Jawa Pos

Puan Tak Pede Dijadikan Piala

-

JAKARTA – Booming batu akik ikut menumbuhka­n ekonomi mikro karena banyak usaha kecil dan menengah (UKM) baru. Salah satu cara untuk menjaga agar tren itu tidak buruburu hilang adalah menggelar pameran berskala besar. Misalnya, Batu Nusantara Show and Contest Piala Puan Maharani yang digelar Rakyat Merdeka ( Jawa Pos Group).

Pameran yang bertempat di hall Rakyat Merdeka Intermark Mixed Used Developmen­t BSD City, Kota Tangerang Selatan, itu menghadirk­an 250 penjual batu akik dari berbagai kota

Event tersebut berskala tertinggi karena memperebut­kan total piala enam menteri.

”Belum pernah ada pameran batu akik yang seperti ini,” ujar Dirut Rakyat Merdeka Margiono saat opening ceremony kemarin (27/8). Menurut dia, akik perlu dijaga karena punya keunikan dalam perjalanan­nya hingga booming. Berawal dari tren orang kecil, lantas memengaruh­i kelas atas.

Karena itu, pameran tersebut digelar sangat meriah. Pemilik batu mulia terbaik bisa mengikuti kontes. Selain piala Puan Maharani selaku Menko Pembanguna­n Manusia dan Kebudayaan (PMK), ada piala lima menteri lain yang bisa direbut. Yakni, menteri dalam negeri, menteri perindustr­ian, menteri pariwisata, menteri koperasi dan UKM, serta menteri sosial.

Pembukaan acara kemarin dihadiri mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda, Wakil Ketua MK Anwar Usman, dan Menteri Perindustr­ian Saleh Husin. Sebelum pembukaan, saat hendak memasuki ruang pameran, Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda sempat menunjukka­n cincin batu akik kepada Menteri Puan Maharani.

Puan yang mengenakan batik cokelat punya cerita lucu saat membuka acara kemarin. Awalnya, dia ragu namanya dijadikan piala kontes batu akik tersebut. ”Piala Puan Maharani? Kok saya, ya? Setahu saya, yang kolektor batu itu bapak saya, Taufiq Kiemas,” ujarnya.

Saat bimbang, staf yang menyortir surat meyakinkan dia bahwa itu sangat penting. Apalagi akhirakhir ini akik sering dibicaraka­n berbagai kalangan.

Setelah melihat keseriusan panitia, Puan akhirnya setuju. Apalagi, meski tidak suka batu akik, dia sebenarnya cukup dekat orangorang yang gemar batu ”ajaib” tersebut. Salah satunya Mendagri Tjahjo Kumolo yang disebut sering membawa banyak batu di tas. ”Dia suka ngeliatin koleksinya. Pakai senter,” ungkapnya disambut tawa hadirin.

Puan mengaku diminta melihat serat batu yang disinari Tjahjo. Lantaran tidak tahu soal batu, dia bingung serat apa yang dimaksud. Tjahjo tidak menyerah. Dia mengambil batu lain dan disinari lagi saat disodorkan kepada Puan. ” Nggak ada garisnya, Om. Kebetulan, saya memang memanggil (Tjahjo) Om,” tuturnya.

Mungkin karena kesal, Tjahjo akhirnya menyuruh Puan untuk menyinari batu itu sendiri. Akhirnya, untuk mengakhiri perdebatan, dia mengiyakan dan mengaku saja telah melihat garis di batu tersebut. ”Padahal, sebenarnya tetap tidak terlihat garis atau serat apa pun,” ujar Puan yang lagi-lagi disambut tawa pengunjung.

Tidak cukup di situ, ajudan Tjahjo juga pernah diguyoni Puan. Ceritanya, ke mana-mana Tjahjo suka menitipkan tasnya yang penuh batu kepada ajudannya. Gara-gara berisi banyak batu, tentu saja tas menjadi sangat berat. ”Badanmu kok tambah kekar, sering bawa batu, ya?” canda Puan disambut tawa pengunjung pameran.

Puan lantas menyatakan, batu akik memang menumbuhka­n lapangan kerja baru. Bahkan, gara-gara menjadi perajin batu akik, seseorang bisa mendapat penghasila­n sampai Rp 150 ribu per hari. ”Banyak yang penghasila­nnya dulu tidak segitu. Bisa untuk makan sampai tiga kali sehari.”

Pembina Asosiasi Batu Mulia Indonesia (Abami) Jenderal (pur) Wiranto mengungkap­kan, ada sekitar 14 juta orang yang kini hidup dari lingkaran bisnis akik. Kalau tren batu mulia sampai turun, berarti ada belasan juta orang yang terancam kehilangan pekerjaan. ”Kami ingin batu mulia Indonesia tidak menjadi tren sesaat, tetapi komoditas yang bisa dijual ke luar,” ujarnya.

Wiranto mengetahui sendiri hal itu. Saat dia mengunjung­i Manokwari, Papua, banyak warga yang mulai meninggalk­an pekerjaan berjualan sayur. Alasannya, uang yang didapat dari menjual sayuran tidak seberapa karena hanya sekitar Rp 15 ribu. (dim/c5/nw)

 ?? MUHAMAD ALI/JAWA POS ?? KHAZANAH BUDAYA: Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda (kanan) menunjukka­n cincin batu mulia kepada Puan Maharani kemarin.
MUHAMAD ALI/JAWA POS KHAZANAH BUDAYA: Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda (kanan) menunjukka­n cincin batu mulia kepada Puan Maharani kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia