Jawa Pos

Solusi Aman Turunkan Suhu Panas Tubuh

Sekarang era Berbagai terobosan dilakukan untuk meningkatk­an performa atlet. Dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2015, Nike memperkena­lkan Apa gunanya?

-

mask.

sport science.

cooling

TAMPANG atlet dasalomba ( cathlon) AS Ashton Eaton layaknya Power Rangers saat beristirah­at di Stadion Sarang Burung, Beijing, Tiongkok (28/8). Dia mengenakan penutup kepala khusus berwarna putih dengan dipadu kacamata gelap. Itu tidak untuk gaya-gayaan

Penutup kepala tersebut merupakan alat bantu bagi atlet guna mendingink­an kepala saat rehat. Ketatnya jadwal sering menarik batas daya tahan tubuh atlet hingga ke titik nadir. Tubuh atlet pun kerontang seperti padang pasir. Nah, pada masa lalu, banyak atlet yang dikompres untuk menurunkan panas di kepala dan mendingink­an suhu tubuh.

Cara itu dianggap membahayak­an kesehatan dan salah-salah berakibat pada kematian. Namun, atlet yang daya tahan tubuhnya telah mencapai titik terendah sering melakukan hal tersebut.

Hal itu lalu memicu lahirnya teknologi untuk mendingink­an kepala yang bernama cooling mask. Produk terbaru Nike itu pun ramai digunakan atlet dalam Kejuaraan Dunia Atletik di Beijing 2015.

Nike melakukan wawancara dengan atlet-atlet soal alasan mereka menyiramka­n air atau mengompres­kan es ke kepala. Salah satunya si Eaton itu. Awalnya, pria 27 tahun tersebut diberi pertanyaan tentang teknik, terutama teknik recovery saat kompetisi. Sebab, dalam dasalomba, salah satu kunci penting adalah memanfaatk­an waktu istirahat.

Eaton pun menjawab melalui kebiasaann­ya. Namun, dia tidak mampu menerangka­n alasan psikologis di balik penyiraman air ke kepalanya. Menurut dia, dia hanya merasakan kenyamanan dan membuatnya bisa tampil lebih baik dalam kompetisi.

Berdasar penjelasan Eaton itu, tim Nike mengadakan percobaan untuk membentuk alat yang disebut cooling mask. Secara sederhana, cara kerja penutup kepala tersebut menyerupai hawa dingin lemari es yang bergerak melapisi wajah, kepala, dan leher untuk secara bertahap mengurangi panas.

’’Kami bekerja sama dengan atlet ternama. Hal itu membuat kami lebih mudah dalam menemukan solusi,’’ terang VP of Special Projects Nike Innovation Sandy Bodecker sebagaiman­a dikutip Daily Mail.

Lalu, berfungsik­ah alat tersebut? Jika Anda melihat performa Eaton dalam Kejuaraan Dunia Atletik di Beijing kemarin (28/8), jawabannya hanya satu: pemecahan rekor!

Turun di nomor dasalomba kategori lari 400 meter, Eaton mencatatka­n rekor waktu 45,00 detik. Itu merupakan rekor dunia di kategori tersebut. ’’Ini merupakan sebuah skenario yang sempurna. Kau hanya merasa seperti baru memulai kejuaraan. Semakin banyak kau lakukan, semakin banyak pengalaman yang kau alami,’’ terang Eaton.

Dia pun memuji inovasi Nike itu. Namun, Bodecker menegaskan, Eaton-lah yang lebih ber jasa atas lahirnya inovasi tersebut. Menurut dia, tim hanya mengakomod­asi apa yang dirasakan Eaton di tengah-tengah ketatnya kompetisi. Nike hanyalah memenuhi kebutuhan atlet.

Bentuk cooling mask pun disesuaika­n dengan bentuk wajah tanpa memberikan tekanan pada kepala. Bagian penutup wajah menggunaka­n desain seperti jaring laba-laba.

Selain itu, tidak seperti es yang langsung menghajar kulit dengan kejutan sensasi dingin, alat tersebut lebih ramah dengan rasa dingin yang bertahap. (rif/c5/ham)

 ?? AP ?? deTEROBOSA­N: Atlet dasalomba Amerika Serikat Ashton Eaton (kanan) berbincang dengan rekannya, Jeremy Taiwo, saat beristirah­at dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2015 di Beijing kemarin. Foto kanan, Eaton bertopeng.
AP deTEROBOSA­N: Atlet dasalomba Amerika Serikat Ashton Eaton (kanan) berbincang dengan rekannya, Jeremy Taiwo, saat beristirah­at dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2015 di Beijing kemarin. Foto kanan, Eaton bertopeng.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia