Bahkan, Tradisi Saja Belum Cukup buat Lolos
ETRIT Berisha menundukkan kepala. Tiga kali dia harus memungut bola dari gawangnya. Kiper Lazio itu tidak kunjung bangun. Dengan tangan memeluk lutut, matanya memandang hijau hamparan rumput di BayArena Stadion, markas Bayern Leverkusen.
Ya, meski memiliki tradisi berlaga di Liga Champions, tactician Lazio Stefano Pioli mengatakan bahwa timnya belum siap saat ini. Kekalahan telak 0-3 oleh Bayer Leverkusen pada second leg playoff kemarin dini hari menjadi bukti. Hasil itu membuat pria 49 tahun tersebut menyadari materi timnya tidak cukup kuat untuk berlaga di ajang seketat Liga Champions. Lazio pun tersingkir setelah kalah agregat 1-3.
’’Tetapi, kami ingin berkembang! Kami akan membuktikannya di Serie A, Europe League, dan Copa Italia,’’ ujarnya sebagaimana dilansir Football Italia
Tanpa dukungan teror dari Laziale, fans Lazio, mereka kewalahan menghadapi tempo cepat yang diperagakan anak asuh Roger Schmidt. Babak pertama merupakan hal yang paling disesalkan Pioli. Saat pertandingan berjalan seimbang, klub berjuluk Biancocelesti itu justru kecolongan dengan gol Hakan Calhanoglu pada menit ke-40. Itu membuat mereka tampil tertekan pada babak kedua dan kembali kecolongan oleh gol Admir Mehmedi (48’) dan Karim Bellarabi (88’).
Kegagalan Lazio menembus fase grup Liga Champions membuat Italia hanya memiliki dua wakil. Yakni, Juventus dan AS Roma. ’’Kami belum sampai di titik itu. Namun, skuad kami cukup kuat untuk kembali menghadapi tantangan ini,’’ terang Pioli.
Bukan hanya Lazio, kegagalan me nembus fase grup juga dialami tim dengan tradisi lolos lainnya, Celtic. Kota Glasgow dirundung duka seiring dengan kekalahan Celtic oleh Malmoe FF 2-0 di Swedbank Stadion. Padahal, ekspektasi tengah tinggi setelah menang di first leg 3-2 atas Malmoe. Duka pun bertambah. Mengingat, ini kali kedua secara beruntun Celtic absen di kompetisi para juara itu.
’’ Tidak hanya minggu lalu, selama enam bulan kami terus menginginkan Liga Champions. Kami justru mempermainkan diri sendiri,’’ terang pelatih Celtic Ronny Deila.
Saking kecewanya atas per- forma Celtic di Malmoe, Deila menyatakan tidak pantas berharap apa pun lagi. Baginya, Celtic tidak hanya ingin menjadi tim yang berlaga di Liga Champions, tetapi juga secagai tim dengan performa Liga Champions. Meski begitu, Delia tidak ingin terlalu larut dalam kepedihan atas kegagalan mengantar Celtic ke Liga Champions dua tahun beruntun.
’’Kau bisa mempelajari apa pun dari pengalaman. Hanya itu yang bisa kami lakukan,’’ terang Delia. (rif/c4/ham)