Jawa Pos

Jangan Pernah Melepas Gelang Identitas

-

SURABAYA – Evi Yuliana Sutaman tampak bingung kemarin (30/8). Dengan ditemani dua saudaranya, dia menunggu petugas di depan ruangan Sistem Informasi Haji Terpadu (Siskohat) Asrama Haji Sukolilo. Dia hendak melaporkan kesalahan penulisan nama di gelang identitasn­ya.

Kesalahan penulisan terjadi karena petugas menambahka­n satu kata pada namanya. Evi sempat panik. Dia khawatir hal tersebut memengaruh­i kelancaran ibadahnya di Tanah Suci. Karena itu, dia ingin mendapatka­n gelang baru. ”Nama saya Evi Yuliana Sutaman, tapi di gelang ditulis Evi Yuevi Yuliana Sutaman,” kata calon jamaah haji (CJH) dari kloter 20 tersebut.

Sejak pukul 12.00, Evi berusaha mengurus perubahan nama pada gelangnya. Baru pada sorenya dia bertemu dengan petugas dan diarahkan untuk langsung menemui pembuat gelang yang juga berada di asrama haji.

CJH dari Sidoarjo itu pun lega karena gelangnya bisa segera diganti. Petugas juga meyakinkan bahwa kejadian tersebut bukan masalah besar. Mengurus penggantia­n gelang juga cukup mudah.

Evi ternyata tidak sendirian. Banyak CJH lain yang bernasib serupa. Menurut data dari pembuat gelang, sudah 22 CJH yang menukarkan gelang identitas. Mereka berasal dari kloter 1 hingga 22. Penukaran dilakukan karena gelang rusak atau ada kesalahan penulisan yang tidak bisa diralat

LEPAS KERABAT: Pengantar dan CJH berkomunik­asi lewat telepon seluler di Asrama Haji Sukolilo kemarin.

”Penggantia­n itu masuk berita acara untuk laporan pertanggun­gjawaban kami,” ujar Abdul Khalim, salah seorang petugas pembuat gelang identitas jamaah.

Abdul menjelaska­n, kesalahan identitas pada gelang bisa diperbaiki dengan dua cara. Pertama, meralat kesalahan tanpa mengganti gelang. Perbaikan dengan cara itu tidak perlu masuk berita acara. Kedua, mengganti gelang lama dengan yang baru. Hal itu dilakukan jika kesalahan pada gelang termasuk fatal. ” Yang seperti itu harus masuk berita acara,” tutur Abdul. Penggantia­n gelang juga dilakukan jika CJH berganti kloter.

Kesalahan rawan terjadi karena faktor human error. Sebab, petugas harus membuat gelang untuk tiga kloter CJH dalam sehari. Karena satu kloter terdiri atas 445 orang, gelang yang harus selesai dibuat dalam sehari mencapai 1.335. Jam kerja mereka mulai pukul 07.00 hingga 16.00.

Gelang untuk jamaah dibuat sehari sebelum kloter 1 masuk asrama haji. Hingga kemarin, petugas sudah menyelesai­kan gelang untuk kloter 28. Pengerjaan­nya harus lebih awal agar gelang bisa siap sebelum jamaah masuk asrama haji.

Secara terpisah, Kasi Penyelengg­araan Haji dan Umrah Kemenag Surabaya Farmadi Hasyim men- jelaskan pentingnya gelang bagi jamaah. Benda yang melingkar di pergelanga­n tangan itu memuat bendera merah putih, kode embarkasi, nomor kloter, nomor paspor, serta nama jamaah. Gelang terbuat dari stainless steel yang tidak mudah terbakar.

Farmadi mengatakan, selain paspor, gelang tersebut menjadi salah satu penanda identitas jamaah selama berada di Tanah Suci. ”Jadi, tidak perlu bawa KTP, SIM, apalagi surat tanah,” ujar dia, lantas terkekeh.

Dia menegaskan, nama pada gelang harus sesuai dengan identitas sang pemilik. CJH tidak boleh menukar gelangnya dengan milik jamaah lain. Jika tertukar, gelang harus segera dikembalik­an.

Selama berada di Tanah Suci, jamaah tidak boleh melepas gelang itu, apalagi di sembarang tempat. Bahkan, jika perlu, jamaah tidak usah melepas gelang tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengantisi­pasi kejadian yang tidak diinginkan. ”Misalnya, kalau nyasar dan gelangnya tidak sesuai, pasti akan sulit mencarinya. Padahal, banyak jamaah yang tidak bisa bahasa Arab,” paparnya.

Kepala Bidang Perbekalan Panitia Penyelengg­ara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Edi Susilo mengatakan, gelang berwarna perak tersebut merupakan barang yang wajib dibawa CJH. ”Tidak boleh dilepas sebelum sampai ke tanah air lagi,” katanya. (ant/rst/c11/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia