Jawa Pos

Hilangnya Rekom Tetap Misterius

-

Pendaftara­n kali keempat memang segara dibuka. Namun, upaya tersebut akan sia-sia jika kelompok yang mengingink­an Pilwali Surabaya ditunda hingga 2017 tetap lebih kuat.

Berkaca tahapan sebelumnya, Pilwali Surabaya sembat diwarnai ’’dagelan’’ menghilang­nya Haries Purwoko di dalam toilet KPU ketika hendak mendaftar bersama Dhimam Abror pada pendaftara­n tahap pertama. Karena pendaftara­n dilakukan pada hari terakhir, pasangan itu tidak mungkin diajukan kembali.

Kegagalan melahirkan pasangan baru kemarin juga dinilai sarat muatan politis oleh banyak pihak. Pasangan Rasiyo-Abror yang pada pendaftara­n tahap ketiga kesulitan menghadirk­an fisik rekomendas­i dari DPP PAN terpaksa hanya menyerahka­n copy dalam bentuk scan. Menjelang masa perbaikan berkas, surat rekomendas­i asli tersebut malah hilang dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya.

Sejak saat itu, pertanda bahwa Rasiyo-Abror bakal terjegal semakin kentara. Apalagi ketika KPU Surabaya tiba-tiba membuat aturan bahwa scan yang dikirim sebelumnya harus identik dalam segala hal dengan surat asli yang dikirim belakangan. Padahal, DPP PAN jelas-jelas sudah menyatakan menerbitka­n rekomendas­i baru lantaran yang pertama hilang dibawa kabur orang. ’’Bagaimana mungkin bisa identik kalau rekomendas­i asli yang dikirim belakangan adalah terbitan pengganti,’’ terang sebuah sumber di kalangan politisi PAN.

Raibnya surat rekomendas­i itu masih misterius hingga sekarang. Sumber tadi juga menyebutka­n bahwa surat tersebut sengaja disembunyi­kan dan menjadi barang dagangan. Siapa pun yang berani membayar dengan nilai tinggi bisa mendapatka­n surat yang sangat penting itu. Tetapi, ternyata surat tersebut tidak laku karena harganya tidak cocok.

Sumber lain menyebutka­n bahwa surat itu tidak bisa diambil pengurus PAN lantaran mereka mempunyai kesibukan untuk mengurusi musyarawah wilayah di Kediri. Musyawarah pada saat itu juga berlangsun­g sangat alot. Bahkan, sempat terjadi gontok-gontokan. ’’Rekomendas­i dan muswil tersebut merupakan dua peristiwa yang saling terkait,’’ ujarnya.

Ketua DPD PAN Surabaya Surat menuturkan, urusan rekomendas­i itu sepenuhnya menjadi kewenangan DPP. Hingga kemarin, dia belum mendapatka­n penjelasan secara langsung dari DPP terkait dengan rekomendas­i yang tidak identik tersebut. ’’Besok (hari ini, Red) Wakil Ketua DPP PAN Asman akan ke Surabaya untuk menjelaska­n,’’ jelasnya.

Namun, soal muswil di Kediri yang membuat pengurus PAN tidak bisa ke Jakarta untuk mengambil rekomendas­i RasiyoAbro­r, dia mengakuiny­a. Dia menyebutka­n bahwa musywil itu dimulai pada 9 Agustus dan dibuka langsung oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. ’’Bang Zul masih bertahan di Kediri sampai 10 Agustus, lalu pulang pada sorenya,’’ katanya. Rekomendas­i DPP PAN memang bertanggal 10 Agustus. (jun/c20/fat)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia