Jawa Pos

Kenang Peristiwa Rok Mini

-

PENAMPILAN alumni Santa Maria 1974 terkenal mbois. Para siswi sering mengenakan rok mini. Dengan ukuran tinggi rok lebih 10 sentimeter di atas lutut. Tentu saja, ukuran tersebut merupakan sebuah pelanggara­n. Sebab, dalam aturan, rok yang dipakai para siswi tidak boleh terlalu pendek. Alhasil, mereka pun dipanggil guru. Diperingat­kan agar tidak mengenakan rok terlalu tinggi dari lutut.

Bahkan, ada siswi yang diperintah langsung ndedel (membuka) jahitan rok mereka yang terlalu pendek. Tujuannya, rok jadi lebih panjang. Tidak sampai di situ, pendisipli­nan para murid pun terus dilakukan tiap saat. Ada pula sidak rok pendek.

Siswi yang pernah diperingat­kan pun berhati-hati menggunaka­n rok mini. Ketika ada pemeriksaa­n, mereka berupaya menghindar. ”Bawa ganti rok panjang. Saat diperiksa, pakai rok panjang. Setelah pemeriksaa­n, ganti lagi yang mini,” kata Lietje Susanto, 60, salah seorang alumni, lantas tertawa.

Sekarang, ketika usia sudah kepala enam, para alumnus tetap kompak melakukan aksi ”nakal”. Ketika berjumpa, alumni yang semua perempuan sering kali ”lupa diri”. Mereka tertawa terbahak dan bercerita dengan antusias. Akibat ulah tersebut, Lietje dan alumnus lain yang naik kereta pernah ditegur seorang penumpang.

Ceritanya, kala itu alumni yang berjumlah sekitar sepuluh orang tersebut pergi ke Jogjakarta. Untuk jalan-jalan sekaligus bertemu dengan teman lama di Kota Gudeg. Mereka memilih naik kereta dalam satu gerbong. Bisa dibayangka­n keseruan mereka dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan, mereka bercerita tentang masa lalu. Juga bercanda. Seolah tak lelah, mereka terus tertawa.

Tapi, tidak banyak orang yang terganggu oleh sikap mereka. Bahkan, ada yang tertarik untuk ikut menyimak obrolannya. Hanya ada satu penumpang perempuan yang menegur mereka. ”Mungkin dia iri, tidak bisa kumpul dan tertawa-tawa seperti kami,” sambung Tuti Eman, lantas tersenyum. (may/c9/ai)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia