Terapi Stem Cell untuk Penderita Stroke
SURABAYA – Dokter Asra Al Fauzi SE SpBS tampak semringah ketika keluar dari ruang sidang A Fakultas Kedokteran Unair kemarin (27/8). Dia dinyatakan lulus dari pendidikan S-3. Kerabat dan koleganya pun langsung mendekat dan menyalaminya.
Asra meraih gelar doktor setelah menyelesaikan disertasi tentang terapi stem cell terhadap penderita stroke. Penelitiannya dilakukan terhadap 16 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok. Yakni, pasien kontrol dan pasien perlakuan. Hasilnya, stem cell bisa memperbaiki keadaan sel pada pasien stroke
”Tidak ada efek samping karena pada stem cell itu, bahannya diambil dari sel pasien,” ujarnya.
Menurut pria kelahiran Jogjakarta tersebut, stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan. Setiap tahun tidak kurang dari 5,7 juta orang meninggal karena stroke. ”Ini jadi faktor pencetus kematian kedua terbanyak di dunia setelah jantung,” ungkapnya.
Bahkan, berdasar hasil survei Departemen Kesehatan RI, lanjut Asra, stroke dinyatakan sebagai penyebab utama kematian pada usia lebih dari 45 tahun. Itulah yang membuat Asra prihatin dan ingin melakukan penelitian di bidang stroke.
Dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut, Asra didukung penuh oleh promotor Prof Dr dr Abdul Hafid Bajamal SpBS(K) dan kopromotor Prof Dr dr Moh. Hasan Machfoed MS SpS(K). Tujuan penelitiannya, Asra ingin membuktikan bahwa stem cell bisa memperbaiki fungsi neurologis pada pasien pascastroke pendarahan intraserebral.
Asra mendapat pertanyaan mengejutkan dari ketua penguji Prof Dr dr Teddy Ontoseno SpA(K) SpJP FIHA. Teddy menanyakan apakah setelah mendapat gelar doktor, menjadi semakin pintar atau semakin bodoh. ”Setelah membaca banyak referensi, saya merasa bodoh. Tapi, saya terus terpacu untuk belajar,” katanya. Ke depan, Asra berencana menyempurnakan penelitiannya. Dia juga ingin menginformasikan karyanya itu kepada dunia kesehatan internasional.
Dalam menekuni profesinya sebagai dokter, Asra tidak hanya berdiskusi dengan sejawat atau seniornya. Menantu Prof Dr dr Djanggan Sargowo SpPD SpJP (K) tersebut juga sering berdiskusi dengan ayahnya. ”Kebetulan, ayah saya adalah Prof dr Muhammad Arif MPH. Saya sangat terbantu,” ungkapnya. (lyn/c7/fat)