Beda Zona, Beda Warna
Mengusung konsep eklektik, setiap ruangan di hunian ini memiliki karakter yang berbeda. Sang pemilik memang menerapkan yang dipertegas dengan desain tata ruang Refreshing di Kediaman Rurie dan Salman
zoning
split-level.
BERKUNJUNG ke rumah pasangan Ratri Wuryandari dan Salman Wisnu di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, akan mendapatkan kejutan di tiap ruangan. Teras bernuansa merah-hitam mengantar ke bagian dalam rumah. Lalu, view ruang terbuka dan gemericik suara air dari kolam ikan langsung menyambut.
Nuansa merah masih dominan di ruang tamu meski berpadu dengan abu-abu dan kuning dari lukisan besar di dinding. Naik setengah lantai, mata disegarkan dengan warna kuning di ruang makan dan dapur. Dari dapur yang ceria, pandangan digiring menuju ruang keluarga dengan sentuhan cokelat hangat. Sketsa wajah tiga buah hati keluarga itu menjadi highlight pajangan di dinding yang berwarna krem.
Kejutan belum berhenti di situ. Ada satu ruangan lagi yang membuat betah. Yaitu, balkon yang difungsikan sebagai tempat hang out. Dengan tone berwarna biru dan hijau, tempat itu ”disulap” menjadi spot yang menyenangkan.
Ratri dan Salman menerapkan gaya eklektik dengan menggabungkan beberapa style desain. Tujuannya, mata tidak lelah disuguhi pemandangan yang seragam di seluruh ruangan. ”Perlu sentuhan berbeda untuk refreshing,” tutur Rurie, sapaan akrab Ratri.
Aplikasinya, dia menggunakan warna secara tematik. ”Tiap berpindah zona, nuansa warna dan style- nya berbeda,” papar dia. Konsep itu sangat terbantu dengan desain layout rumahnya yang split-level dengan bukaan tengah. Zoning menjadi makin tegas.
Kontur split-level dengan bukaan tengah itulah yang membuat Rurie jatuh hati saat mendapatkan rumah tersebut. Benefit- nya adalah memaksimalkan luas hunian yang 170 meter persegi dan memperbesar akses pandangan. Kolam ikan dipertahankan karena memperbaiki sirkulasi udara dan menghasilkan ambience yang sejuk. ”Saya tidak banyak mengutak-atik,” ucapnya.
Meski ada split-level, bila tanpa area terbuka di tengah, kesannya tetap terbatas. Dari atas tidak bisa mengakses view ke bawah, begitu pun sebaliknya. Berbeda dengan rumah Rurie. Dari dapur, dia bisa memantau anak-anak yang sedang berada di ruang keluarga atau kamar. Rurie dan suami yang seorang arsitek berbagi tugas. Suami kebagian eksterior, Rurie menghias interior.
Yang tak kalah menarik adalah desain kamar anak. Kamar si bungsu Arra, 8, begitu colorful dengan nuansa marun dan koleksi boneka. Tempat tidur yang dilengkapi tangga itu menyatu dengan rak buku, sesuai dengan permintaan Arra. Sedangkan putra kembar Rurie, Abra dan Arka, 15, berbagi kamar. Rurie membuatkan bunk bed untuk mereka di kamar bernuansa cokelat. Kamar si kembar memiliki akses langsung menuju balkon yang cozy.
Menurut Rurie, awalnya balkon itu dibuat karena rumah tersebut tidak memiliki halaman belakang. Lalu, balkon dioptimalkan dengan diberi atap. ”Dengan begini, kami jadi punya satu tambahan ruang untuk bersantai,” papar Rurie sembari menikmati semilir angin di balkon siang itu. Menyejukkan sekali. (nor/c11/ayi)