Tumor Batang Otak Serang Anak SD
SURABAYA – Para orang tua harus lebih memperhatikan kondisi anaknya. Segera periksakan anak jika kemampuan motoriknya turun dengan tiba-tiba. Kasus yang terjadi pada Ghazali, 9, ini mungkin bisa menjadi pelajaran.
Bocah asal Nganjuk itu diketahui menderita tumor batang otak. Menurut Munaji, ayah Ghazali, anaknya mulai menunjukkan kemunduran psikomotorik sejak Jumat bulan lalu (30/7). Saat itu Ghazali hendak berangkat ke sekolah. Namun, tiba-tiba dia tidak bisa mengancingkan baju seragamnya. Munaji sebenarnya sudah curiga. Tapi, ketika itu dia tidak terlalu memikirkannya.
Baru pada besoknya, Munaji panik. Sebab, Ghazali tidak bisa berjalan secara normal. Dia harus menyeret kakinya ketika berjalan. Saat itulah Munaji membawa anaknya ke rumah sakit di Nganjuk, kota asalnya. ”Namun, tidak ada keluhan pusing atau sakit kepala,” ungkap pria 32 tahun itu. Munaji sangat sedih saat dokter memvonis Ghazali menderita tumor batang otak. Vonis mengagetkan tersebut disampaikan pada Senin lalu (3/8). Karena fasilitas RS di kotanya belum lengkap, Ghazali dirujuk ke Surabaya. Awalnya ke RSUD dr Soetomo. ”Karena penuh, kami pindah ke RS Husada Utama saja,” ungkapnya.
Dokter Wihasto Suryaningtyas SpBS, salah seorang anggota tim dokter RS Husada Utama yang menangani Ghazali, membeberkan bahwa tumor batang otak memang biasa menyerang anakanak. ”Biasanya tumor tersebut tergolong jinak,” ujarnya. Dia menjelaskan, tumor itu berada di pusat saraf yang tersembunyi. Yakni, di dasar rongga kepala bagian dalam.
Bagian otak itu mengatur fungsi dasar manusia. Yakni, pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh, dan pencernaan. Bagian itu pula yang menjadi sumber insting dasar manusia. Misalnya, saat memutuskan untuk melawan atau lari ketika melihat bahaya datang.
Dia membenarkan bahwa penderita brainstem tumor akan mengalami penurunan kondisi tubuh dengan cepat. Secara umum, penurunan kondisi tubuh bisa muncul sekitar empat minggu sebelum penderita benar-benar drop. Gejala penyakit tersebut cukup bervariasi. Khusus kasus Ghazali, gejalanya tampak pada anggota tubuh bagian kiri yang menjadi sangat lemah. Wihasto menduga, kondisi Ghazali sebenarnya menurun sejak empat minggu sebelum dibawa ke RS di Nganjuk. ’’ Jadi, gejalanya sudah tampak,” ujar Wihasto. Dia menjelaskan, penyakit tersebut juga bisa mengganggu saraf menelan dan bicara.
Penyembuhan bisa dilakukan dengan pengambilan tumor. Namun, menurut Wihasto, tumor tersebut hanya diambil separo. Tujuannya, fungsi batang otak tidak ikut terganggu. Jika tumor diambil seluruhnya, Wihasto khawatir terjadi gangguan kesadaran dan keseimbangan pada Ghazali. ’’Bahkan, bisa terjadi gangguan irama jantung dan koma,” jelasnya.
Wihasto tidak bisa memastikan gejala sisa apa yang nanti dialami bocah kelas IV SD itu. ”Bergantung seberapa besar bagian otak yang dirusak oleh tumor,” imbuhnya.
Kini Ghazali tidak bisa mengedipkan matanya pascaoperasi tumor batang otak pada 10 Agustus lalu. Setelah dioperasi pun, Ghazali harus menjalani beberapa terapi. Antara lain, terapi radiasi dan kemoterapi. ”Selama masih terapi, kami tinggal di Surabaya. Kami juga akan melakukan terapi motorik untuk dia,” ujar Munaji. Ghazali kini harus duduk di kursi roda. Dia belum bisa beraktivitas secara normal. (lyn/c7/oni)