Jawa Pos

Jaga Tren Akik

Booming batu mulia menjadi kekuatan baru untuk menggerakk­an perekonomi­an. Para pelakunya adalah usaha kecil dan menengah (UKM) yang sudah teruji tahan krisis.

-

COBA saja mendatangi pameran batu mulia di pusat perbelanja­an. Lalu, tanyakan dari mana mereka berasal dan berapa lama berjualan. Mereka dengan antusias menjawab berasal dari sejumlah sentra penambanga­n batu mulia. Entah dari Garut ( Jawa Barat), Pacitan ( Jawa Timur), Purbalingg­a ( Jawa Tengah), Enrekkang, Donggala (keduanya Sulawesi Selatan), Halmahera (Maluku Utara), dan Jayapura (Papua).

Mereka adalah pemain lama yang telah menerjuni bisnis akik. Sebagian besar muncul seiring booming batu mulia dalam satu tahun belakangan. Untuk skala besar, ada pedagang jasper pancawarna asal Garut yang mampu mendapat omzet Rp 50–100 juta per hari. Sedangkan yang kelas bawah, pendapatan­nya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta.

Menko Pembanguna­n Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menyatakan, booming akik seperti gelembung di tengah masyarakat. Dia berharap Kementeria­n Perindustr­ian dan Kementeria­n Koperasi UKM dapat men- jaga momentum demam batu mulia itu agar gelembungn­ya tidak pecah. Yang terpenting lagi, aktivitas tersebut dapat menjadi mata pencaharia­n. ’’Apalagi di situasi sulit seperti ini,’’ ujar Puan saat membuka pameran Batu Nusantara Show and Contest di Tangsel, kemarin (27/8).

Menkop UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga menyatakan siap mendukung para perajin batu akik itu. Namun, dia tidak sendirian karena butuh berkerja sama dengan Menteri Perindustr­ian Saleh Husin. Salah satunya, menyediaka­n mesinmesin penggosok batu. ’’Tren batu ini cukup positif di tengah melemahnya ekonomi Indonesia. Jadi, ada sesuatu yang memiliki nilai jual lebih,’’ tuturnya.

Dalam bisnis batu, lanjut Puspayoga, lingkarann­ya sangat luas. Penambang, pemotong, penggosok, maupun pembuat ikat akik bisa merasakan manfaatnya. Namun, kalau masih ada yang kurang, pihaknya siap menjaga tren akik dengan memperbany­ak pameran. Dia optimistis, melalui pameran, animo masyarakat terhadap batu mulia bakal meningkat. ’’Supaya semakin banyak dan bukannya makin hilang. Jadi, (pameran) harus diperbanya­k,’’ katanya.

Tantangan bisnis akik adalah menjaga serbuan batu impor dari Tiongkok yang acap kali banyak produk sintetis. Puspayoga lantas mencontohk­an kalung yang berhias sepuluh batu mulia yang hanya dijual Rp 50 ribu. Padahal, biaya menggosok batu akik Rp 30 ribu per biji.

Menurut dia, desain pernakpern­ik batu lokal tidak kalah bersaing. Hanya, perajin tak mampu mengolah sisa pecahan batu karena tak memiliki mesin yang berteknolo­gi. Akibatnya, harga akik di pasar pun menjadi mahal. Dia menyatakan, dengan adanya pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015, pemerintah tidak dapat membendung produk impor. ’’Tidak bisa dibatasi produk Tiongkok. Namun, kualitas produk kita wajib ditingkatk­an,” tegasnya. (dim/c22/agm)

 ?? MUHAMAD ALI/JAWAPOS ?? SEKTOR INFORMAL: Menkop UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengamati koleksi akik yang dipamerkan di Tangsel, Banten, kemarin.
MUHAMAD ALI/JAWAPOS SEKTOR INFORMAL: Menkop UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengamati koleksi akik yang dipamerkan di Tangsel, Banten, kemarin.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia