Ekonomi Mulai Lesu, Pengusaha Mengeluh
GRESIK – Pelaku usaha di Kota Giri mulai mengeluh. Situasi ekonomi yang terpengaruh anjloknya nilai rupiah terhadap dolar Amerika mengurangi omzet mereka. Pegawai pun dipangkas.
Beberapa pengusaha kecil menengah mulai merasakan dampak kondisi itu. Salah satunya, usaha kecil menengah (UKM) di Desa Domas, Kecamatan Menganti. Ahmad Saeful, 32, salah seorang pengusaha, mengaku bahwa jumlah pembelinya turun drastis. Dalam sehari, belum tentu ada barang yang laku.
’’Biasanya, dalam satu hari, sampai tiga setel furnitur yang laku,’’ katanya kemarin (27/8). Akibatnya, penghasilannya terus menurun. Bahkan, omzetnya minus dalam dua bulan terakhir. Pengeluaran pasti ada, tetapi pemasukan kurang.
Hal serupa dirasakan Setiawan, pengusaha lainnya. Karena pembelinya begitu sepi, dia terpaksa memangkas jumlah pegawai. Normalnya, ada sepuluh karyawan pembuat mebel. Namun, sekarang tinggal tiga orang.
’’Sebenarnya tidak tega karena sama- sama cari makan. Ini terpaksa untuk menghindari pengeluaran yang lebih besar,’’ tuturnya.
Kondisi yang sama dirasakan perajin rotan di Desa Putat Lor, Menganti. Permintaan rotan ke berbagai daerah kini berkurang. ’’Kondisi ekonomi sekarang pasti berdampak. Mudahmudahan cepat membaik,’’ ucap Abdul Manan, perajin rotan.
Kondisi hampir senada menimpa perusahaan songkok. Salah satunya, songkok Awing. Kepala Produksi Perusahaan Kopiah Awing Suraji menyatakan belum menurunkan kapasitas produksi. Yang diproduksi mencapai sekitar 30 ribu songkok per bulan. Jumlah pekerja juga tetap 125 orang. ’’Sampai saat ini, kapasitas produksi masih stabil,’’ ujarnya.
Meski demikian, ungkap dia, penurunan nilai rupiah terhadap dolar berpengaruh pada biaya pembelian bahan baku. Salah satunya, beludru untuk songkok yang harus diimpor dari Korea Selatan dan Amerika. ’’Jadi, pasti ada dampaknya. Sebab, kami jual songkok dengan rupiah, tapi beli beludru dengan harga USD,’’ jelasnya. (mar/c20/roz)