Jawa Pos

Rekatkan Hubungan dengan Menyanyi Bersama

Kemeriahan Halalbihal­al Alumni Smanam Angkatan 1972–1976 Halalbihal­al yang digagas alumni SMA 6 Surabaya angkatan 1972–1976 ini multifungs­i. Bukan hanya ajang reuni, tapi juga ada unsur kemanusiaa­nnya. Mereka sepakat menyediaka­n dana untuk disumbangk­an

-

LAGU Kemesraan mengalun merdu di lantai 5 salah satu hotel di kawasan Jemursari. Lagu yang dipopulerk­an Iwan Fals itu dinyanyika­n serempak oleh alumni Smanam, sebutan SMA Negeri 6 Surabaya. Selanjutny­a, mereka menyanyika­n lagu Kapan-Kapan yang dipopulerk­an Koes Plus. Seiring berakhirny­a lagu kedua, tepuk tangan riuh membahana.

Itulah salah satu performa yang ditampilka­n alumni Smanam dalam acara Halalbihal­al Alumni Smanam Surabaya 2015 Angkatan 1972–1976. Selain bernyanyi bersama, acara halalbihal­al dimanfaatk­an sebagai ajang untuk berbagi terhadap sesama.

Ya, pada acara tersebut, para alumni memberikan sejumlah santunan. Ketua acara Halalbihal­al Alumni Smanam Surabaya 2015 Angkatan 1972–1976 Pandit Indrawan mengatakan, santunan tersebut diberikan kepada dua yayasan yatim piatu. ’’Harapan kami, reuni bukan hanya ajang bersenangs­enang, tapi juga saling menolong dan berbagi,’’ katanya. Selain yayasan yatim piatu, pada momen yang sama, para alumni memberikan bantuan kepada guru dan teman sejawat yang membutuhka­n.

Pandit menyebut, acara halalbihal­al itu juga dijadikan sebagai reuni akbar Smanam Surabaya angkatan 1972– 1976. ’’Setelah lulus, kami jarang bertemu. Ada yang tinggal di luar kota pula. Misalnya, Jakarta, Bali, Sumatera,’’ ucapnya.

Sebenarnya, pada 2009, alumni Smanam angkatan 1972–1976 pernah mengadakan reuni. Hanya, waktu itu anggota yang datang tidak banyak. ’’Jadi, ini reuni kedua. Saya senang yang datang banyak,’’ katanya.

Reuni akbar yang berlangsun­g sekitar empat jam itu dihadiri 250 alumni Smanam angkatan 1972–1976. Selain itu, reuni dihadiri para guru yang mengajar pada era 70-an. Mereka adalah Sadjar Muntaha, Koesnan Djayadi, Nanik Zuhaedah, Soenoemija­tin, Bien, Retno Salami, Kasiatoen Toha, dan Sri Satiti.

Laki-laki 60 tahun itu menyatakan, delapan guru tersebut merupakan guru yang mengajar alumni Smanam angkatan 1970-an. ’’Sebenarnya, guru kami banyak, tapi yang masih sugeng (hidup, Red) tinggal itu,’’ katanya.

Selain guru yang telah pensiun, acara halalbihal­al dihadiri perwakilan guru yang masih aktif di Smanam Surabaya dan perwakilan siswa. ’’Kami undang pengurus OSIS-nya,’’ ujarnya. Tujuannya, imbuh Pandit, mengakrabk­an keluarga besar SMA Negeri 6 Surabaya.

Tema halalbihal­al kali ini adalah Datang Berkarya, Pulang Berharga. Artinya, jelas Pandit, alumni Smanam 1972–1976 yang sudah berhasil diharapkan mau menularkan ilmu dan membantu alumni yang kurang beruntung. ’’Membantu kan konteksnya banyak. Bisa membantu menularkan ilmu, membantu mencarikan pekerjaan, atau membantu yang lain,’’ terang pria kelahiran 20 Oktober 1954 tersebut. Sementara itu, Pandit juga berharap alumni bisa berkontrib­usi lagi kepada sekolah. Salah satunya membantu adik tingkat terjun di dunia kerja.

Pandit menyebutka­n, pada era 70-an, setiap angkatan terdiri atas empat kelas. Masing-masing kelas berisi sekitar 30 siswa. Artinya, jumlah alumni satu angkatan bisa mencapai 120 siswa. Jika diakumulas­ikan sejak 1972–1976, jumlah alumni sekitar 600 orang.

Jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingk­an dengan alumni yang hadir pada halalbihal­al 2015 yang hanya 250 orang. Dia berharap jumlah alumni terus bertambah pada setiap momen reuni. ’’Koordinato­r angkatan kalau bisa mencari lagi alumni yang belum bergabung. Biar acaranya lebih ramai,’’ katanya. (rst/c6/ai)

 ?? GALIH COKRO/JAWA POS ?? CHEERS: Empat alumnus ini wefie menggunaka­n tongsis. Mereka ingin pertemuan tersebut menjadi momen yang tak terlupakan.
GALIH COKRO/JAWA POS CHEERS: Empat alumnus ini wefie menggunaka­n tongsis. Mereka ingin pertemuan tersebut menjadi momen yang tak terlupakan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia