Jawa Pos

Sempat Minder karena Jadi Peserta Termuda

Vonny Dewi Lestari Putra, Mahasiswi Universita­s Ciputra Finalis Masterchef Asia 2015 Hobi memasak mengantark­an Vonny Dewi Lestari Putra menjadi finalis ajang Masterchef Asia 2015. Mahasiswi semester tujuh tersebut kini siap menekuni bisnis kuliner.

-

KAMIS (1/10) itu menjadi salah satu hari yang tidak terlupakan bagi Vonny Dewi Lestari Putra. Dia harus pulang ke Indonesia karena terelimina­si dari Masterchef Asia yang berlangsun­g di Singapura. ’’Saya bertahan hanya sampai 10 besar,’’ ujar perempuan 20 tahun tersebut. Meski gagal menjadi juara, dia tetap bangga sudah masuk 10 besar Masterchef Asia. ’’Ini adalah impian saya sejak kecil. Jadi andal,’’ ungkap Vonny. Apalagi, dalam ajang pencarian bakat mas ak ti ng kat Asia tersebut, Vonny berhasil mengalahka­n ribuan pesaingnya dan masuk babak 15 terbaik.

Awalnya, Vonny merasa minder. Sebab, dia menjadi peserta termuda. Dia menceritak­an, 14 finalis lain merupakan pakar masak profesiona­l. ’’Hanya saya yang mahasiswa,” katanya. Namun, rasa tidak percaya diri tersebut langsung tertutup saat dia berkenalan dengan para finalis. ’’Peserta di sana sangat welcome dan ramah. Saya belajar banyak,” ungkapnya.

Vonny sangat takjub saat pertama memasuki dapur Masterchef Asia. Bagi dia, hal itu seperti mimpi menjadi kenyataan. Vonny melihat secara langsung dapur dengan alat masak canggih. Sebelumnya, semua itu hanya bisa dia saksikan di layar televisi. ’’Kayak mimpi banget. Orang-orangnya, pantry, alat masak baru, dan bahan masakan segar,” ungkapnya.

Dia juga bertemu dengan chef idolanya yang menjadi juri di ajang tersebut. Yakni, Audra Moriz, Bruno Menard, dan Susur Lee. ’’Mereka baik-baik. Saya belajar banyak dari mereka. Senang banget bisa berguru langsung dari chef papan atas,” kata bungsu dari dua bersaudara itu.

Vonny mengikuti audisi Asia sejak Maret. Dia mengatakan hanya iseng. Vonny membaca pengumuman audisi Masterchef Asia saat melihat media sosial. Langsung saja, tanpa menunggu waktu lama, dia mendaf tarkan diri. ’’ Dua minggu menunggu dengan galau, ternyata saya lolos masuk ke babak selanjutny­a,” tuturnya

Keputusan itu kembali mengundang keprihatin­an berbagai pihak. Salah satunya Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiy­ah Surabaya Novi Amirul Fatah. Menurut dia, dengan total 271 kunker dalam setahun, praktis waktu mereka untuk konstituen sangat minim. ”Warga akan bertanya-tanya, sebenarnya mereka itu wakil rakyat Surabaya atau luar kota. Kok tiap pekan ke luar kota,” ungkap dia.

Dia berharap ada pembatasan kunjungan kerja dan konsultasi. Pembatasan itu sekaligus membuat dewan lebih rajin belajar terkait dengan aturanatur­an yang harus mereka pelajari. ”Lebih baik mereka terjun ke masyarakat. Kelurahan dan kecamatan perlu dikontrol,” tambah dia.

Begitu pula mobil dinas baru yang dialokasik­an oleh dewan. Dia menilai belum saatnya membeli mobil itu. Apalagi alasannya hanya karena melihat anggota forpimda lain mengendara­i mobil yang lebih mahal dan mentereng. ”Mental sebagai wakil rakyat itu juga harus dipertanya­kan. Kalau mobil masih layak, kenapa tidak pakai mobil yang biasa saja?” tambahnya.

Ketua Karang Taruna Surabaya M. Arif ’an bahkan meminta masyarakat mengambil peran aktif untuk mengkritis­i sikap dewan yang mementingk­an diri sendiri. Dewan yang biasa mengkritik kinerja pemkot pun tidak boleh alergi dengan kritik. ”Termasuk kritik terhadap ambisi dewan yang ingin tambah kunker dan mobil dinas itu,” katanya kemarin.

Dia menyebutka­n, hasil nyata kunker selama ini belum terasa di masyarakat. Sebab, setelah kunker, tidak pernah ada sosialisas­i yang jelas dari dewan. ”Hasilnya apa? Ya, tidak jelas. Kinerja legislasi mereka juga belum kuat. Buktinya, baru tiga perda yang selesai,” tambah dia.

Rif’an menuturkan bahwa dana untuk alokasi tambahan kunker dan mobil dinas jauh lebih bagus kalau digunakan untuk kegiatan lain yang lebih positif. Misalnya, untuk kegiatan masyarakat. ”Mending untuk menyumbang masyarakat miskin,” imbuh dia.

Dengan total 271 kunker dalam setahun, bisa diartikan DPRD Surabaya kunker setiap pekan. Sesuai dengan data PAK, dewan menambah jatah kunker komisi dan pimpinan DPRD dari 48 kali menjadi 60 kali atau ada tambahan 12 kali kunker. Tambahan 12 kegiatan tersebut sama dengan jumlah pekan hingga akhir Desember. Itu belum termasuk kunjungan kerja untuk konsultasi dari 24 kegiatan menjadi 32 kegiatan.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Surabaya Darmawan menuturkan bahwa dewan juga berencana mengajak wartawan untuk ikut kunjungan kerja. Menurut dia, selama ini sejumlah wartawan sudah diberangka­tkan dengan dana APBD. ”Kalau pemkot bisa memberangk­atkan, dewan pun ingin. Agar kegiatan kami diketahui,” jelasnya.

Dia mengungkap­kan, pengadaan mobil dewan itu sudah atas sepengetah­uan pemkot. Bahkan, PAK merupakan pengajuan dari pemkot. ”Lihat saja, pihak pertama yang mengajukan anggaran itu pemkot,” ungkapnya.

Penjabat Wali Kota Surabaya Nurwiyatno menambahka­n, pengadaan mobil tersebut juga ditujukan untuk wali kota dan wakil wali kota baru. Sebab, setiap lima tahun sekali memang ada pengadaan. ”Itu sudah dibahas dan mereka setuju semua. Nanti kami bawa ke gubernur,” ungkapnya.

Soal jenis mobil, Nurwiyatno mengaku belum tahu bahwa yang diusulkan adalah Pajero dan Camry. Saat ini, sebagai Pj wali kota, dia pun menggunaka­n Camry. ”Camry masih nyamannyam­an saja. Masih enak kok,” ungkapnya.

Kepala Bappeko Surabaya Agus Imam Sonhaji menambahka­n, mobil Pajero dipilih lantaran bisa dipakai untuk menembus beberapa kawasan Surabaya yang masih kerap banjir. ”Kalau banjir, nanti dewan ke pelosok (untuk melihat kondisi, Red),” katanya.

Dia menyebutka­n, pengadaan mobil memang dilakukan tahun ini. Tapi, rencananya dipergunak­an untuk tahun depan. ”Kalau tahun depan, khawatir harganya naik,” tambah mantan kepala dinas cipta karya dan tata ruang itu. (jun/c6/fat)

 ?? DIPTA WAHYU/ JAWA POS ?? chef TALENTA ALAMI: Vonny suka bikin kue atau menu dessert sejak usia tiga tahun.
DIPTA WAHYU/ JAWA POS chef TALENTA ALAMI: Vonny suka bikin kue atau menu dessert sejak usia tiga tahun.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia