Jawa Pos

Berlatih Delapan Jam Bikin Jari Bengkak

Cerita Anggota Orkestra Gita Bahana Nusantara 2015 Hans Sebastian Mulyawan Pada usia 15 tahun, Hans Sebastian Mulyawan menunjukka­n prestasi di bidang seni. Terpilih sebagai anggota Orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) 2015, dia tampil dalam peringatan

-

KEBAHAGIAA­N dan kebanggaan terpancar di wajah Hans Sebastian Mulyawan. Remaja kelahiran Surabaya itu baru saja tampil sebagai anggota orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) 2015. Dia mengikuti seleksi pada Juni lalu di Jakarta. Total, ada 66 anak di seluruh Indonesia yang masuk menjadi anggota Orkestra GBN 2015. Hans berperan memainkan biola.

Ada alasan tersendiri sulung di antara tiga bersaudara itu me- ngikuti seleksi di Jakarta. ”Seleksi hanya berlangsun­g di tiga kota. Medan, Jogjakarta, dan Jakarta,” jelasnya antusias.

Syarat seleksi sangat ketat. Pendaftar berusia 15 sampai 25 tahun dan belum menikah. Hans masuk dalam daftar anggota orkestra yang umurnya memenuhi syarat minimal untuk ikut serta, yaitu 15 tahun.

Siswa kelas X SMAK St Louis 1 Surabaya itu ingat betul. Dia sempat kehilangan kepercayaa­n diri saat mengikuti seleksi. Dia melihat performa peserta lain sempurna. Memang, seleksi berlangsun­g terbuka dan bisa ditonton peserta lain. ”Semuanya bagus-bagus,” puji Hans.

Meski demikian, Hans bertekad kuat harus lolos seleksi. Ketika waktunya tampil, Hans mampu memesona juri. Permainan biola yang indah dengan teknik tanpa cacat membuat dia unggul.

Akhir Juli, Hans menerima kabar melalui bahwa dirinya lolos seleksi. Dia resmi menjadi anggota Orkestra GBN 2015 di bagian biola 1.

Di antara sekitar 200 peserta yang mengikuti seleksi di Jakarta, hanya ada empat orang yang lolos seleksi. Hans girang bukan kepalang. Ucapan syukur meluncur dari bibirnya. ”Puji Tuhan, senang sekali rasanya,” ujar Hans dengan sorot mata berbinar

Hans tidak terlena. Putra pasangan Arifin Mulyawan dan Selia Widjaja itu harus berlatih ekstrakera­s untuk tampil dalam peringatan Hari Kemerdekaa­n RI. Dia akan dilihat ribuan pasang mata di seluruh Nusantara, baik langsung maupun tidak langsung.

”Tepat 1 Agustus, saya berangkat ke Jakarta,” ungkap Hans mengenang. Hans berlatih bersama anggota Orkestra GBN di tempat pemusatan latihan Wiladatika Cibubur. Ada 14 lagu yang menjadi bahan latihan Hans dan teman-teman.

Lagu-lagu tersebut diaranseme­n Singgih Sanjaya. Di antaranya, lagu Indonesia Raya, Hari Merdeka, Mari Kita Bangun Nusa Bangsa, Kebyar-Kebyar, Pancasila Rumah Kita, dan Syukur. Ada juga medley lagu-lagu Nusantara, tembang Indonesia, serta lagu Satu Nusa Satu Bangsa.

Setiap hari Hans harus berlatih minimal delapan jam agar dapat memainkan semua aransemen lagu dengan benar. ” Full latihan. Sehari empat sesi. Masing-masing sesi dua jam,” katanya masih dengan nada penuh semangat.

Latihan resmi itu tidak membuat Hans puas. Di sela-sela jadwal latihan bersama yang telah ditetapkan, dia masih sering berlatih sendiri. Pukul 23.00, Hans masih serang terjaga untuk berlatih.

Latihan mandiri itu dilakukan agar kemampuann­ya tidak tertinggal oleh peserta lain. Terutama peserta dari Jogjakarta. Sebab, di antara 66 anggota orkestra, 60 orang merupakan peserta dari Kota Gudeg. Enam anggota lain, termasuk Hans, berasal dari luar Jogjakarta. Rupanya, sebelum berangkat ke Jakarta, anggota dari Jogjakarta sering berlatih ”pemanasan” bersama.

Meski tidak ada kawan dari Surabaya yang menjadi anggota orkestra, Hans beruntung memiliki teman-teman yang baik. Mereka saling dukung dan berbagi ilmu agar dapat bermain orkestra dengan sempurna pada hari H. ”Berlatih tiap hari dengan durasi yang cukup lama sampai membuat jari saya bengkak,” ucap Hans, lantas tertawa.

Usaha dan pengorbana­n Hans tidak sia-sia. Saat dinyatakan lolos seleksi, Hans berada pada urutan ketujuh. Nah, ketika menjalani ”pendidikan” di Cibubur, dia dan semua anggota harus mengikuti seleksi lagi untuk menentukan posisi.

Tentu saja, penentuan posisi tersebut berdasar kemampuan musik mereka. Yang terbaik akan berada di urutan pertama. Nah, dalam seleksi penentuan posisi itu, Hans naik tingkat. Posisinya berubah. Yakni, dari nomor tujuh menjadi nomor lima untuk pemain biola 1 yang terdiri atas 11 orang. ”Makin dekat dengan sorot kamera. Kesempatan masuk televisi lebih besar lagi,” ujar Hans, lantas tergelak.

Konser yang diikuti Hans tidak hanya saat memperinga­ti detik-detik proklamasi. Pada 12 Agustus, dia dan anggota orkestra lain tampil perdana di Kemendikbu­d. Mendikbud Anies Baswedan yang menyaksika­n performa Hans dan anggota GBN sangat senang dan mendukung kegiatan GBN. Bahkan, Anies meminta tim orkestra dan paduan suara GBN kembali tampil di Kemendikbu­d. Dia ingin seluruh staf dapat menikmati musik yang indah dan membangkit­kan jiwa patriotism­e.

”Beliau juga berpesan, pada saat Indonesia memperinga­ti HUT kemerdekaa­n yang ke-100, para peserta GBN inilah yang akan berdiri memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata kakak Brahms Mulyawan dan Ruth Mulyawan itu menirukan pesan Anies. Setelah tampil perdana, Hans dan kawan-kawan tetap berlatih.

Dua hari kemudian, tepatnya pada 14 Agustus, sebagian anggota tim orkestra serta paduan suara GBN kembali tampil di gedung DPR/ MPR. Dia berkesempa­tan mengikuti sidang paripurna dan pidato kenegaraan presiden RI. Tampil di gedung perwakilan rakyat merupakan pengalaman berharga bagi Hans. Apalagi, tidak semua anggota orkestra dapat ikut serta. Di antara 66 orang, dipilih 50 orang.

Sukses tampil di gedung DPR/ MPR, Hans dan tim keesokanny­a melakukan geladi bersih di Istana Merdeka. Rupanya, pemanasan ”konser” yang dilakukan tim orkestra dan paduan suara membuat geladi bersih berjalan lancar. Tim GBN lebih tenang dan enjoy karena mereka telah menguasai materi dengan matang.

Tiba saat yang ditunggu, 17 Agustus. Hans menunaikan tugas tanpa kendala. Dia mengaku lega bisa menyajikan penampilan terbaik. ” Nggak deg-degan, lebih nervous saat penentuan posisi itu,” tegas remaja yang juga mahir bermain drum, gitar, saksofon, piano, hingga harmonika tersebut.

Ada kenangan manis yang akan terus diingat Hans. Dia mendapat kesempatan bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Hans juga tidak melewatkan kesempatan foto bersama presiden.

Berbagai pengalaman tersebut membuat Hans ingin mengikuti seleksi GBN lagi. ”Tapi, tidak tahun depan. Mungkin tahun depannya lagi (2017, Red),” ujar siswa yang belajar musik sejak usia 3,5 tahun itu mantap. Hans ingin berkonsent­rasi pada kegiatan sekolah. Khususnya, di organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Terlebih saat SMP dia pernah menjabat sebagai ketua OSIS.

Jiwa kepemimpin­an yang dipupuk sejak muda itu mendorong Hans memiliki cita-cita mulia. ”Ingin menjadi presiden,” katanya tegas. Hans ingin memajukan Indonesia. Juga, menyejahte­rakan seluruh rakyat. (*/c6/nda)

 ?? DOK. HANS SEBASTIAN MULYAWAN ?? MEMBANGGAK­AN: Hans Sebastian Mulyawan bersama biola kesayangan­nya setelah tampil di Istana Merdeka, Jakarta.
e-mail
DOK. HANS SEBASTIAN MULYAWAN MEMBANGGAK­AN: Hans Sebastian Mulyawan bersama biola kesayangan­nya setelah tampil di Istana Merdeka, Jakarta. e-mail

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia