Jawa Pos

Tetap Cinta London

-

MERANA saat membela Chelsea pada 2012–2014, Kevin de Bruyne tidak membenci London. Bahkan, London adalah rumah keduanya setelah Genk di Belgia.

Garis keluarga winger yang berusia 24 tahun tersebut tidak bisa dilepaskan dari London. Ibundanya yang bernama Anna De Bruyne dibesarkan di salah satu distrik di kawasan London Barat, Ealing. Letak rumahnya hanya berkisar 10 mil dari Stamford Bridge, kandang Chelsea.

Anna dilahirkan di Burundi. Darah Inggris yang mengalir dalam tubuhnya berasal dari sang kakek. Kehidupan keluarga besar ibunda De Bruyne nomaden, mengikuti kakeknya yang bekerja di salah satu perusahaan tambang minyak. Mulai di Burundi, lalu pindah ke Abidjan, Pantai Gading, sampai kemudian menetap di Ealing.

Karena darah Inggris yang masih ada dalam dirinya itu, De Bruyne sebenarnya bisa memperkuat timnas Inggris, bukan Belgia seperti kebangsaan ayahnya. ’’Ibuku memang mempunyai ikatan emosional dengan Inggris, tetapi saya tegaskan bahwa saya sepenuhnya berkebangs­aan Belgia,’’ ujar De Bruyne.

Di timnas Belgia, De Bruyne mengawali karirnya pada usia di bawah 18 tahun pada 2008. Andaikan sebelum tahun itu memilih membela timnas Inggris, dia mungkin akan menjadi kombinasi besar dua sisi sayap The Three Lions bersama Raheem Sterling.

Tetapi, pilihannya ke Belgia tidaklah salah. Bersama Eden Hazard (Chelsea), Romelu Lukaku dan Kevin Mirallas (Everton), Marouane Fellaini (Manchester United), Vincent Kompany (Manchester City), dan Christian Benteke (Liverpool), De Bruyne masuk sebagai salah satu generasi emas Belgia. Membawa Belgia merangsek ke posisi kedua di peringkat FIFA menjadi buktinya.

Lebih penting lagi, dengan pernah tinggal di London tersebut, dia semakin matang sebagai pemain dari sisi pengalaman­nya. De Bruyne merantau ke London saat usianya masih 14 tahun. ’’ Di usia semuda itu, saya harus mengelola diri sendiri. Itu yang membuat saya tahu, tidak ada yang gratis dalam hidup,’’ tegasnya. ( ren/ c20/ ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia