Jawa Pos

Polisi Minta Korban Lain Melapor

-

disuruh datang ke Surabaya

Dia dijemput kedua tersangka di Terminal Osowilangu­n,” katanya.

Ketika datang, korban dibawa ke Lapangan Bumimoro, Krem- bangan, untuk di- briefing.

Tempat itu dipilih agar korban percaya bahwa Kusuma memang bukan orang sembaranga­n sehingga punya akses di banyak tempat. Di lapangan tersebut, korban diposisika­n seolah-olah sudah dipastikan lulus dalam seleksi bintara.

Salah satu materi latihan adalah pembentuka­n sikap sehari-hari. Pelaku menyuruh korban selalu menjawab pertanyaan siapa pun dengan awalan ”siap” seperti yang dilakukan polisi. Latihan sikap itu bertujuan untuk mempersiap­kan korban beradaptas­i lebih cepat ketika menjalani pendidikan sebagai polisi dalam waktu dekat. Kebiasaan tersebut sampai terbawa ketika korban menjalani pemeriksaa­n di Mapolresta­bes Surabaya.

ER juga menjalani latihan fisik di Lapangan Bumimoro. Dia dipandu langsung oleh tersangka Kusuma. Di sana, korban disuruh melakukan gerakan layaknya latihan fisik anggota polisi. Misalnya, lari keliling lapangan hingga sepuluh kali. ”Karena tidak terbiasa, korban sempat berhenti beberapa kali,” ucapnya. Pelaku memaksa korban tidak beristirah­at karena nanti latihan pasti lebih keras.

Bukan itu saja, korban juga disuruh push-up, sit-up, guling-guling, bahkan salto ke depan. Akibatnya, korban sampai muntah-muntah hingga lemas. Setelah itu, korban disuruh pulang ke rumah dan harus siap-siap jika sewaktu-waktu ada panggilan untuk menjalani pendidikan kepolisian.

Meski sudah menunggu sebulan, korban tidak kunjung mendapat kabar. Nomor telepon Kusuma dan BM tidak bisa dihubungi lagi. Akhirnya, korban melapor ke Polrestabe­s Surabaya. Hingga sekarang, baru tersangka Kusuma yang ditangkap, sedangkan BM buron.

Takdir Mattanete meyakini bahwa pelaku termasuk dalam komplotan penipuan yang memiliki jaringan luas. Pelakunya diduga lebih dari dua orang. Modusnya, mereka menyebar di antara kerumunan peserta seleksi penerimaan bintara. ”Tapi, yang mengurusi korban ER hanya dua orang itu,” ucap Takdir.

Kanitresmo­b Satreskrim Polrestabe­s Surabaya AKP Agung Pribadi menambahka­n, korban sangat mungkin bukan hanya ER. Bisa jadi ada korban lain. Berdasar pengalaman sebelumnya, korban malu melapor ke polisi sehingga memilih untuk mendiamkan. ”Bisa jadi, para korban sabar menunggu kabar dari pelaku yang sebenarnya sudah menghilang,” ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini polisi masih memeriksa sejumlah saksi untuk menguak modus tersangka Kusuma. Sebab, hingga sekarang tersangka masih banyak tutup mulut dan belum mau membuka semua. ”Kemungkina­n ada yang ditutuptut­upi untuk melindungi jaringanny­a. Maka, kami masih terus memeriksa saksi,” ucap Agung.

Perwira dengan tiga balok di pundak itu meminta kepada siapa pun yang merasa menjadi korban penipuan agar melapor ke polisi. Menurut dia, polisi mewanti-wanti sejak lama bahwa tidak ada percaloan dalam proses penerimaan bintara.

Seperti diberitaka­n, polisi menangkap Kusuma setelah dilaporkan menipu ER. Kusuma menjanjika­n bisa meluluskan ER dalam seleksi bintara Polri 2015 dengan imbalan Rp 360 juta. ER yang tidak lulus tes kesehatan percaya kepada tersangka. Sebab, tersangka mengaku memiliki kerabat berpangkat jenderal yang bisa membantu memasukkan ER sebagai anggota polisi. (eko/c6/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia