Pemprov Langsung Lakukan Normalisasi
Juga Tawarkan Modal Usaha
JAKTIM – Pemprov DKI Jakarta bergerak cepat setelah pembongkaran bangunan liar di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jaktim. Mereka langsung membuat skema normalisasi Kali Ciliwung. Banyaknya bangunan di bantaran kali tersebut ditengarai menjadi salah satu penyebab banjir Jakarta.
’’Kami segera melakukan normalisasi. Sebab, Kali (Ciliwung) ini harus dilebarkan,’’ kata Fikri Abdurrachman, pimpro normalisasi Kali Ciliwung yang juga staf Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Dia menyatakan, Kali Ciliwung akan dilebarkan menjadi 35 meter dari kondisi sekarang 15 meter.
Sementara itu, dari penggusuran Kamis (20/8), lebar lahan mencapai 35 meter. Dikurangi 20 meter untuk memperlebar Kali Ciliwung, masih terdapat sisa 15 meter. ’’Sisanya itu akan kami gunakan sebagai jalan inspeksi,’’ jelas pria yang juga staf di Kementerian PU dan Perumahan Rakyat tersebut. Perinciannya, 7,5 meter di sisi kiri dan kanan sungai tersebut.
’’Juga, akan kami tanami pepohonan sebagai penghijauan. Sungainya akan kami perdalam dari kedalaman sekarang 2–3 meter,’’ katanya. Selain itu, pihaknya akan menembok kali itu sama dengan yang di Jalan Tongtek, tempat pembongkaran 13 ruko dulu.
Berdasar data BBWSCC dan Pemkot Jakarta Timur, ada empat paket normalisasi Kali Ciliwung. Panjangnya mencapai 24,12 kilometer dengan lokasi mulai TB Simatupang hingga Kampung Melayu. Paket pertama sepanjang 4,84 kilometer dari Manggarai hingga Kampung Melayu.
Paket kedua sepanjang 6,61 kilometer dari Kampung Melayu hingga Kalibata. Ketiga, mulai Kalibata hingga Condet (6,49 km). Keempat, Condet hingga TB Simatupang (6,18 km).
Jadi, lanjut Fikri, untuk menghindarkan banjir, kali harus dibebaskan mulai Kampung Pulo hingga pintu air Manggarai. Begitu pula dari Kampung Pulo hingga Kalibata. ’’Pembebasan Kampung Pulo ini baru permulaan,’’ katanya.
Menurut dia, saat ini di TB Simatupang juga sedang ada pekerjaan. Di sana, lanjut dia, banjir tidak ter- lalu parah seperti di Kampung Pulo maupun Pejaten. ’’Hanya, TB Simatupang maupun Kalibata tidak berada di tengah kota. Kalau di sini kan jelas terlihat,’’ katanya.
Di tempat terpisah, Kepala BBWSCC Teuku Iskandar menyatakan, karena penyempitan kali, debit air saat ini hanya sekitar 200 meter kubik per detik. Padahal, bila saat musim penghujan, debit air bisa mencapai 570 meter kubik per detik. Akibatnya, air meluap ke permukiman warga. ’’Karena itu, kami perlu melebarkan kali atau normalisasi,’’ tegasnya.
Dia menyatakan, saat ini kondisi muara kali relatif lebih baik daripada bagian hulu. Yakni, mulai Manggarai hingga TB Simatu- pang. Pintu air Manggarai bahkan sudah ditingkatkan. Sebelumnya, di sana hanya ada dua pintu. Setelah ditambah menjadi tiga pintu, debit air menjadi 500 meter kubik per detik. Karena itu, Kampung Pulo perlu diperlebar agar fungsi sungai optimal.
’’Kalau sudah dinormalisasi, dampaknya, banjir di daerah Jakarta Selatan dan Timur yang selama ini jadi langganan akan berkurang,’’ katanya.
Di bagian lain, untuk memancing warga pindah ke flat, Pemprov DKI Jakarta bakal menganggarkan pemberian modal usaha kepada mereka. ’’Tapi, ini untuk warga yang mau pindah flat lho,’’ ucap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Langkah tersebut diambil karena warga mengeluh akan sulit membuat usaha jika harus pindah ke flat.
’’Sebenarnya flat sudah ada dan masih banyak yang kosong. Sudah jadi sejak zaman Pak Jokowi masih gubernur. Lha sekarang kok belum mau pindah,’’ tuturnya. ( rya/ fai/ c5/ ano)