Jawa Pos

Posisi Center Harus Berpengala­man

Para Penghobi Tari Buchaechum Korea Selatan identik dengan budaya pop, mulai K-Pop hingga K-Drama. Yuk, sejenak kita melihat budaya tradisiona­l yang juga berasal dari Negeri Ginseng itu. Salah satunya adalah tarian tradisiona­l Korea Selatan,

-

buchaechum. DITEMUI di Pusat Bahasa dan Kebudayaan Korea Untag, Surabaya, pada Senin siang (3/8), enam mahasiswi sedang sibuk berdandan. Mereka mengenakan (busana tradisiona­l Korea) berupa atasan dan rok lebar yang terbuat dari satin. Riasan tipis terpoles di wajah mereka. Rambut yang panjang dikepang, lalu dicepol satu ke belakang. Beberapa yang sudah selesai dirias tampak sedang berlatih menari dengan kipas.

Tiga orang di antara mereka adalah Afrida Putri, Inka Sukma, dan Nora Dita. Afrida dan Nora sudah berlatih hampir setahun, sedangkan Inka baru sekitar tiga bulan. Mereka lalu bercerita mengenai hobi menari itu.

berasal dari dua kata, yakni (kipas) dan (tarian). Seperti namanya, tarian tersebut memang menggunaka­n kipas sebagai properti. Dahulu kala, tarian yang diperuntuk­kan bagi perempuan itu adalah

yang populer di kalangan rakyat jelata. Namun, karena daya tariknya, tarian tersebut lalu masuk ke lingkungan istana. ’’Biasanya ditarikan pada pembukaan acaraacara penting atau perayaan,’’ jelas Afrida.

Ditanya mengenai alasan ketertarik­an, tiga mahasiswi itu punya jawaban senada. Sebagai penggemar K-Pop, mereka sangat ingin belajar tentang kebudayaan Korea secara lebih mendalam. Keinginan tersebut bisa terpenuhi karena di kampus mereka ada KLCC (Korean Language and Culture Center). ’’Kami juga ingin belajar budaya tradisiona­l dan menunjukka­n bahwa Korea tidak hanya terbatas pada K-Pop atau K-Drama,’’ kata Nora.

Afrida lalu menjelaska­n mengenai filosofi tari Dalam budaya tradisiona­l Korea Selatan, seorang perempuan harus tampil feminin, anggun, namun juga kuat. Perempuan digambarka­n memiliki kecantikan selayaknya bunga yang mekar. Nilai-nilai itu lantas tertuang dalam gerakan tari. ’’Pokoknya, feminisme perempuan akan lebih terlihat setelah membawakan tarian ini,’’ ujar Inka.

Dengan tempo lambat, para penari harus bergerak anggun, harmonis, dan teratur. Kaki atau tangan tidak boleh terlampau banyak bergerak atau memakan tempat. Gerakan juga tidak boleh terlihat kaku atau dipaksakan. Harus mengalir dan natural. Para penari mesti bisa mengikuti ritme dari alunan yakni instrumen Korea Selatan yang terdiri atas gendang dan gong.

Sebagai simbol bunga, para penari akan mengelilin­gi satu penari di tengah dalam formasi lingkaran. Dalam formasi itu, setiap penari membuka kipas mereka. Jika dilihat dari atas, formasi tersebut tampak seperti bunga. Para penari juga harus bisa melakukan gerakan atau membentuk sebaris gelombang dengan menggunaka­n kipas.

Komposisi penarinya, ada satu yang berperan sebagai Penari itu akan menjadi orang yang berada di tengah saat posisi membentuk bunga atau posisi sejajar. Selain itu, penari bakal membawakan beberapa gerakan solo yang diiringi gerakan harmonis penari lainnya. Karena menjadi daya tarik, penari biasanya adalah penari yang sudah berpengala­man.

Untuk properti, kipas menjadi elemen penting. Kipas yang digunakan memiliki garis tengah sepanjang 60 cm dengan bahan dari kayu, rotan, besi, atau plastik. Cara memegangny­a pun tidak boleh sembaranga­n. Harus terlihat elegan, yakni tangan harus lurus dan tidak lemas. Hal itu tentu membutuhka­n kekuatan lengan dan tangan, mengingat banyak gerakan yang membuat penari harus terus membuka kipas. (len/c19/jan)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia