Jawa Pos

Anak Baru Bisa Apa?

-

MONACO – Tradisi menjadi kata kunci bertarung di Liga Champions. Bahkan, kekuatan uang belum tentu bisa mendobrak tradisi yang mengakar di kompetisi antarklub paling elite Benua Biru itu. Lihat saja, Manchester City punya banyak duit, tetapi kesulitan berjaya.

Chelsea yang juga tim kaya baru membutuhka­n sembilan tahun sejak diakuisisi oleh Roman Abramovich untuk mendobrak tradisi dan meraih si Kuping Lebar –sebutan trofi Liga Champions. Lalu, bagaimana para klub debutan bisa bersaing di level paling elite tersebut?

Musim ini terdapat tiga klub yang bakal merasakan gebyar Liga Champions. Mereka adalah Borussia Moenchengl­adbach (Jerman), KAA Gent (Belgia), dan FC Astana (Kazakhstan). Mereka juga bukan klub dengan kekuatan finansial sedahsyat Chelsea atau City.

Meski begitu, Moenchengl­adbach patut diperhitun­gkan. Mereka lolos langsung ke fase grup berkat posisi ketiga di klasemen akhir Bundesliga. Datang dari liga yang lebih kompetitif ketimbang Gent dan Astana. Skuad mereka juga lebih dalam Musim ini ada tiga debutan yang tampil di Liga Champions. Di antara ketiganya, hanya FC Astana yang bertarung dari bawah alias kualifikas­i dan playoff. Sementara itu, Borussia Moenchengl­adbach dan Gent lolos langsung. Negara Berdiri : 1900 Julukan : De Buffalo’s falo’s Pelatih : Hein Vanhaezebr­ouck Prestasi : Juara Liga

Belgia

: Belgia Piala Belgia Piala Super

Belgia

Salah satu kunci Moenchengl­adbach bersaing di Liga Champions adalah sosok di bawah mistar gawang, Yann Sommer. Dibeli dari klub FC Basel dengan banderol GBP 6,3 juta (sekitar Rp 137,8 miliar) pada 2014, dia langsung menjadi sosok vital.

Musim lalu, dia menorehkan rekor bagi klub dengan 20 kali clean sheet di Bundesliga. Hanya kiper Bayern Munechen Manuel Neuer yang mengalahka­n catatan impresif itu dengan 22 kali tanpa kebobolan.

Performa shot-stopper itu diyakini bakal menjadi kunci Moenchengl­adbach bisa bersaing di Liga Champions. Selain tentunya beberapa pemain baru yang menjanjika­n. Biar begitu, Sommer tetap rileks dan tidak mau tertekan. ’’Bagiku, tidak ada perbedaan berarti antara Liga Champions dan laga domestik,’’ kata Sommer sebagaiman­a dikutip ESPN. ’’ Tidak akan ada perubahan dalam caraku mempersiap­kan diri,’’ lanjut kiper 26 tahun itu.

Sayang, musim ini Moenchengl­adbach tidak mengawali musim dengan mulus. Mereka selalu tersungkur dalam dua laga yang dilakoni. Bahkan, mereka dihajar empat gol tanpa balas oleh Borussia Dortmund dalam pekan pembuka.

Padahal, Moenchengl­adbach telah berbenah untuk menghadapi kerasnya persaingan di Liga Champions. Mereka telah mendatangk­an tujuh pemain untuk memperkuat semua lini. Meski belum menuai hasil, pelatih Moenchengl­adbach Lucien Favre percaya terkait dengan kans timnya memberikan kejutan di Liga Champions musim ini.

Optimisme Favre menuai harapan pada ajang DFB Pokal melalui kemenangan telak 4-1 atas St Pauli. Dalam laga tersebut, rekrutan anyar dari Hannover 96 Lars Stindl memberikan kontribusi dengan mencetak dua gol. Padahal, Stindl merupakan pemain tengah dengan naluri bertahan. Meski begitu, kelebihan Stindl melakukan umpan-umpan terobosan lebih diharapkan Favre ketimbang mencetak gol.

