Main Lugas Bikin Lawan Mulas
MEDAN – Permainan rap-rap yang menonjolkan karakter keras dan menekan sukses diterapkan PSMS Medan. Dengan gaya main itu, Ayam Kinantan –julukan PSMS– bisa mencuri satu tempat terakhir di babak semifinal. Dalam laga delapan besar Piala Kemerdekaan di Stadion Teladan Medan tadi malam (30/8), PSMS membungkam Persekap Kota Pasuruan dua gol tanpa balas. Tuan rumah mendominasi sepan jang pertandingan. Serangan dari dua sisi terus menggedor perta hanan Per sekap. Namun, baru pada menit ke- 65, tuan rumah sanggup men cetak gol. Scrim mage di kotak penalti Persekap mampu dimaksimalkan bek sayap PSMS Syaiful Ramadhan. Tendangan akuratnya sukses mengelabui Tedi Haris, kiper Persekap.
Dukungan sekitar 15 ribu suporter PSMS menyuntikkan motivasi nyata buat penampilan Ayam Kinantan. Sejumlah pergantian pemain yang diterapkan Suharto A.D., pelatih PSMS, juga turut mendukung permainan tuan rumah. Gol kedua juga dilesakkan barisan lini pertahanan. Kali ini giliran fullback kanan PSMS Choirul Hidayat.
Edi Saputra, asisten pelatih PSMS, bangga dengan semangat yang ditunjukkan pemainnya. ’’Kami main semifinal di luar Medan. Ini ujian buat kami,’’ katanya.
Di tempat yang sama, Asyaari Cahya di, pelatih Persekap, mengakui keka lahan timnya. ’’ Tuan rumah me mang tam pil lebih bagus. Tenaga pemain kami juga sudah habis,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos.
Pada babak semifinal 10 September nanti, PSMS menghadapi Persepam Madura Utama (MU). Sementara itu, Persiba Bantul dan Persinga Ngawi bakal duel untuk memperebutkan satu tempat di laga pemuncak. Rencananya, final dilang-
sungkan pada 13 Agustus mendatang.
Semifinal-Final di Surabaya Teka-teki lokasi pertandingan semifinal dan final Piala Kemerdekaan 2015 akhirnya terkuak. Tim Transisi PSSI memilih Surabaya sebagai lokasi pertandingan semifinal dan final. Alasan nya, selain netral, Kota Pahlawan memiliki suporter sepak bola yang fanatik.
Tim Transisi berharap bisa menggunakan Stadion Gelora Sepuluh Nopember, Tambaksari. Lokasi stadion yang pernah menjadi markas Persebaya itu dinilai lebih strategis daripada Stadion Gelora Bung Tomo yang berada di perbatasan Surabaya-Gresik.
Kalau ske nario pertama gagal, Tim Transisi mengincar Stadion Manahan, Solo. Anggota Tim Transisi Cheppy T. Wartono optimistis, meski tidak ada peserta dari Surabaya, penggila bola di Surabaya akan memadati tribun stadion. ’’Rencana terus kami matangkan,’’ katanya. (nap/ dik/c23/c17/tom)