Jawa Pos

Buru Status Mahasiswi Kedokteran biar Enteng Jodoh

Pakistan Minus Dokter Perempuan

-

ISLAMABAD – Jumlah mahasiswi kedokteran di Pakistan selalu lebih dari cukup. Tetapi, pada praktiknya, dokter perempuan untuk menangani pasien di sana tidak cukup. Padahal, di negara Islam seperti Pakistan, pasien kaum hawa biasanya hanya mau ditangani dokter perempuan.

Saat ini 70 persen mahasiswa kedokteran di Pakistan adalah perempuan. Menurut Javed Akram, wakil rektor Universita­s Kedokteran Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto di Kota Islamabad, fenomena tersebut bukan hanya baru muncul sekarang. Sejak beberapa tahun yang lalu, perempuan memang selalu mendominas­i jumlah mahasiswa kedokteran di universita­s medis paling bergengsi di Pakistan itu.

”Para mahasiswi tersebut juga jauh lebih pintar dan berprestas­i ketimbang rekan-rekan prianya. Rata-rata, nilai akademik mereka juga lebih bagus,” ujar Ali dalam wawancara dengan BBC kemarin (28/8). Sayangnya, tidak semua mahasiswi kedokteran yang lulus dengan gemilang dari universita­s tersebut lantas menjadi dokter. Sebagian besar biasanya memilih menjadi istri dan ibu rumah tangga.

Fakta itulah yang membuat kuota dokter perempuan di Pakistan tidak pernah terpenuhi. Data pemerintah menyebutka­n bahwa jumlah dokter perempuan, termasuk dokter gigi, hanya sekitar 23 persen dari total jumlah dokter yang terdaftar. ”Saya mengenal ratusan mahasiswi kedokteran yang berkualita­s, tapi lantas tidak pernah menerapkan ilmu mereka,” ucapnya.

Ali juga mengungkap­kan, gadis- gadis Pakistan hanya ingin terlihat keren dengan menjadi mahasiswi kedokteran. Dengan demikian, mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatka­n lelaki impian. ”Status mahasiswi kedokteran akan membuat gadisgadis ini lebih cepat laku. Sebenarnya, mereka tidak pernah berniat untuk jadi dokter,” tuding dokter senior tersebut.

Klaim Ali itu diamini Kamran Ahmed. Pria Islamabad yang membuka biro perjodohan Aisha Marriage Bureau bersama istrinya tersebut menyebut mahasiswi kedokteran sebagai primadona bagi hampir semua orang tua. ”Dalam pergaulan para orang tua, mereka akan merasa bergengsi jika bisa memperkena­lkan menantu yang seorang calon dokter,” ungkapnya.

Bagi kaum adam Pakistan, memiliki istri yang seorang calon dokter atau dokter adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Sebagian masyarakat bahkan menganggap dokter perempuan sebagai trofi. Maka, para pria yang beristri dokter bagaikan memiliki piala yang bisa selalu mereka banggakan. Hal seperti itulah yang ikut mendongkra­k jumlah mahasiswi kedokteran dari tahun ke tahun. (BBC/hep/c20/ami)

 ??  ??
 ??  ??
 ?? BBC ?? BERHARAP LEBIH BAIK: Dr Javed Akram bersama mahasiswa kedokteran Universita­s Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto, Islamabad.
BBC BERHARAP LEBIH BAIK: Dr Javed Akram bersama mahasiswa kedokteran Universita­s Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto, Islamabad.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia