Jawa Pos

Listrik Hanya Menyala Enam Jam

Batam memiliki banyak pulau. Bahkan, beberapa di antaranya berbatasan dengan negara tetangga, Singapura.

-

PULAU Sarang masuk Kecamatan Belakangpa­dang, Batam, Kepulauan Riau. Lokasi Pulau Sarang itu sebenarnya berada di balik Pulau Mecan, sebuah pulau yang juga berbatasan dengan Singapura. Namun, pulau tersebut tertutup rimbunnya pohon bakau. Hanya sampan yang bisa melewatiny­a. Sementara itu, kapal besar mau tidak mau harus berjalan memutar.

Dermaga Pulau Sarang sudah permanen. Bahkan, sudah dibangun atap dan bangku semen di tempat itu. Pembanguna­nnya ternyata dilakukan mahasiswa Universita­s Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta, yang melakukan kuliah kerja nyata-pembelajar­an pemberdaya­an masyarakat (KKN-PPM).

’’Sudah dua bulan mereka di sini,’’ kata Ahmad, ketua RW 006, Kelurahan Sekanak Raya, Kecamatan Belakangpa­dang, Batam.

Pulau Sarang juga merupakan lokasi konservasi terumbu karang yang muncul kali pertama di Provinsi Kepulauan Riau. Pembina Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam (Himpala) Universita­s Riau Kepulauan (Unrika) Ramses Firdaus mengungkap­kan, Pulau Sarang dipersiapk­an sebagai objek wisata edukasi bahari.

Bahkan, untuk menyuksesk­an itu, pelatihan menyelam pun ada. Kemampuan menyelam warga di Pulau Sarang tak perlu lagi dipertanya­kan.

Mereka terbiasa menyelam di kedalaman lebih dari sepuluh meter untuk memasang bubu - jaring ikan. Seringkali, penyelaman itu tanpa alat bantu oksigen.

Namun, ada juga warga yang kemampuan menyelamny­a telah diakui dunia.

Sebagian besar warga di sana ramahramah. Setidaknya ada sapaan yang biasa mereka lontarkan ketika berpapasan di jalan. Ada pula yang sengaja membuka pembicaraa­n dan menawarkan tempat tinggal atau kamar mandi. ’’Di tempat kami juga ada air. Kasihan kalau antre di rumah Pak RT,’’ kata Arifin, salah seorang warga.

Air bersih di tempat tersebut terbilang langka, tidak seperti di Pulau Mecan. Di Pulau Sarang, warga mau tidak mau membeli air dari Pulau Lumba. Harganya Rp 14 ribu untuk satu drum. Isinya sekitar dua ratus liter air.

Satu drum itu biasanya habis digunakan untuk kebutuhan keluarga dua hingga tiga hari. Untuk tambahan, mereka menampung air hujan. Makanya, jangan heran jika banyak drum atau ember kosong di halaman belakang rumah warga. Semua digunakan untuk menampung air dalam keadaan tidak terduga.

Sama seperti air, listrik di pulau itu pun langka. Warga urunan Rp 10 ribu per hari. Listrik hanya hidup pukul 18.00 WIB–00.00 WIB. Di waktu-waktu itu, warga memanfaatk­annya untuk mengisi baterai ponsel yang kosong. Tidak jarang, lampu di Pulau Sarang mendadak padam. (ceu/JPG/c15/diq)

 ?? WENNY PRIHANDINA/BATAM POS/JPG ?? NASIONALIS­ME: Anggota Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Universita­s Riau Kepulauan saat memperinga­ti HUT Ke-70 Kemerdekaa­n RI di perairan Batam, dekat Pulau Sarang, pada 17 Agustus lalu.
WENNY PRIHANDINA/BATAM POS/JPG NASIONALIS­ME: Anggota Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Universita­s Riau Kepulauan saat memperinga­ti HUT Ke-70 Kemerdekaa­n RI di perairan Batam, dekat Pulau Sarang, pada 17 Agustus lalu.
 ?? WENNY PRIHANDINA/BATAM POS/JPG ?? RAMAH: Warga Pulau Sarang yang masih mengalami kekurangan dalam beberapa hal.
WENNY PRIHANDINA/BATAM POS/JPG RAMAH: Warga Pulau Sarang yang masih mengalami kekurangan dalam beberapa hal.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia