Punakawan Minta Proyek DPR Ditunda
JAKARTA – Proyek pembangunan gedung DPR senilai Rp 2,7 triliun membuat gerah tokoh intelektual dan budayawan. Kemarin (27/8) mereka menemui pimpinan DPR dan meminta proyek tersebut ditunda.
Rombongan yang menamakan diri sebagai Punakawan itu dikomandoi bos Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) Jaya Suprana. Hadir juga Emil Salim, Mahfud M.D., Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny, dan Adhyaksa Dault. Mereka diterima Ketua DPR Setya Novanto beserta dua wakilnya, Fadli Zon dan Agus Hermanto.
Menurut Emil, tujuh proyek senilai Rp 2,7 triliun yang diusulkan DPR tidak lantas bisa menjamin peningkatan kualitas para anggota dewan. Padahal, yang diinginkan rakyat adalah peningkatan kualitas intelektual anggota dewan. ’’Usulan pembangunan itu menyinggung hati nurani masyarakat kecil,’’ tuturnya.
Sementara itu, Romo Benny meminta DPR lebih memikirkan persoalan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat. ’’Lebih baik fokus di dana desa,’’ ucapnya. Dana desa yang digulirkan pemerintah lebih konkret karena langsung bersentuhan dengan masyarakat. DPR bisa mengawal dana desa tersebut agar benarbenar terasa manfaatnya bagi masyarakat.
Misalnya, pembangunan bandara di Singkawang, Kalbar; relokasi warga Kampung Pulo, Jakarta; hingga proyek kereta cepat Jakarta–Bandung. Masukan dari para tokoh tersebut dicatat Setya. Sesekali dia tertawa karena usulan-usulan itu diselipi guyonan.
Setya mengatakan, pihaknya bakal mengevaluasi rencana megaproyek tersebut. ’’Tujuh proyek itu sebenarnya untuk jangka panjang,’’ kata politikus Golkar itu. Pembangunannya dilaksanakan secara bertahap. Dia memastikan seluruh masukan tersebut bakal diperhatikan. ’’Tidak ada yang tidak kami tindak lanjuti,’’ ujarnya.
Sementara itu, Fadli Zon mengatakan bahwa DPR secara umum memiliki pandangan yang sama dengan para tokoh tersebut. Indonesia sedang menghadapi persoalan besar. Menurut dia, dalam hal proyek DPR, pihaknya tidak memiliki keinginan untuk memaksakan diri. ’’Apalagi mencari proyek,’’ katanya. (byu/c6/ca)