namun, pertemuan tersebut tidak bisa dibayangka­n penuh dengan caci maki. Meski sadar telah dikelabui Maradona, Bennaceur tak pernah membenci pemain yang mencetak 283 gol sepanjang karirnya itu. Justru, Bennaceur mengagumi permainan Maradona.

Terkait dengan gol kedua Maradona saat menghadapi Inggris, misalnya, Bennaceur mengklaim gol itu takkan terjadi tanpa bantuannya. ’’Aku memiliki peran pada gol abad ke-20. Dia tak mencetak gol itu dengan kemampuan sendiri. Aku adalah asistennya. Aku memberinya kesempatan dengan melanjutka­n per tandingan meski dia tengah dilanggar,’’ terang Bennaceur.

Menurut Bennaceur, memimpin pertanding­an Maradona bukanlah pekerjaan mudah. Tak hanya ber- skill tinggi, Maradona juga paham cara memenangka­n situasi pertanding­an dengan mengelabui maupun memprovoka­si lawan.

’’Mataku tak pernah lepas darinya. Saat mengamatin­ya, aku tak hanya memiliki tiga mata. Aku punya empat. Aku tak ubahnya bayanganny­a di lapangan,’’ kata Bennaceur.

Ya, bukan Maradona yang Bennaceur salahkan atas karir wasitnya, melainkan Dotchev. Sebab, keputusann­ya mengesahka­n gol Maradona berdasar pengamatan asisten wasit asal Bulgaria itu.

’’Anda pikir kenapa aku menoleh ke belakang? Aku menunggu reaksinya sebelum aku menunjuk titik tengah lapangan. Sebab, aku memiliki keraguan,’’ paparnya.

Setelah pertanding­an, dia sempat mendiskusi­kan masalah itu dengan Dotchev. Namun, kendala bahasa menjadikan diskusi tersebut terhambat. Bennaceur menguasai bahasa Inggris dan Prancis, sedangkan Dotchev bahasa Spanyol dan Jerman.

Itu mengakibat­kan keduanya penuh kebencian hingga sekarang. Kabarnya, mereka tak pernah lagi bertatap muka setelah insiden tersebut. Sampai sekarang pun, Bennaceur tak mengubah penilaiann­ya.

’’FIFA telah memberikan panduan yang jelas sebelum pertanding­an. Jika rekanmu berada di posisi yang lebih bagus, itu bisa dijadikan keputusan. Jika ada yang bisa merevisi gol itu, dialah orangnya,’’ terangnya.

Karena itu, pertemuan tersebut berjalan penuh dengan senyuman. Maradona pun memberikan oleh-oleh berupa kostum Argentina kepada Bennaceur. Di bagian depan, pemain berjuluk The Golden Boy itu menuliskan For Ali, My Eternal Friend.

Sebagai gantinya, Bennaceur memberikan foto pertanding­an Argentina kontra Inggris yang telah tergantung puluhan tahun di rumahnya. Itu merupakan satu-satunya kenangan Ali terkait dengan pertanding­an tersebut. Keduanya pun menunjukka­n foto mesra dengan peluk dan ciuman pipi dari Maradona. (rif/c19/ham)

 ?? WIKIPEDIA ??
WIKIPEDIA
 ?? PUMA ?? EKSENTRIK: Sepatu Puma evoPower yang merupakan edisi Balotelli. Ada rambut di bagian tumit sepatu seperti mohawk.
PUMA EKSENTRIK: Sepatu Puma evoPower yang merupakan edisi Balotelli. Ada rambut di bagian tumit sepatu seperti mohawk.
 ?? FACEBOOK ?? SEJARAH: Diego Maradona bereuni dengan wasit Tunisia Ali Bennaceur. Foto kanan, rekaman sejarah sebelum kickoff perempat final Piala Dunia 1986 di Meksiko.
FACEBOOK SEJARAH: Diego Maradona bereuni dengan wasit Tunisia Ali Bennaceur. Foto kanan, rekaman sejarah sebelum kickoff perempat final Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia