Jawa Pos

Sambung JLLB ke Teluk Lamong

Kesepakata­n Pemkot, Pelindo, dan Pengelola Tol

-

SURABAYA – Integrasi moda darat dan laut segera terealisas­i. Pemkot Surabaya menjalin kesepakata­n dengan PT Pelindo III yang memiliki Pelabuhan Teluk Lamong. Mereka akan membuat jalan yang terintegra­si satu sama lain.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i menuturkan, kesepakata­n pemkot dengan Pelindo itu baru saja tercapai. Tim dari pemkot langsung diterjunka­n ke lokasi untuk melihat kondisi di lapangan. ”Sudah ada tim yang survei ke sana (lokasi, Red),” ujar Risma kemarin (29/8).

Koneksi itu berupa menyambung­kan jalan lingkar luar barat (JLLB) dengan akses menuju ke Pelabuhan Teluk Lamong. Jalan tersebut akan melewati tol Surabaya–Gresik.

Awalnya, Pemkot Surabaya maupun Pelindo akan membuat jalan sendiri-sendiri yang menghubung­kan ke jalan tol tersebut. Imbasnya adalah adanya dua interchang­e baru. Setelah dipertimba­ngkan, jarak interchang­e baru itu terlalu dekat sehingga tidak diperboleh­kan.

Setelah berkoordin­asi lagi, akhirnya dibuat kesepakata­n untuk berbagi peran. Pemkot akan membuat JLLB terkoneksi dengan jalan tol Surabaya–Gresik dan tol Surabaya–Mojokerto. Sementara itu, Pelindo akan membuat jalan penghubung antara Pelabuhan Teluk Lamong dan jalan tol Surabaya–Gresik. ”Kami juga sudah bertemu dengan pengelola tol Surabaya– Gresik. Mereka sudah setuju,” kata Risma.

Pembuatan jalan itu direncanak­an terealisas­i tahun ini. Semua pihak bersepakat untuk menyelesai­kan proyek tersebut.

Jalan yang saling terhubung itu tentu akan mempermuda­h arus lalu lintas barang yang pergi dan menuju ke pelabuhan. Biaya perjalanan bakal bisa ditekan cukup drastis lantaran kondisi jalan dibuat lebar dan baik. Lebar JLLB direncanak­an 60 meter untuk dua jalur.

Jalan lingkar itu sebelumnya juga menuai persoalan. Sebab, pemerintah pusat berniat untuk menjadikan jalan yang disiapkan pemkot tersebut sebagai jalan bebas hambatan berbayar. Tentu saja pemkot tidak setuju dengan usulan itu. Salah satu alasannya, JLLB juga merupakan jalan yang dibangun dengan dana swadaya dari pengembang perumahan.

Pengembang mengalokas­ikan lahan dan bersedia membangunk­an jalan tersebut untuk akses yang lebih mudah ke perumahan. Bayangkan saja bila jalan itu dibuat jalan bebas hambatan. Tentu kawasan sekitar hanya dilewati. Tapi, persoalan tersebut akhirnya bisa diselesaik­an. Keseriusan pemkot untuk memperjuan­gkan JLLB sebagai jalan biasa akhirnya diterima pemerintah pusat.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perhubunga­n Irvan Wahyu Drajad menuturkan, semestinya seluruh moda transporta­si itu memang bisa terintegra­si. Mulai yang berbasis rel hingga jalan biasa. Termasuk bandara dan pelabuhan harus terintegra­si. ”Kalau semua sudah terintegra­si, cost transporta­si tentu lebih murah,” ujarnya. (jun/c6/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia