Jawa Pos

Sekali Tipu Langsung Rp 360 Juta

Pilih Korban Calon Bintara yang Gagal Tes Kesehatan

-

SURABAYA – Momen penerimaan calon polisi masih menjadi sasaran empuk praktik penipuan. Itu pula yang dilakukan Kusuma Ningtyas terhadap peserta seleksi calon bintara Polri di Polda Jatim tahun ini. Mengaku punya kenalan jenderal, dia menjanjika­n kelulusan bagi calon bintara yang gagal menjalani tes kesehatan.

Penipuan dengan modus tersebut akhirnya dilaporkan salah seorang korban ke Unit Resmob Satreskrim Polrestabe­s Surabaya kemarin (27/8). Melalui serangkaia­n penyelidik­an, polisi akhirnya menetapkan dua tersangka. Mereka adalah Kusuma Ningtyas, 28, warga Semolowaru, dan BM, 25, warga Wonokromo. Saat ini, baru Kusuma yang ditahan, sedangkan BM dinyatakan buron.

Kedua tersangka memiliki tugas yang berbeda. Kusuma berperan sebagai orang yang memiliki kenalan petinggi Polri. Sementara itu, BM bertugas menjaring calon korban yang tidak lulus dalam tes kesehatan. Momen pengumuman tes kesehatan sengaja dipilih karena merupakan tahapan menjelang akhir seleksi. Jika lolos tes kesehatan, peserta tinggal menjalani tes akhir. ”Para tersangka sangat memahami alur penerimaan,” kata Wakasatres­krim Polrestabe­s Surabaya Kompol Manang Soebeti

Saat beraksi, mereka men- setting rencana agar penipuan tersebut berjalan mulus. Kusuma dan BM berbagi peran untuk meyakinkan calon korban. Saat hari pengumuman tes kesehatan, kedua tersangka berada di sekitar Polda Jatim dengan persiapan matang.

Kusuma mendapat peran duduk manis di Rumah Sakit Bhayangkar­a dengan pakaian rapi agar tampil meyakinkan. Dia bahkan menata cara berbicara agar korban langsung percaya. Rumah sakit milik polisi itu dipilih sebagai tempat beraksi untuk meyakinkan bahwa Kusuma adalah orang dalam yang berdinas di lingkungan Polda Jatim.

Sementara itu, BM bertugas menjaring calon korban. Dia nyanggong di lokasi pengumuman tes kesehatan untuk mencari calon korban. Pencarian korban dengan mudah dilakukan karena BM melihat langsung ekspresi peserta tes yang lolos dan gagal ketika membaca pemberitah­uan yang ditempel di papan pengumuman. ”Kalau ada peserta yang lulus, pasti senang, bersorak. Kalau tidak, pasti murung. Malah ada yang menangis,” ucap Manang.

Pada 27 Mei 2015, BM yang sejak pagi mencari calon korban melihat peserta seleksi berinisial ER, 21. Wajahnya murung lantaran tidak lolos tes kesehatan. BM langsung mendekat dan membuka percakapan dengan perkenalan. Setelah memastikan bahwa ER tidak lolos tes kesehatan, BM mengungkap­kan bahwa dirinya memiliki kenalan yang bisa mengusahak­an agar lolos tes.

Tawaran itu direspons positif ER. Dia langsung meminta dipertemuk­an dengan kenalan BM yang tidak lain adalah Kusuma. ER lantas dibawa ke RS Bhayangkar­a untuk bertemu Kusuma.

Cara mempertemu­kannya pun di- setting sedemikian rupa. Korban disuruh menunggu di halaman rumah sakit. Setelah itu, BM masuk ke dalam rumah sakit, seolah-olah memanggil Kusuma untuk menemui korban. Dalam hitungan menit, Kusuma yang merupakan janda seorang polisi keluar menemui korban.

Pada pertemuan tersebut, Kusuma mengaku memiliki kerabat berpangkat jenderal di Mabes Polri. Kerabatnya itu bisa membantu untuk meluluskan tes calon polisi. Kusuma langsung menyebut tarifnya Rp 360 juta. ”Tersangka bilang biayanya mahal karena untuk meluluskan harus melewati banyak orang,” ucap mantan Kapolsek Sawahan itu.

Tawaran tersebut ternyata langsung diterima keluarga korban. Pada 28 Mei 2015, mereka mentransfe­r uang Rp 265 juta melalui rekening bank yang diberikan Kusuma. Sisanya diberikan secara tunai. Setelah transaksi selesai, korban disuruh menunggu kabar pengumuman kelulusan dari Kusuma.

Sebulan berlalu, Kusuma ternyata sama sekali tidak mengirimka­n kabar kepada keluarga ER. Mereka pun curiga dan berusaha menghubung­i BM maupun Kusuma. Sayang, nomor telepon yang dihubungi sudah tidak aktif. Merasa tertipu, keluarga ER melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabe­s Surabaya.

Polisi akhirnya menangkap Kusuma setelah melacak rekening yang digunakan untuk menerima transfer uang dari keluarga ER. ”Alamat rumahnya masih sama dengan yang ditempati,” jelas Manang.

Dalam penyidikan, Kusuma tidak membantah penipuan yang dituduhkan keluarga ER. Dia juga mengakui bahwa aksen bicaranya sengaja dibuat-buat saat bertemu dengan korban. Cerita tentang adanya kenalan seorang jenderal pun bualan belaka. ”Saya tidak punya kerabat jenderal,” ucapnya.

Menurut dia, sebagian besar uang yang diterima dari korban digunakan sendiri. Sementara itu, BM mendapat bagian Rp 17 juta. Kusuma mengaku kepepet sehingga nekat menipu calon polisi. Janda satu anak itu tidak punya pekerjaan tetap sehingga tidak memiliki penghasila­n. Dia ditinggal mati suaminya yang sebelumnya merupakan anggota Brimob Polda Jatim. (eko/c6/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia