Dari Kasus Toilet hingga Mainan Rekom
RUMOR penjegalan Pilwali Surabaya berembus sejak lama. Terutama sejak koalisi Majapahit berisi parpol-parpol yang menolak mengusung pasangan calon incumbent Tri Rismaharini-Whisnu Buana yang dinilai terlalu kuat akhirnya kesulitan mencari lawan. Karena sistem pemilihan pilkada serentak tidak menganut adanya calon tunggal, Pilwali Surabaya terancam ditunda hingga 2017.
Kini rumor itu mendekati kenyataan. KPU yang telah membuka pendaftaran sebanyak tiga kali tetap saja gagal menemukan penantang Risma-Whisnu
Hasil otopsi itu diharapkan bisa mengarah kepada pelaku yang tega membuang bayi tersebut. Made mengerahkan anggotanya untuk mengumpulkan informasi. ’’Kami akan cari saksi-saksi di sekitar lokasi kejadian,’’ ujarnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Mattanete mengatakan bahwa kasus pembuangan bayi menjadi salah satu atensi jajarannya. Sebab, bukan kali pertama mayat bayi ditemukan.
Sebelum peristiwa kemarin, polisi juga masih mempunyai pekerjaan rumah. Yakni, mengungkap penemuan jasad bayi di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Surabaya Selatan. ”Masih kami kumpulkan keterangan saksi dan bukti-bukti,” ungkap alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 itu.
Takdir memaparkan, pengungkapan kasus tersebut memang butuh kerja keras. Pasalnya, CCTV di pusat perbelanjaan itu tidak cukup untuk menangkap wajah pelaku. Memang ada kamera pengawas, namun tidak menyorot kamar mandi tempat ditemukannya bayi tersebut.
Terkait dengan kasus yang terjadi kemarin, Takdir berharap masyarakat ikut membantu polisi. Caranya dengan peka terhadap lingkungan. Bila ada tetangga yang hamil, namun setelah itu tidak diketahui keberadaan bayinya, masyarakat patut curiga. ”Mereka bisa melapor pada polsekpolsek terdekat,” ucap Takdir.
Berdasar catatan Jawa Pos, selama ini baru dua pelaku yang ditangkap polisi karena membuang bayi. Yakni, kasus yang ditangani Polsek Sukolilo dan Polsek Sukomanunggal. Dua kasus tersebut terungkap lantaran berada di dalam kompleks perumahan.
Sementara itu, polisi selalu sulit mengungkap pelaku yang membuang bayi di area terbuka seperti selokan maupun sungai. Sebab, pelakunya tidak bisa diidentifikasi dari lingkungan terdekat. Biasanya jasad bayi yang dibuang ke sungai besar terseret arus air.
Made menduga, bayi tersebut merupakan hasil hubungan gelap. ”Dugaan itu berdasar pengalaman kasus sebelumnya yang saya tangani,” katanya. Made menuturkan, wilayah Gubeng yang sepi saat malam memang memungkinkan menjadi tempat pembuangan bayi.
Mengenai pelaku, Made belum bisa memastikan. Meski demikian, dia menengarai pelaku tidak berasal dari wilayah Gubeng. Bisa jadi, pelaku tinggal jauh dari lokasi pembuangan itu. Sebab, pelaku tidak ingin identitasnya diketahui pihak kepolisian. ”Belum tentu juga orang tuanya yang membuang, bisa jadi orang suruhan atau keluarga terdekatnya,” ujarnya. (did/c7/c19/oni)