Produk UMKM Harus Tembus Pasar Internasional
Hari Ini Pelatihan Seri Dua di Gedung Pelindo III
SURABAYA – Pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Semua pihak harus terpanggil untuk memberdayakan pelaku UMKM. Itu pula yang dilakukan Alfamart pada event Metropreneur yang diadakan Jawa Pos bersama Pelindo III hari ini di Auditorium Bromo lantai 5 Kantor Pelindo III, Jalan Perak Timur.
Branch Manager Alfamart Sidoarjo Nurcahyo Rahutomo berharap pelatihan hari ini mampu menambah pengetahuan pelaku UMKM. Terutama pengetahuan mengenai manajemen ritel modern. ’’Tujuannya, agar mereka bisa mengembang- kan bisnis di bidang tersebut,’’ katanya.
Nurcahyo menjelaskan, ada materi tentang mengamati tren produk atau selera konsumen. Tren itu disesuaikan dengan musim atau waktu tertentu. Ilmu tersebut bisa menjadi bekal bagi pelaku UMKM dalam menata persediaan barang.
Selama ini, banyak pelaku UMKM yang tidak menggunakan metode itu. Mereka kulakan barang tanpa mempertimbangkan selera konsumen. Akibatnya, banyak barang yang tidak laku dan tak terjual. Selera konsumen terhadap barang tersebut hilang karena musim.
Ada ilmu untuk mengantisipasi kondisi demikian. Nurcahyo berharap, peserta pelatihan bisa mengambil manfaat dari ilmu itu. Dengan begitu, tidak terjadi surplus stok di gudang.
Ilmu manajemen cash flow juga diberikan pada pelatihan hari ini. Materi tersebut sangat penting. Ilmu itu merupakan dasar dalam menata keuangan perusahan. Jangan sampai keuangan perusahaan bercampur dengan pribadi. ’’Semua diajarkan di event ini,’’ ucapnya.
Pada bagian lain, pemberdayaan UMKM juga selaras dengan instruksi Gubernur Jatim Soekarwo. UMKM merupakan pendongkrak ekonomi. Bahkan, dia meminta pangsa pasar UMKM diperluas. ’’Paling tidak, sektor ekspor,’’ tuturnya
Untuk mencapai itu, produk UMKM harus digarap lebih matang. Banyak produk UMKM setengah jadi yang dijual ke pasar. Soekarwo menginginkan produk tersebut disempurnakan. Misalnya, produk ulat sutra yang dikirim dalam bentuk benang. Ke depan, Soekarwo meminta produk itu tidak sekadar benang, tetapi dalam bentuk kain.
Nilai barang jadi lebih mahal ketimbang setengah jadi. Selain itu, pasar lebih mudah menerima. Terutama pasar ekspor yang saat ini belum digarap dengan baik. Ke depan, pria yang pernah menjabat Sekdaprov tersebut meminta penggarapan pasar ekspor lebih dimaksimalkan.
Pasar ekspor sangat potensial untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Apalagi, kurs rupiah sangat lemah. Kondisi itu bisa menjadi keuntungan bagi pelaku UKM yang bisa menguasai pasar ekspor. (riq/c20/oni)