Venue Final Diputuskan Hari Ini
JAKARTA – Piala Presiden 2015 sudah memasuki babak baru setelah dua klub terkuat, Persib Bandung dan Sriwijaya FC Palembang, memastikan diri lolos dari fase semifinal. Tetapi, untuk urusan yang paling krusial, venue, Mahaka Sports selaku operator turnamen masih berusaha memastikannya.
Rencananya, siang ini diputuskan antara Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, atau Stadion Kapten Dipta, Bali, sebagai tuan rumah final Piala Presiden 2015. Tantangan yang muncul di Jakarta adalah isu pelarangan yang disampaikan The Jakmania –sebutan suporter Persija– jika final digelar di ibu kota.
Sebab, jika merunut sejarah laga-laga krusial di Jakarta, rupanya laga final nanti memang tidak bisa dianggap ringan. Apalagi, yang akan tampil di babak puncak adalah Persib yang notabene musuh abadi Persija. Itulah yang membuat rencana awal digelarnya final di Jakarta sedikit terganjal.
Pada 2012 kisruh di Senayan mengakibatkan Rangga Cipta Nugraha tewas setelah dianiaya oknum suporter Persija di kompleks SUGBK seusai laga. ”Semangatnya, kami ingin mengajak suporter ini lebih dewasa,” tutur Hasani Abdulgani, CEO Mahaka Sports, saat dikonfirmasi Jawa Pos.
Hasani mencontohkan laga Arema Cronus menghadapi Sriwijaya FC di semifinal leg kedua Minggu malam (11/10). ”Saya di Solo. Sebelumnya banyak yang mengira akan chaos. Tetapi, kondisinya klir, aman, walau Aremania mendominasi stadion,” terangnya.
Tetapi, kondisi di Solo dan Jakarta tentu berbeda. Persepsi para suporter Jakarta mengenai rivalitas mereka dengan Persib tentu sudah mengakar. Untuk itu, Ketua Umum The Jakmania Richard Ahmad mengusulkan menggeser venue final dari ibu kota. ”Apalagi, sejak tiga minggu yang lalu, teman-teman sudah menyuarakan untuk menolak laga final di Jakarta,” ungkapnya.
Sebenarnya, penolakan laga final di Jakarta tidak cukup relevan dengan kepentingan Persija dan kelompok suporternya. Sebab, Persija sudah tersingkir. Tetapi, Richard punya pandangan lain. Adanya oknum kelompok suporter Persija di akar rumput yang tidak bisa dikontrol pengurus pusat dikhawatirkan bisa mengganggu pertandingan final. (nap/c9/ko)