Underpass Terintegrasi dengan Monorel
PENGERJAAN konstruksi underpass yang menghubungkan Jl Mayjen Sungkono dan Jl H.R. Muhammad resmi dimulai pada 25 September lalu. Underpass Bundaran Satelit akan dibangun sepanjang 437 meter dengan lebar 19 meter dan tinggi 5,5 meter. Kemiringan jalan memanjang sebesar 3 persen. Jalan bawah tanah tersebut terdiri atas empat lajur dengan dua arah terpisah.
Kelak underpass Bundaran Satelit terintegrasi dengan jalur angkutan massal perkotaan berupa monorel. Moda transportasi tersebut akan menghubungkan Surabaya Barat dan Timur.
Dana sebesar Rp 65 miliar telah disiapkan Pemkot Surabaya untuk proyek underpass Bundaran Satelit. Namun, ternyata proyek tersebut didukung pengembang yang tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur.
Seluruh pembiayaan pembangunan underpass ditanggung para pengembang. Dana dari APBD yang awalnya dialokasikan untuk membangun underpass bisa dialihkan ke program-program lain seperti pembangunan pedestrian dan saluran.
Pihak pengembang dan Pemkot Surabaya akan bekerja sama dengan kesepakatan tugas masingmasing. Pelaksanaan pembangunan beserta pendanaannya murni domain pengembang. Pemkot Surabaya akan membantu pemindahaan utilitas seperti pipa PDAM dan kabel optik. Kepolisian digandeng untuk membantu rekayasa lalu lintas selama pengerjaan underpass.
Kepala Bappeko Surabaya Agus Imam Sonhaji optimistis proyek underpass Bundaran Satelit bisa selesai tepat waktu. Agus meyakini proyek tersebut bermanfaat bagi generasi selanjutnya. ”Mudah-mudahan satu tahun ke depan bisa klir. Insya Allah cepat kelar,” ujar alumnus ITS itu.
Kendati posisi jalan lebih rendah, underpass tak akan tergenang air saat musim hujan karena terdapat saluran air. Satu unit rumah pompa akan dibangun tepat di sebelah underpass sebagai antisipasi jika curah hujan tinggi. (shy/ran)