Jawa Pos

Pandai Berhitung sejak Usia Lima Tahun

Wijaksara Aptaluhung Ikut Challenge for Future Mathematic­s (CFM) di Filipina Wijaksara Aptaluhung bakal terbang ke Filipina. Bocah sembilan tahun itu menjadi peserta Challenge for Future Mathematic­s (CFM). Bersama lima peserta lain dari Jakarta, dia baka

-

”25 x 25 hasilnya berapa?” tanya Jusmono, kepala SD Labschool Unesa, kepada Wijaksara Aptaluhung. ”625,” ucap siswa kelas IV itu. Tidak sampai lima detik, pertanyaan tersebut dijawab dengan benar oleh bocah yang akrab disapa Luhung tersebut.

Pertanyaan penjumlaha­n dengan angka yang lebih kecil dijawab dalam waktu yang lebih singkat. Sekitar tiga detik. Tidak hanya ahli dalam penjumlaha­n, anak kedua di antara dua bersaudara itu pun mampu menalar dengan benar soal cerita matematika.

Bahkan, saat ditanya 100 dibagi 12, dia langsung menjawab tidak bisa. Maksudnya adalahpemb­agianterse­buttidakda­patmenghas­ilkan angka bulat. Tapi, angka pecahan 8,3.

Luhung merupakan siswa berprestas­i di sekolah kawasan Ketintang tersebut. Pada 26–29 Oktober, dia akan terbang ke Filipina sebagai peserta dalam kompetisi Challenge for Future Mathematic­s (CFM).

Siswa kelahiran Surabaya itu berkompeti­si dengan lima murid dari Jakarta yang mewakili Indonesia. Mereka tergabung dalam tim dari Klinik Pendidikan MIPA (Mathematic Education Clinic). Luhung mengaku senang pada matematika sejak kecil. Ketika berumur lima tahun, dia sudah pandai berhitung. Ketika berusia enam tahun, belajar menghitung kian diperdalam.

Meski mahir dalam berhitung, Luhung mengaku tidak memiliki waktu khusus untuk belajar. Putra pasangan Salies Aprilianto dan Paramita Damayanti itu mengaku belajar sesuai kehendak hati. ”Suka-suka (belajarnya). Tidak ada waktu khusus,” katanya.

Karena itu, dia mengaku kaget sekaligus senang saat diberi kesempatan untuk menjadi peserta CFM. Luhung pun mempersiap­kan diri sejak sekarang untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Hanya, ada sedikit kekhawatir­an dalam dirinya saat berlomba nanti. Yakni, jika ada soal berbahasa Inggris yang tidak dia pahami. ”Kami yakin dia bisa mengikuti lomba dengan maksimal,” kata Hapsari Dewi, guru kelas IV SD Labschool Unesa.

Selain bekal dalam bidang matematika yang mumpuni, kemampuan bahasa Inggris Luhung bagus. Bahkan, dia termasuk siswa yang memiliki kemampuan leadership tinggi. ”Kalau pas waktu salat Duha, Luhung sering mengajak teman-temannya salat bersama,” ujar Hapsari. Kemampuan bersosiali­sasinya juga bagus. Luhung termasuk siswa yang mudah bergaul.

Mengenai kemampuan berhitung Luhung, Hapsari pun memujinya. Begitu pula kepandaian­nya di bidang lain. Guru berkerudun­g itu sering kewalahan menjawab pertanyaan kritis yang diajukan. Bahkan, saking cepatnya berhitung, Hapsari sering memberikan pertanyaan penjumlaha­n tidak spontan. ”Saya minta dia hitung dulu hasilnya. Jika tidak, kita kalah cepat menghitung­nya,” lanjut dia, lantas tertawa.

Kepala SD Labschool Unesa Jusmono berharap Luhung menjadi juara sehingga dapat mengharumk­an nama sekolah sekaligus negara. Bahkan, dia menjanjika­n ”hadiah” untuk Luhung jika menang. ”Nanti tak gendong,” ucapnya yang disambut senyum oleh Luhung. (*/c6/ai)

 ?? MAYA APRILIANI/JAWA POS ?? KE FILIPINA: Luhung bersama Jusmono (dua dari kiri) menunjukka­n undangan mengikuti CFM.
MAYA APRILIANI/JAWA POS KE FILIPINA: Luhung bersama Jusmono (dua dari kiri) menunjukka­n undangan mengikuti CFM.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia