Dicueki Saudi, Tim DVI Polri Angkat Koper
Tidak Kantongi Izin Identifikasi Korban Mina
JAKARTA – Upaya pemerintah untuk membantu proses identifikasi korban tragedi Mina bertepuk sebelah tangan. Setelah sepuluh hari berada di Arab Saudi, akhirnya tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri memutuskan untuk angkat koper, pulang ke Indonesia hari ini (13/10). Tim yang dipimpin Kombespol Mas’udi tersebut tidak mengidentifikasi satu pun jenazah.
Direktur Eksekutif DVI Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan, tim DVI hendak pulang karena berdasar pernyataan pemerintah Saudi, identifikasi postmortem telah diselesaikan. ”Tentunya, kalau dianggap selesai, kami harus pulang,” ujarnya kemarin (12/10).
Sejauh ini, keterlibatan tim DVI Polri untuk mengidentifikasi korban tragedi tersebut sangat terbatas. Tim yang sudah diakui dunia karena mengidentifikasi korban berbagai bencana itu ternyata hanya diminta mencocokkan data-data postmortem yang diberikan pemerintah Saudi. ”Akses untuk mengidentifikasi sama sekali tidak ada,” jelasnya.
Masalahnya, jumlah data postmortem korban Mina sangat terbatas, jauh dari harapan tim DVI Polri. Misalnya hanya data sidik jari atau lainnya. ”Jumlahnya kurang memadai,” keluh polisi dengan tiga melati di pundak tersebut.
Sesuai dengan laporan anggota tim DVI di Saudi, saat ini seluruh jenazah telah dikuburkan. Dengan demikian, tidak ada yang bisa diperbuat lagi. ”Upaya membantu identifikasi ini tetap tidak sia-sia. Ini hasil upaya keras Menlu Retno Marsudi,” paparnya.
Awalnya, tim DVI mendapatkan izin untuk mengidentifikasi korban tragedi itu dengan upaya pemerintah Indonesia. Tapi, setiba mereka di Arab Saudi, kenyataan justru berbeda. ”Setelah sampai sana, kejadiannya ya seperti ini,” terangnya.
Namun, sumber Jawa Pos menyebutkan, sangat mungkin seluruh jenazah korban Mina dimakamkan tanpa proses identifikasi yang benar. ”Bahkan, beberapa ahli forensik Iran mengeluhkan hal yang sama,” ungkapnya.
Kondisi di lapangan, tim DVI sama sekali tidak bisa masuk ke kamar jenazah. Jangankan mengidentifikasi, melihat kondisi jenazah saja tidak bisa. ”Ya, alasan pemerintah Saudi melarang tim DVI, karena mereka mengklaim (proses identifikasi) sudah kelar,” terangnya.
Kondisi itulah yang membuat keberadaan tim DVI menjadi tidak signifikan. Hari ini tim tersebut memproses kepulangan. Tiket juga sedang diurus. ”Diharapkan, sepuluh anggota tim DVI ini bisa pulang segera,” paparnya.
Tim DVI itu berangkat ke Saudi pada Sabtu (3/10). Ada sepuluh anggota tim DVI yang berangkat ke Saudi. Selain dr Mas’udi, ada empat dokter forensik, dua dokter gigi, satu ahli DNA forensik, dan dua orang dari Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis). (idr/c11/agm)