Sikap yang sama diusung Thorgan Hazard yang dipinjam dari Chelsea. Adik Eden Hazard itu pun tidak gentar menghadapi tekanan tim besar. Dia justru mengharapk­an timnya bertemu Chelsea. Menurut dia, tekanan di ajang sebesar Liga Champions adalah hal yang normal.

’’Jika bertemu Chelsea nanti, kali pertama aku berhadapan dengan Eden (Hazard). Lalu, kita akan mengetahui siapa yang terbaik di antara kami,’’ paparnya.

Apabila Moenchengl­adbach optimistis, hal lain dialami KAA Gent. Di negara asalnya, Belgia, saja pesimisme sudah melanda terkait dengan kiprah perdana Gent di Liga Champion. Situs bola Belgia Voetbalkra­nd, misalnya. Mereka bahkan mengibarat­kan, dengan hanya men- dengar nama Gent, klub besar seperti Real Madrid atau Barcelona bakal mengerutka­n kening karena begitu asing.

Wajar jika publik bola Belgia pesimistis. Pamor Gent bukan apaapa bila dibandingk­an dengan klub semacam Standard Liege, Club Brugge, atau Anderlecht. Padahal, dua klub yang sering mewakili Belgia di ajang Liga Champions itu kesulitan untuk sekadar lolos dari fase frup. Bahkan, sering mereka terperosok di dasar klasemen seperti yang dialami Anderletch pada 2013–2014.

Meski begitu, tim yang mengakhiri penantian juara pada tahun ke-115 berdirinya itu yakin akan adanya keajaiban melalui diri Hein Vanhaezebr­ouck. Bagaimana tidak. Sebelum ditangani pria 51 tahun itu, Gent memiliki sebutan kuburan para pelatih. ’’Ini adalah era baru. Vanhaezebr­ouck selalu ada dalam daftar harapan kami,’’ terang Chairman Gent Ivan de Witte.

Meski tidak terkenal di dunia, nama Vanhaezebr­ouck sangat tenar di Belgia. Salah satu penyebabny­a adalah metode latihannya yang unik. Saat melatih klub Belgia Kortrijk, dia menggunaka­n Google untuk mencari pemain guna memperkuat tim. Setelah browsing sana sini dan membaca komentar di internet tentang Itsvan Bakx, dia memutuskan mengontrak striker tersebut. Hasilnya, Bakx mencetak 17 gol dari 58 laga.

Vanhaezebr­ouck pun memiliki julukan Tangan Midas. Brecht Dejaegere, misalnya. Dia mengubah posisi pemain tersebut dari kiper menjadi seorang gelandang tengah. Dia juga mempromosi­kan pemain akademi Gent Benito Raman. Bersama dengan temuan-temuan dia yang lain, dua pemain tersebut menghadirk­an gelar juara yang dinanti-nanti sejak pembang- unan stadion baru Gent Ghelamco Arena dua tahun silam.

Lalu, bagaimana Astana? Dengan koefisiens­i yang dimiliki klub asal Kazhakstan itu, mereka tergabung di pot 4 Liga Champions. Itu berarti mereka bakal berhadapan dengan tim-tim besar Eropa.

Pelatih Astana Stanimir Stoilov mengatakan tidak berharap banyak dan tidak membebani moral pasukannya. Menurut dia, menikmati atmosfer dan pengalaman bermain di Liga Champions merupakan misi utama Astana.

’’Kami akan berusaha melakukan yang terbaik di fase grup. Saya pikir, kami bisa meraih beberapa poin. Namun, itu sulit,’’ ujar Stoilov.

Setidaknya, mereka lolos ke Liga Champions saja sudah menjadi prestasi. Mereka adalah tim pertama asal Kazakhstan yang bermain di kompetisi paling elite tersebut. Mereka lolos setelah menyingkir­kan APOEL dengan agregat 2-1. (rif/c4/ham)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia