Jawa Pos

Harga Minyak Jatuh, Premium Tak Ikut Turun

Tutup Kerugian Pertamina saat Harga Minyak Tinggi

-

JAKARTA – Pertamina tetap tidak menurunkan harga premium, meski harga minyak telah jatuh ke level USD 40 per barel. Tetapnya harga itu merupakan dampak kebijakan pemerintah yang sebelumnya menahan kenaikan harga premium saat harga minyak dunia masih tinggi.

Harga jual premium di Jawa, Madura, dan Bali saat ini tetap Rp 7.400 per liter. Pertamina bahkan menyebut harga saat ini masih di bawah harga keekonomia­n. Kerugian Pertamina dari penjualan premium bisa membengkak menjadi Rp 14 triliun. ’’Seharusnya harga di atas Rp 8 ribu per liter,’’ ujar Dirut Pertamina Dwi Soetjipto kemarin (28/8).

Sebagaiman­a diketahui, Januari– Juli lalu, Pertamina mengalami kerugian Rp 12,5 triliun karena dilarang menaikkan harga premium. Lantaran bensin itu sudah tidak disubsidi dan area penugasan hanya di luar Jawa, Madura, dan Bali, Pertamina boleh menentukan harga setelah berdiskusi dengan pemerintah.

Menteri ESDM Sudirman Said sudah memastikan kesanggupa­n untuk mengganti kerugian tersebut. Namun, sejak Agustus, harga premium masih dijual di bawah harga keekonomia­n. ’’Dengan posisi harga sekarang yang beli (minyak) Juli Rp 7.400 per liter, masih belum (untung),’’ ujar Dwi.

Kondisi bisa semakin buruk dalam penjualan Oktober maupun November karena dolar AS (USD) saat ini terus menguat. Pertamina

Dirut Pertamina terus melakukan impor karena produksi dalam negeri tidak mencukupi. Transaksi pembelian minyak mentah atau produk jadi masih menggunaka­n USD.

Dwi belum bisa memastikan apakah Pertamina mengalami defisit gara-gara jualan premium terus membengkak. Yang jelas, pihaknya masih menunggu kebijakan harga premium dalam satu atau dua bulan mendatang ketika minyak yang dibeli bulan ini mulai dijual ke masyarakat. ’’Kalau perhitunga­n kami di bawah angka (harga jual yang ditetapkan pemerintah nanti), tentu saja Pertamina welcome,’’ tuturnya.

Mantan Dirut PT Semen Indonesia itu menuturkan, yang kondisinya memburuk hanya bisnis premium. Sementara itu, kata dia, solar mulai membaik. Meski, Dwi tidak menyebutka­n keuntungan yang diperoleh Pertamina.

Meski demikian, dia menyerahka­n sepenuhnya kebijakan premium kepada pemerintah. Dia menegaskan siap menjalanka­n perintah pemerintah. Yang penting, Pertamina tetap bisa berinvesta­si supaya terus berkembang. ’’Memang defisit Rp 12 triliun–Rp 14 triliun. Tetapi, keuntungan kami saat ini sekitar USD 750 juta,’’ ungkapnya.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementeria­n ESDM I.G.N. Wiratmaja mengumumka­n tidak berubahnya harga premium untuk September. Hal itu disampaika­n melalui website Kementeria­n ESDM pukul 10.50. Salah satu alasannya, mengurangi beban kerugian Pertamina.

’’Selama beberapa periode sebelumnya, badan usaha tersebut harus menjual BBM, khususnya premium, di bawah harga keekonomia­n,’’ jelas Wiratmaja. Karena itu, harga premium di luar Jawa, Madura, dan Bali tetap Rp 7.300 per liter. Begitu juga solar Rp 6.900 dan minyak tanah Rp 2.500 per liter. Selain itu, Wiratmaja menyebutka­n adanya pertimbang­an menjaga stabilitas ekonomi, pengelolaa­n harga, dan logistik di balik keputusan pemerintah tersebut. (dim/c5/sof)

Dengan posisi harga sekarang yang beli

(minyak) Juli Rp 7.400 per liter, masih

belum (untung).”

Dwi Soetjipto

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia