Yakin Laris Banyak Protes meski
Delapan belas tahun setelah menghasilkan film apik Children of Heaven, sutradara Iran Majid Majidi kembali dengan karya fenomenal. Dia membuat film tentang Muhammad yang menjadi film termahal sepanjang sejarah Iran.
FILM Muhammad: The Messenger
of God ini menelan bujet yang fantastis. Film dengan biaya produksi mencapai USD 40 juta atau setara Rp 563 miliar tersebut adalah film paling mahal yang pernah ada di Iran. Film berdurasi 171 menit itu bakal dibuat tiga seri.
Menurut sumber AFP, film tentang Muhammad tersebut mengalami gangguan pada audio saat premiere Kamis lalu (27/8). Namun, penundaan itu tidak mengurangi animo penonton. ’’Langsung
sold-out pada hari perdana di seluruh bioskop,’’ lanjut sumber tersebut. Tiket film itu laris di 143 bioskop di Iran dan mendapat respons positif ketika diputar sebagai pembuka Festival Film Montreal, Kanada, pada hari yang sama.
Sebagaimana prediksi tim riset Al Azhar pada 2012, seri pertama dari trilogi Muhammad tersebut menuai protes. Ancaman boikot pun muncul dari muslim Sunni Iran. Penggambaran dalam bentuk dan media apa pun dianggap perbuatan yang mencemari nama baik nabi. Namun, produser sekaligus analis film bertema religi Mark Joseph menjelaskan, masalah penggambaran nabi dan Tuhan tidak hanya dialami kaum muslim.
’’Sudah banyak film seputar Yesus. Mulai King of Kings (1961), Jesus of
Nazareth, hingga The Passion. Semuanya menggambarkan Yesus dalam satu sosok yang gamblang,’’ ungkap Joseph kepada Guardians. Dia menyatakan, film Muhammad merupakan ’’proyek percontohan’’. Tentu saja, banyak perlawanan dari masyarakat.
Meski telah premiere dan laris, film Muhammad dapat tanggapan miring dari pemerhati film di Iran. ’’Kami tidak menayangkannya di Festival Film Iran demi menjaga nama baik nabi dan agama,’’ tegas seorang kritikus film Iran kepada AFP.
Tahun lalu, screening Muhammad di Festival Film Fajr, Teheran, juga digagalkan karena tidak mendapat izin dari Imam Besar Iran Ali Khamenei. Dalam film tersebut, sosok nabi terakhir dalam Islam itu digambarkan begitu minim dalam visualnya. Hanya tangan dan kaki saat Muhammad bayi serta bagian belakang kepala yang menggambarkan Muhammad remaja. ’’Sama sekali tidak menunjukkan wajah,’’ tutur Majid Majidi dalam konferensi pers film di Festival Film Montreal.
’’Makin banyak film bertema nabi akan lebih baik. Kisah hidup dan pelajaran agama akan lebih banyak diterima, sehingga tidak ada penyudutan agama tertentu,’’ tambah Majid.
Dalam penggarapan film pertama dari trilogi Muhammad tersebut, tim melakukan riset selama empat tahun. Meliputi kajian hadis, literatur yang digarap secara verbatim (per kata), hingga sumber biografi kontemporer. Seluruh studi tersebut dilakukan dari sudut pandang Islam Syiah dan Sunni dari lima negara. Yakni, Lebanon, Aljazair, Iran, Iraq, dan Maroko. Total, butuh waktu tujuh tahun untuk menggarap film yang dibintangi bintang-bintang ternama Iran itu.
Dibanding dengan figur sentral agama lain, Muhammad merupakan tokoh yang jarang difilmkan. Hingga kini, hanya ada dua film – The Message ( 1976) dan Muhammad– buatan Majid ini. Sementara itu, ada sekitar 200 film tentang Yesus, 100 di antaranya juga menampilkan sosok Nabi Musa. Selain itu, ada sekitar 42 film tentang Buddha.
Biaya produksi yang amat tinggi tersebut diperkirakan mampu balik modal. Majid mengklaim banyak negara yang berniat membeli dan tertarik pada film tersebut. Antara lain, Turki, Indonesia, dan Malaysia.
Film tersebut digarap amat serius. Tim produksi bahkan merekrut Barrie Osborne, produser Lord of the Rings, dalam jajaran dewan pertimbangan.
Selain Osborne, ada nama-nama beken pemenang Oscar yang terlibat. Yakni, Vittorio Storaro, sinematografer Italia yang memenangkan tiga piala Oscar. Sementara score film digarap A.R. Rahman, pemenang dua Oscar dengan karya fenomenalnya, Slumdog Millionaire.
Majid menegaskan bahwa proses penggarapan amat open minded. ’’Film ini bukan khotbah agama. Kami membuat film yang edukatif dan menarik,’’ paparnya. Melalui film ini pula, dirinya berharap Islam tidak lagi dipandang miring oleh warga dunia, terutama penduduk Barat. (fam/c17/ayi)